Efek fotolistrik pertama kali diamati oleh Hertz pada tahun 1887 dan diselidiki secara detail oleh Hallwachs dan Lenard pada tahun 1886-1900. Dalam eksperimennya, Hertz mendapati bahwa percikan sinar pada rangkaian terjadi bila cahaya ultra ungu diarahkan pada salah satu logam. Selanjutnya, ditemukan bahwa penyebab percikan ini adalah elektron yang terpancar bila frekuensi cahaya cukup tinggi. Gejala percikan elektron tersebut kemudian dikenal dengan efek fotolistrik. Analisis yang paling tepat dikembangkan oleh Albert Einstein pada tahun 1905 berdasarkan asumsi Max Planck dengan mengajukan postulat bahwa cahaya terdiri dari paket-paket energi yang disebut kuanta atau foton.
Berdasarkan rangkaian percobaan efek fotolistrik yang dilakukan di laboratorium nyata, maka dirancang suatu laboratorium virtual efek fotolistrik dalam bentuk rangkaian percobaan yang terdiri dari beberapa pilihan jenis logam yang akan diradiasi oleh foton dengan frekuensi atau panjang gelombang tertentu. Adapun skema percobaan efek fotolistrik sebagai berikut:
Percobaan virtual efek fotolistrik ini diawali dengan memilih jenis logam yang akan diradiasi oleh foton. Selanjutnya menggeser scroll boxesspektrum untuk mengubah panjang gelombang atau frekuensi foton. Intensitas foton dan tegangan power supply dapat diatur dengan menginput nilainya secara langsung ataupun menggeser scroll boxes. Selanjutnya, perubahan arus listrik pada rangkaian dapat terlihat pada ammeter. Melalui perubahan frekuensi dan intensitas foton dan pancaran elektron pada setiap logam serta perubahan tegangan penghenti maka dapat diketahui hubungan antara frekuensi, panjang gelombang dengan kuat arus, hubungan antara tegangan/potensial penghenti dengan kuat arus listrik, energi foton dari setiap perubahan frekuensi foton, energi kinetik elektron dari potensial penghenti, dan fungsi kerja logam.
EmoticonEmoticon