BAB I
A. Latar Belakang
Selain
mengalami perkembangan fisik, seksual dan sosial pada masa ini remaja juga
mengalami perkembangan pemikiran, pemikiran remaja berubah menjadi lebih
abstrak, logis dan idealis. Artinya remaja tidak akan percaya begitu saja
terhadap apa yang dikatakan oleh orang tua tanpa tahu sebab dan alasan, remaja
mulai
berfikir layaknya para intelektual dimana semua serba rasional, dan remaja juga mulai berfikir tentang citra diri mereka. Pemikiran remaja lebih bersifat egosentris (Santrock, 1995).Dimana remaja mempunyai keyakinan bahwa orang lain akan memperhatikan dirinya sebagaimana halnya dirinya sendiri.
berfikir layaknya para intelektual dimana semua serba rasional, dan remaja juga mulai berfikir tentang citra diri mereka. Pemikiran remaja lebih bersifat egosentris (Santrock, 1995).Dimana remaja mempunyai keyakinan bahwa orang lain akan memperhatikan dirinya sebagaimana halnya dirinya sendiri.
Bahasa merupakan untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta
kematangan emosional dan sosial. Penggunaan aspek kebahasaan dalam proses
pembelajaran sering berhubungan satu sama lainnya. Menyimak dan membaca erat hubungan
dalam hal bahwa keduanya merupakan alat untuk menerima komunikasi. Berbicara
dan menulis erat hubungan dalam hal bahwa keduanya merupakan cara untuk
mengekspresikan makna (Tarigan, 1986:10).
Bersamaan
dengan kehidupannya dalam masyarakat luas, anak (remaja) mengikuti proses belajar di
sekolah. Sebagaimana diketahui di lembaga pendidikan bahasa diberikan
rangsangan yang terarah sesuai dengan kaidah-kaidah yang benar. Proses
pendidikan bukan memperluas dan memperdalam cakrawala ilmu pengetahuan semata, namun
juga secara berencana merekayasa perkembangan sistem budaya, termasuk
didalamnya perilaku berbahasa.
B. Masalah
1.
Bagaimana perkembangan intelek pada remaja?
2.
Bagaimana perkembangan bakat khusus pada remaja?
3.
Bagaimana perkembangan sosial dan bahasa pada
remaja?
C. Tujuan
1.
Memahami perkembangan intelek pada remaja
2.
Memahami perkembangan bakat khusus pada remaja
3.
Memahami perkembangan sosial dan bahasa pada remaja
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Intelek
1.
Pengertian Intelek dan Intelegensi
Intelek berarti kekuatan mental yang menyebabkan manusia
dapat berpikir dan beraktivitas yang berkenaan dengan proses berpikir atau
kecakapan yang tinggi untuk berpikir. Sedangkan Intelegensi merupakan suatu
kumpulan kemampuan seseorang yang memungkinkan untuk memperoleh ilmu
pengetahuan dan mengamalkan ilmu tersebut dalam hubungannya dengan lingkungan
dan masalah-masalah yang timbul.
Intelegensi mengandung unsur-unsur yang sama dengan intelek,
yaitu menggambarkan kemampuan seseorang dalam berpikir dan bertindak. Salah
satu tes intelegensi yang terkenal adalah tes yang dikembangkan oleh Alferd
Binet (1857-1911) yang disebut Intellegence Quatient (IQ), artinya perbandingan
kecerdasan.
2.
Hubungan Intelek dengan Tingkah Laku
Kemampuan berpikir abstrak menunjukkan perhatian seseorang
terhadap kejadian atau peristiwa yang tidak konkrit. Kemampuan abstraksi akan
berperan dalam perkembangan kepribadian remaja. Karena bagi remaja, corak
perilaku pribadinya di hari depan dan sekarang akan berbeda.
Pikiran manusia sering dipengaruhi oleh ide-ide dan
teori-teori yang membuat sikapnya kritis terhadap situasi dan otoritas orang
tua. Selain itu pengaruh egosentris masih terlihat pada pikirannya. Cita-cita
dan idealismenya terlalu menitikberatkan pada pikirannya sendiri tanpa
memperhitungkan kesulitan atau akibat lebih jauh yang mungkin timbul dalam
menyelesaikan suatu persoalan.
Melalui pengalaman dan penghayatan kenyataan dalam
menghadapi pendapat orang lain, egosentrisme makin lama makin berkurang dan
akhirnya menjadi semakin kecil, sehingga remaja sudah dapat berpikir abstrak
dengan mengikut sertakan pendapat dan pandangan orang lain.
3.
Karakteristik perkembangan intelek remaja
Pada usia remaja ini anak sudah dapat berfikir operasional
formal atau setidak-tidaknya memiliki sifat-sifat penting, yaitu sebagai
berikut:
1. Sifat deduktif hipotesis
Dalam menyelesaikan suatu masalah, seorang remaja akan
mengawalinya dengan pemikiran teoritik. Setelah itu baru menganalisis masalah
dan mengajukan cara-cara penyelesaian hipotesis yang mungkin.
Pada dasarnya pengajuan hipotesis itu menggunakan cara
berfikir induktif disamping deduktif. Oleh sebab itu dari sifat analisis yang
ia lakukan, ia dapat membuat strategi penyelesaian. Analisis teoritik ini dapat
dilakukan secara verbal atau mengajukan pendapat-pendapat dan prediksi tertentu
disebut proporsi-proporsi.
2. Berpikir operasional juga
berpikir kombinasoris
Sifat ini merupakan kelengkapan sifat yang pertama dan
berhubungan dengan cara melakukan analisis. Misalnya anak diberi lima buah
gelas berisi cairan tertentu. Anak yang berpikir operasional formal, akan
memikirkan apakah kombinasi cairan ini membuat cairan tadi berubah warna atau
tidak.
Seorang remaja dengan kemampuan berpikir normal tetapi hidup
dalam lingkungan atau kebudayaan yang tidak dapat merangsang cara berpikirnya
(tidak ada kesempatan untuk menambah pengetahuan, pergi ke sekolah tetapi tidak
adanya fasilitas yang ibutuhkan), maka
perkembangan intelek remaja itu sampai dewasa pun tidak akan sampai pada taraf
berpikir abstrak.
4.
Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Intelek
Menurut Andi Mappiare (1982:80), hal-hal yang mempengaruhi
perkembangan intelegensi adalah sebagai berikut.
·
Bertambahnya
informasi yang disimpan
·
Banyaknya
pengalaman dan latihan-latihan
·
Adanya
kebebasan berpikir
Ketiga
kondisi tersebut sesuai dengan dasar-dasar teori Piaget mengenai perkembangan
intelegensi, yaitu sebagai berikut:
ü
Fungsi
intelegensi termasuk proses adaptasi yang bersifat biologis
ü
Bertambah
usia akan menyebabkan berkembangnya struktur intelegensi baru.
Keberhasilan dalam menyesuaikan diri seseorang tergantung
dari kemampuannya untuk berpikir dan belajar. Sejauhmana seseorang dapat
belajar dari pengalamannya akan menentukan penyesuaian dirinya dan mencerminkan
kecerdasannya. Akan tetapi, diperlukan waktu lama untuk dapat menyimpulkan
kecerdasan seseorang berdasarkan pengamatan perilakunya, tetapi cara demikian
belum tentu tepat.
5.
Perbedaan Individu dalam Kemampuan dan Perkembangan Intelek
Seperti diketahui, manusia itu berbeda satu sama lain dalam
berbagai hal, juga tentang intelegensinya, Intelegensi itu sendiri oleh David
Wechler (1958) didefinisikan sebagai keseluruhan kemampuan individu untuk
berpikir dan bertindak secara terarah serta mengolah dan menguasai lingkungan.
6.
Usaha- Usaha dalam Membantu Mengembangkan Intelek Remaja
dalam Proses Pembelajaran
Menurut Paget sebagian besar anak usia remaja mampu memahami
konsep- konsep abstrak dalam batas- batas tertentu. Menurut Bruner, siswa pada
usia ini belajar menggunakan bentuk – bentuk dengan cara yang makin canggih.
Guru dapat membantu mereka melakukan hal ini dengan selalu menggunakan
pendekatan keterampilan proses (discovery approach) dan dengan member
penekanan pada penguasaan konsep- konsep dan abstraksi- abstraksi.
B. Perkembangan Bakat Khusus
a.
Pengertian Bakat
Guilford
(Sumadi S., 1991:169) mengemukakan bahwa bakat itu mencakup tiga dimensi
psikologis yaitu:
Dimensi
perceptual
Meliputi kemampuan persepsi, yang mencakup: kepekaan
penginderaan; perhatian; orientasi terhadap waktu; luasnya daerah persepsi;
kecepatan persepsi; dan sebagainya.
Dimensi
psikomotor
Dimensi psikomotor mencakup 6 faktor, yaitu: kekuatan,
impuls, kecepatan gerak, ketelitian, koordinasi, dan keleluasaan (fleksibility)
Dimensi
intelektual
Meliputi 5 faktor, yaitu:
a. Faktor ingatan, yang mencakup
substansi, relasi, dan system.
b. Faktor ingatan, mengenai
pengenalan terhadap keseluruhan informasi; golongan, hubungan-hubungan, bentuk
atau struktur dan kesimpulan.
c. Faktor evaluative, meliputi:
identitas, relasi-relasi, sistem, dan problem yang dihadapi.
d. Faktor berpikir konvergensi,
meliputi: nama-nama, hubungan-hubungan, sistem-sistem, transformasi, dan
implikasi-implikasi yang unik.
e. Faktor berpikir divergen,
meliputi: menghasilkan unit-unit; pengalihan kelas-kelas secara spontan,
kelancaran dalam menghasilkan hubungan-hubungan; dan menghasilkan sistem.
Jadi, bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh
pengetahuan atau keterampilan yang relative bersifat umum (misalnya bakat
intelektual umum) atau khusus (bakat akademik khusus).Bakat khusus disebut juga
talent (talenta).
b.
Jenis-Jenis Bakat Khusus
Klasifikasi bakat khusus biasanya dilakukan berdasarkan
bidang apa bakat tersebut berfungsi, seperti: bakat matematika, olah raga,
seni, musik, bahasa, teknik, dan sebagainya. Pada jenis-jenis bakat khusus
faktor pengalaman atau lingkungan sangat mempengaruhi pengembangan bakat
khusus.
c.
Hubungan antara bakat dan
prestasi
Dengan adanya bakat, seseorang dapat mencapai prestasi dalam
bidang tertentu, tetapi diperlukan latihan, pengalaman, pengetahuan dan
dorongan atau kesempatan untuk pengembangannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat
·
Anak
itu sendiri
·
Lingkungan
anak
·
Pendidikan
anak berbakat Indonesia
d. Karakteristik anak berbakat
Untuk mengenali karakteristik anak-anak berbakat dapat
dilihat beberapa segi diantaranya sebagai berikut
1. Potensi
Anak-anak berbakat berkembang lebih cepat atau bahkan sangat
cepat dibandingkan dengan yang normal. Hal ini disebabkan anak berbakat
memiliki superioritas intelektual, mampu dengan cepat melakukan analisis, dan
dalam irama perkembangan kemajuan yang mantap. Bahkan dalam berpikir, mereka
sering meloncat dari urutan berpikir yang normal. Selain potensi intelegensi,
anak-anak berbakat memiliki keunggulan pada aspek psikologis yang lain, yaitu
emosi.
2. Cara menghadapi masalah
Cara menghadapi masalah disini adalah keterlibatan seluruh
aspek psikoligis dan biologis setiap anak berbakat pada saat mereka berhadapan
dengan masalah tersebut. Mereka akan memilih metode, pendekatan, dan alat yang
strategis sehingga diperoleh pemecahan masalah yang efisien dan efektif.
3. Karakteristik yang dimiliki
anak berbakat diantaranya:
·
Mereka
mampu melihat hubungan permasalahan itu secara komprehensif dan
mengaplikasikan konsep-konsep dia dalam situasi yang konkrit.
·
Mereka
akan terpusat pada pencapaian tujuan yang ditetapkan.
·
Mereka
suka bekerja secara independen dan membutuhkan kebebasan dalam bergerak dan
bertindak.
·
Mereka
mempunyai cara-cara baru dalam mengerjakan sesuatu dan mempunyai intens dalam
berkreasi.
4. Prestasi
Prestasi anak berbakat dapat ditinjau dari segi fisik,
psikologis, akademik dan social. Selain memiliki keunggulan tersebut anak
berbakat memiliki karakteristik negatif.
5. Menangani anak berbakat
Dalam usaha mempengaruhi perkembangan anak untuk
mengaktualisasikan seluruh potensi yang dimiliki agar berfungsi secara optimal,
ada beberapa factor yang perlu diperhatikan agar mencapai hasil yang
diharapkan, yaitu: factor yang ada pada anak itu sendiri dan faktor kurikulum.
6. Upaya Pengembangan Bakat
khusus Remaja dan Implikasinya dalam Penyelenggaraan Pendidikan
Bagaimana kita dapat mengenal dan mengidentifikasi
para remaja yang mempunyai bakat khusus? Bagaimana karakteristik atau ciri-
cirri mereka? Alat- alat apa yang dapat digunakan untuk mengetahui bakat-bakat
khusus mereka? Semua informasi ini diperlukan sebelum dilakukan upaya
pengembangan bakat-bakat khusus remaja.
Pada akhir masa remaja anak sudah banyak memikirkan tentang
apa yang ingin ia lakukan dan apa yang ia mampu lakukan. Makin banyak mendengar
tentang macam- macam kemungkinan, baik dalam bidang pendidikan maupun dalam
pekerjaan, dapat membuatnya ragu- ragu mengenai apa yang sebetulnya paling
cocok baginya. Dengan pengenalan bakat yang dimilikinya dan upaya pengembangannya
dapat membantu untuk dapat menentukan pilihan yang tepat dan menyiapkan dirinya
untuk dapat mencapai tujuan- tujuannya.
C. Perkembangan Sosial
1.
Pengertian Pengembangan
Hubungan Sosial
Manusia sebagai makhluk sosial, senantiasa berhubungan
dengan manusia lainnya dalam masyarakat. Proses sosialisasi dan interaksi
sosial dimulai sejak lahir dan berlangsung terus hingga dewasa atau tua.
Hubungan sosial dimulai dari tingkat yang sederhana dan terbatas hingga tingkat
yang luas dan kompleks. Semakin dewasa dan bertambah umur, tingkat hubungan
sosial juga berkembang menjadi sangat luas dan kompleks. Pada jenjang
perkembangan remaja, seorang remaja bukan saja memerlukan orang lain untuk
memenuhi kebutuhan pribadinya, tetapi untuk berpartisipasi dan berkontribusi
memajukan kehidupan masyarakat.
2.
Karakteristik Perkembangan
sosial remaja
Dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan, remaja mulai
memperhatikan berbagai nilai dan memahami norma pergaulan dalam kelompok
remaja, anak-anak, dewasa, orang tua yang berbeda dengan norma yang berlaku di
keluarganya. Kehidupan sosial pada jenjang usia remaja ditandai oleh
menonjolnya fungsi intelektual dan emosional.
Erik Erickson menyatakan perkembangan pada usia remaja
adalah masa menemukan jati diri dan memilih kawan akrab. Sering anak menemukan
jati dirinya sesuai dengan situasi kehidupan yang mereka alami. Penemuan jati
diri seseorang didorong oleh pengaruh sosiokultural. Sedangkan Signmund Freud
memandang bahwa kehidupan social remaja didorong oleh dan berorientasi pada kepentingan
seksualnya. Pergaulan remaja banyak didominasi dalam bentuk kelompok yang
penetapan pilihannya didasari oleh berbagai pertimbangan seperti moral,
ekonomi, minat, dan kesamaan bakat serta kemampuan. Disini masalah yang umum
dihadapi adalah factor penyesuaian diri dari remaja.
Nilai positif pergaulan secara kelompok dalam perkembangan
social remaja adalah tiap-tiap remaja belajar berorganisasi, memilih pemimpin,
mematuhi peraturan kelompok, menumbuhkan rasa solidaritas serta semangat
persatuan dan keutuhan. Nilai negative pergaulan secara kelompok dalam
perkembangan social remaja adalah dalam hal-hal tertentu ada tindakan yang
kurang mengindahkan nilai dan norma social serta tidak memperdulikan
obyektifitas kebenaran.
Dalam hal hubungan social remaja yang lebih khusus, mengarah
pada pemilihan pacar dan pasangan hidup dengan mempertimbangkan factor agama
dan suku bangsa. Pertimbangan ini bukan saja menjadi kepentingan masing-masing
individu tetapi juga menyangkut kepentingan keluarga dan kelompok masyarakat
yang lebih besar, sehingga dapat menjadi masalah yang rumit jika tidak
diimbangi dengan tindakan intelektual yang tepat dan pengendalian emosional.
3.
Faktor- faktor yang
mempengaruhi perkembangan sosial remaja
ü
Faktor
keluarga: Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh
terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya.
Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif
bagi sosialisasi anak.
ü
Kematangan:
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk mampu
mempertimbangkan dalam proses sosial, member dan menerima pendapat orang lain,
memerlukan kematangan emosional, disamping tu, kemampuan berbahasa ikut
pula menentukan.
ü
Status
sosial ekonomi: Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status
kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan
memandang anak, bukan sebagai anak yang independen, akan tetapi akan dipandang
dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu, “ia anak siapa”. Secara
tidak langsung dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya akan
memperhitungkan norma yang berlaku di dalam keluarganya.
ü
Pendidikan:
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakekat pendidikan
sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, akan memberi warna kehidupan
sosial anak di dalam masyarakat dan luas harus diartikan bahwa perkembangan
anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat, dan kelembagaan.
Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan kepada
peserta didik yang belajar di kelembagaan pendidikan (sekolah).
ü
Kapasitas
mental (emosi dan inteligensi) : Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi banyak
hal.
4.
Pengaruh Perkembangan Sosial
terhadap Tingkah Laku
Dalam perkembangan sosial para remaja dapat memikirkan perihal
dirinya dan orang lain. Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri, yang sering
mengarah ke penilaian diri dan kritik dari hasil pergaulannya dengan orang
lain. Hasil penilaian tentang dirinya tidak selalu diketahui orang lain, bahkan
sering terlihat usaha seseorang untuk menyembunyikan atau merahasiakannya.
Dengan refleksi diri, hubungan dengan situasi lingkungan sering tidak
sepenuhnya diterima, karena lingkungan tidak senantiasa sejalan dengan konsep
dirinya yang tercermin sebagai suatu kemungkinan bentuk tingkah laku
sehari- hari.
5.
Perbedaan Individual dalam
Perkembangan Sosial
Bergaul dengan sesame manusia (sosialisasi) dilakukan oleh
setiap orang, baik secara individual maupun berkelompok. Dilihat dari berbagai
aspek, terdapat perbedaan individual manusia, yanghal itu tampak juga dalam
perkembangan sosialnya. Remaja yang telah mulai mengembangkan kehidupan ber
masyarakat, maka telah mempelajari pola- pola sosial yang sesuai dengan kepribadiannya.
6.
Upaya Pengembangan Hubungan
Sosial Remaja dan Implikasinya dalam penyelenggaraan Pendidikan
Remaja dalam masa mencari dan ingin menentukan jati dirinya
memiliki sikap yang terlalu tinggi menilai dirinya atau sebaliknya. Ia
(mereka)belum memahami benar tentang norma- norma sosial yang berlaku di dalam
kehidupan masyarakat. Keduanya dapat menimbulkan hubungan sosial yang kurang
serasi, karena ia ( mereka) sukar untuk menerima norma sesuai dengan kondisi
dalam kelompok atau masyarakat.
Penciptaan kelompok sosial remaja perlu dikembangkan untuk
memberikan rangsangan kepada mereka kea rah perilaku yang bermanfaat dan dapat
diterima khalayak. Kelompok olah raga koperasi, kesenian dan semacamnya di
bawah asuhan para pendidik di sekolah atau para tokoh masyarakat di dalam
kehidupan masyarakat perlu banyak dibentuk. Khusus di dalam sekolah perlu
sering diadakan kegiatan bakti sosial , bakti karya, dan kelompok- kelompok
belajar di bawah asuhan para guru pembimbing kegiatan ini hendaknya
dikembangkan.
D. Perkembangan Bahasa
1.
Pengertian Perkembangan
Bahasa
Sesuai dengan fungsinya, bahasa merupakan alat komunikasi
yang digunakan oleh seseorang dalam pergaulannya atau hubungannya dengan orang
lain. Bahasa merupakan alat bergaul. Oleh karena itu, penggunaan bahasa menjadi
efektif sejak orang individu memerlukan berkomunikasi dengan orang lain.
Perkembangan bahasa terkait dengan perkembangan kognitif,
yang berarti faktor intelek/ kognitif sangat berpengaruh terhadap perkembangan
kemampuan berbahasa. Bayi, tingkat intelektualnya belum berkembang dan masih
sangat sederhana. Semakin bayi itu tumbuh dan berkembang serta mulai mampu
memahami lingkungan, maka bahasa mulai berkembang dari tingkat yang
sangat sederhana menuju ke bahasa yang kompleks. Belajar bahasa yang sebenarnya
baru dilakukan oleh anak berusia 6-7 tahun, di saat anak mulai bersekolah. Jadi,
perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat
berkomunikasi, baik alat komunikasi dengan cara lisan, tertulis, maupun
menggunakan tanda- tanda dan isyarat. Mampu dan menguasai alat komunikasi di
sini diartikan sebagai upaya seorang untuk dapat memahami dan dipahami orang
lain.
2.
Karakteristik Perkembangan
Bahasa Remaja
Bahasa remaja adalah bahasa yang telah berkembang. Anak
remaja telah banyak belajar dari lingkungan keluarga, masyarakat, dan khususnya
pergaulan teman sebaya dan lingkungan sekolah. Pola bahasa yang dimiliki adalah
bahasa yang berkembang di dalam keluarga atau bahasa ibu.
Pengaruh lingkungan yang berbeda antara keluarga, masyarakat
dan sekolah dalam perkembangan berbahasa, akan menyebabkan perbedaan
antara anak yang satu dengan yang lain. Hal ini ditunjukkan oleh pemilihan dan
penggunaan kosa kata sesuai dengan tingkat sosial keluarganya. Akan
banyak menggunakan bahasa pasar, bahasa, sembarangan, dengan istilah- istilah
yang “ kasar”. Masyarakat terdidik yang pada umumnya memiliki status sosial
lebih baik, akan menggunakan istilah- istilah lebih efektif, dan umumnya anak-
anak remajanya juga berbahasa secara lebih baik.
3.
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Perkembangan Bahasa
Berbahasa terkait erat dengan kondisi pergaulan. Oleh sebab
itu, perkembangannya dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktor- faktor itu
adalah:
a. Umur anak
Manusia bertambah umur semakin matang pertumbuhan fisiknya,
bertambah pengalaman, dan meningkat kebutuhannya,
b. Kondisi Lingkungan
Lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang memberi andil
yang cukup besar dalam berbahasa. Perkembangan bahasa di lingkungan perkotaan
akan berbeda dengan lingkungan pedesaan. Begitu pula perkembangan bahasa di
daerah pantai, pegunungan, dan daerah- daerah terpencil dan di kelompok sosial
yang lain.
c. Kecerdasan Anak
Untuk meniru lingkungan tentang bunyi atau suara, gerakan,
dan mengenal tanda- tanda, memerlukan kemampuan motorik yang baik.
d. Status Sosial Ekonomi
Keluarga
Keluarga yang berstatus sosial ekonomi baik, akan mampu
menyediakan situasi yang baik bagi perkembangan bahasa anak- anak dan anggota
keluarganya.
e. Kondisi Fisik
Kondisi fisik di sini dimaksudkan kondisi kesehatan anak.
Seseorang yang cacat yang terganggu kemampuannya untuk berkomunikasi seperti
bisu, tuli, gagap atau organ suara tidak sempurna akan mengganggu perkembangan
berkomunikasi dan tentu saja akan mengganggu perkembangannya dalam berbahasa.
4.
Pengaruh Kemampuan Berbahasa
terhadap Kemampuan Berpikir
Kemampuan berbahasa dan kemampuan berpikir saling
berpengaruh satu sama lain. Bahwa kemampuan berpikir berpengaruh terhadap
kemampuan berbahasa dan sebaliknya, kemampuan berbahasa berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir. Seseorang yang rendah kemampuan berpikirnya akan mengalami
kesulitan dalam menyusun kalimat yang baik, logis, dan sistematis. Hal ini akan
berakibat sulitnya berkomunikasi. Akibat lebih lanjut adalah bahwa hasil proses
berpikir menjadi tidak tepat (benar), ketidaktepatan hasil pikir ini diakibatkan
kekurang mampuan dalam berbahasa.
5.
Perbedaan Individual dalam
Kemampuan dan Perkembangan Bahasa
Menurut Chomsky (Woolflok, dkk, 1984:70) anak dilahirkan ke
dunia telah memiliki kapasitas berbahasa. Akan tetapi seperti dalam bidang yang
lain, faktor lingkungan akan mengambil peranan yang cukup menonjol, dalam
mempengaruhi perkembangan bahasa anak tersebut. Mereka belajar makna kata dan bahasa
sesuai dengan apa yang mereka dengar, lihat dan mereka hayati dalam hidupnya
sehari- hari. Perkembangan bahasa anak terbentuk oleh yang berbeda- beda.
Bahasa berkembang dipengaruhi oleh faktor lingkungan, karena
kekayaan lingkungan akan merupakan pendukung bagi perkembangan peristilahan
yang sebagian besar dicapai dengan proses meniru. Dengan demikian, remaja yang
berasal dari lingkungan yang berbeda juga akan berbeda – beda pula kemampuan
dan perkembangan bahasanya.
6.
Upaya Pengembangan Kemampuan
Bahasa Remaja dan Implikasinya dalam Penyelenggaraan Pendidikan
Kelas atau kelompok belajar terdiri dari siswa- siswa yang
bervariasi bahasanya, baik kemampuannya maupun polanya. Menghadapi hal ini guru
harus mengembangkan strategi belajar mengajar bidang bahasa dengan memfokuskan
pada potensi dan kemampuan anak.
Perkembangan bahasa yang menggunakan model mengekspresikan
secara mandiri, baik lisan maupun tertulis, dengan mendasarkan pada bahan
bacaan akan lebih mengembangkan kemampuan bahasa anak dan membentuk pola bahasa
masing- masing. Dalam penggunaan model ini guru harus banyak memberikan
rangsangan dan koreksi dalam bentuk diskusi atau komunikasi bebas. Dalam pada
itu sarana perkembangan bahasa seperti buku- buku, surat kabar, majalah, dan
lain- lain hendaknya disediakan di sekolah maupun di rumah.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Setelah menyelesaikan penyusunan masalah tentang perkembangan fisik,
intelektual, sosial dan bahasa. Penyusun dapat menarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Perkembangan fisik pada masa remaja diawali dengan pubertas, adalah masa
kematangan fisik yang sangat cepat, yang meliputi aspek hormonal dan perubahan
fisik. Pikiran mereka juga berubah dengan artian mereka lebih dapat berfikir
abstrak dan hipotesis. Perasaan mereka berubah hampir terhadap segala hal,
semua bidang cakupan perkembangan sebagai seorang remaja menghadapi tugas utama
mereka membangun identitas termasuk identitas seksual yang akan terus mereka
bawa sampai masa dewasa.
2. Anak yang berkemampuan intelektuan tinggi akan berkemampuan berbahasa
secara baik.
3. Perkembangan sosial pada masa remaja berkembang pula kemampuan untuk memahami
orang sebagai individu.
4. Dengan perkembangan bahasa, berkembanglah pula kemampuannya untuk
mengungkapkan isi hatinya. Ia akan lebih mudah mengerti orang lain dan lebih
mudah dimengerti oleh orang lain. Semua ini sangat membantu perkembangan
tingkah laku dan sikap remaja.
B.
Saran
Berdasarkan hasil rangkuman, maka kami dapat mengemukakan saran. Remaja
merupakan tahap awal seorang anak untuk tumbuh menjadi seorang dewasa yang
cerdas dan berpengetahuan luas. Oleh sabab itu, orang tua harus memperhatikan
setiap perkembangan yang dialami oleh anaknya dari mulai perkembangan fisik,
emosi, motivasi, perasaan, intelektual, sosial dan bahasa. Agar anak tidak
terjerumus kedalam hal-hal yang negatif yang akan merusak dirinya sendiri.
Orang tua hendaknya mengetahui kedewasaan remaja dengan jalan memberikan
kebebasan terbimbing untuk mengambil keputusan dan tanggung jawab sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Daruma AR, Sulaiman Samad, dkk. 2004. Perkembangan Peserta Didik. Makassar: Penerbit FIP-UNM.
EmoticonEmoticon