TUJUAN
Melalui Makalah ini akan dibahas
Jenis Bioteknologi dalam pemanfaatanya dalam pemuliaan tanaman
PENDAHULUAN
Dengan demikian,
muncul istilah pemuliaan konvensional dan pemuliaan non konvensional
(menggunakan bioteknologi). Kedua metode ini mempunyai kelebihan dan
kekurangannya sehingga pada kenyataannya kedua cara ini saling menunjang atau
komplementer.
Para pemulia
pada masa kini harus mampu menggunakan kedua cara ini atau setidak-tidaknya
mengerti kedua cara tersebut.
Beberapa permasalahan yang dijumpai
dalam pemuliaan konvesional dapat diatasi dengan pemuliaan tanaman melalui
bioteknologi dan biologi molekuler. Berikut bioteknologi yang dimanfaaatkan
dalam kultur jaringan (in vitro).
1. Kemungkinan
memperbaiki karakter dari tanaman yang steril atau sukar menghasilkan bunga
(kultur sel dan kultur protoplasma).
2. Mempercepat
didapatnya tanaman homozigot (kultur anter).
3. Kemungkinan
melakukan hibridisasi jarak jauh dan tanaman yang secara seksual adalah
inkompatibel (fusi protoplas).
4. Membantu
penyelamatan embrio pada persilangan interspesifik (embrio rescue).
5. Kemungkinan
menambah atau memodifikasikan gen khusus (rekayasa genetika).
PEMBAHASAN
Metode Pemuliaan In vetro
pada umunya terdiri dari 5 jenis. Berikut pemaparanya .
A. Penyelamatan Embrio ( E Rescue)
Pengembangan
keragaman genetik sangat diperlukan dalam usaha mendapatkan varietas
unggul tanaman. Keragaman genetik dapatdiperofeii selain daripool tanaman
terbudidaya seperti varietas lokal, varietas unggul nasional, dan
galur-galur percobaan, juga diperoleh dari kerabat liar. Sudah banyak dilaporkan,
spesies liar merupakan sumber gen-gen yang menyandikan
karakter-karakter penting yang bermanfaat dalam BBgpptan pemuliaan, seperti
ketahanan terhadap sebagian besarhamadan I penyakit tanaman serta toleransi
terhadap stres lingkungan abiotik. Dengan I memindahkan gen pengendali karakter
yang bermanfaat ke tanaman budi daya, akan dihasilkan perluasan genetik untuk
keperluan program pemuliaan tanaman.
Salah satu cara memindahkan gen spesies liar ke varietas budidaya
adalah dengan persilangan kerabat jauh (interspesific hybridization), yang
dilanjutkan silang balik dengan salah satu tetuanya. Tujuan mengadakan
persilangan kerabat jauh tersebut adalah: 1) memperbesar variabilitas I
genetik, 2) memindahkan gen-gen asing yang mengendalikan ketahanan terhadap
hama dan penyakit serta toleran terhadap lingkungan rawanke varietas budidaya, 3)
diversifikasi sumber cytoplasmic
male sterile
untuk pengembangan padi hibrid, 4) menggali kemungkinan introgesi
gen-gen | biomas dan hasil tinggi.
Melalui metode ini, telah berhasil
diperoleh tanaman baru dengan
karakter
yang diharapkan. Di antaranya adalah pemindahan gen ketahanan terhadap tungro
dan busuk batang dari Oryza
officinalis, karakter mandul jantan sitoplasma dari O. glumaepatula dan O. perrenis, ketahanan terhaW
hawar daun dan penyakit blast dari O. minuta, ketahanan terhadap were*
punggung cokelat dari 0. officinalis, ketahanan terhadap hawar daun batt*
dan wereng cokelat dari Oryza
australiensis, ketahanan terhadap
hawar daun
bakteri dan blast dari Oryza minuta, ketahanan terhadap virus ke«« rumput dan busuk pelepah dari Oryza nivara serta ketahanan terhadap hawar
daun
bakteri dan wereng cokelat dari Oryza
granulata ke padi
budi daya (0. sativa). Ketahanan
terhadap nematoda penyebab root-knot
dari tomat spesies
liar Lycopersicon peruvianum ke tomat budi daya Lycopersicon esculentum, ketahanan terhadap Fusarium, Erwinia, dan Pseudomonas dari spesies liarnya ke
tanaman bunga potong Cyclament persicum.
Akan tetapi, banyak silangan-silangan FI
interspesifik embrionya gugur dan tidak terbentuk biji untuk seleksi
selanjutnya. Hal tersebut disebabkan karakter inkompatibilitas seksual yang
terjadi antara silangan berkerabat jauh (interspesific
hybridization). Inkompatibilitas
seksual ini menyebabkan ketidaksempurnaan pembentukan endosperm, tetapi
pembentukan embrio sempurna. Keguguran embrio disebabkan embrio tersebut tidak
mendapat nutrisi dari endosperm yang tidak sempurna.
Embrio ini dapat
diselamatkan dengan mengkulturkannya pada media aseptik. Media ini menggantikan
fungsi endosperm. Kesukaran yang umum terjadi dalam menyelamatkan embrio ini
adalah bagaimana mendapatkan eksplan embrio yang utuh dan komposisi media yang
sesuai, makin muda umur embrio tersebut makin sulit mendapat embrio yang utuh dan media yang sesuai
B. KulturAnter
kultur anter (anther culture) sering juga disebut dengan
nama kultur haploid. Kultur haploid adalah kultur yang menghasilkan tanaman
haploid. Tanaman haploid adalah tanaman yang mempunyai jumlah kromosom sama
dengan kromosom garnet (n). Dengan demikian, tidak perlu sama dengan jumlah kromosom
dasar. Untuk tanaman diploid (2n = 2x) jumlah kromosom garnet (n) adalah sama
dengan jumlah kromosom dasar. Tanaman tetraploid jumlah kromosom garnet sama
dengan dua kali kromosom dasar (n = 2x). Dengan demikian, istilah haploid pada
tanaman tetraploid dibedakan atas dihaploid (n = 2x) dan monohaploid (n = x).
Seperti telah diuraikan pada Bab
terdahulu bahwa tanaman haploid berperan penting dalam metode pemuliaan tanaman
modern. Kultur anter memberi peluang untuk menghasilkan galur murni secara
cepat, tanpa melalui banyak generasi silang dalam sebagaimana halnya metode
pemuliaan konvensional. Kegunaan lain tanaman haploid adalah membuat homozigot
ketakserasian sendiri (self
incompatibility). Ketakserasian sendiri dikendalikan oleh alel
S. Dengan kultur haploid dan penggandaan kromosom bisa didapat genotipe S yang
homozigot misalnya S1S1, S2S2, yang tidak mungkin diperoleh melalui hibridisasi
seksual.
Keuntungan dan kegunaan lain dari
tanaman haploid adalah seperti berikut.
1. Semua
karakter dapat ditampilkan pada keadaan monohaploid karakter yang dikendalikan oleh gen dominan maupun resesif.
2. Seleksi
pada tingkat haploid (mono atau di) jauh lebih mudah d; pada tingkat ploidi
yang lebih tinggi.
3. Pada
tanaman asparagus, kultur haploid dipergunakan untuk menghasilkan tanaman super
jantan yang selanjutnya dipergunakan untuk menghasilkan tanaman jantan. Tanaman
jantan memproduk$ rebung yang lebih banyak dan dengan kualitas lebih tinggi
daripada tanaman betina.
4. Tanaman
dihaploid dan tetrahaploid dapat dilepas sebagai varietasbar atau dipergunakan
sebagai tetua untuk pembentukan hibrida FI,
Sejarah kultur anter
dimulai dengan keberhasilan Guha dan Maheswarj I di India yang berhasil untuk
pertama kalinya mengkultur anter dari tanaman Datura
innoxia. Sejak saat itu, banyak penelitian dilakukan
untuk I mengekstrak haploid secara androgenesis (kultur anter). Kebanyakan
penerapan kultur anter dalam program pemuliaan tanaman adalah di RRC, I yang
dimulai sejak tahun 1970. Tanaman yang mereka muliakan melalui I kultur anter
meliputi tanaman padi, tembakau, kapas, kacang kedelai, karet, kubis, cabai,
anggur, bit, dan stroberi. Varietas-varietas baru dari tanaman padi, gandum dan
tebu telah dihasilkan melalui kultur anter dan telah dilepas ke petani.
C. Fusi Protoplasma
Fusi protoplasma merupakan suatu proses
alamiah yang terdapatmulai dari makhluk hidup tingkat rendah sampai pada
makhluk hidup tingkat tinggi. Pada proses pembuahan secara seksual terjadi
penyatuan garnet jantan (sub protoplasma) dengan garnet betina (protoplasma)
menjadizigot- Sel-sel dari tanaman tingkat tinggi berhubungan satu dengan lain
melalui plasmodesmata. Hubungan sel melalui plasmodesmata ini merupakan fusi protoplasma dengan
protoplasma.
Tujuan fusi protoplasma adalah untuk
mendapatkan suatu hibrid somatik atau sibrid atau mengatasi kelemahan dari
hibrid seksual. Terdap^ dua
kelemahan dari hibrida seksual sebagai berikut.
1. Sukar untuk mendapatkan suatu hibrid antar spesies dan
antar gener Hibrid somatik dapat mengatasi hal tersebut.
2. .
Sitoplasma pada perkawinan seksual hanya berasal dari tetua betina saja. Dalam
proses pembuahan garnet jantan hanya membawa inti saja dengan sedikit
sitoplasma sebaliknya pada tetua betina selain inti juga sitoplasma. Untuk
mendapat sitoplasma dari kedua tetua diadakan fusi antara sub protoplasma
(sitoplasma) dengan protoplasma untuk mendapatkan hibrid.
Pada mulanya fusi protoplasma lebih
banyak ditujukan pada penelitian dasardan kurang pada aplikasi praktis. Dengan
diketahui antara lain, bahwa karakter-karakter resistensi terhadap herbisida
penghambat fotosintesa terdapat pada kloroplas sedangkan karakter mandul jantan
(MS), heterosis (hybrid vigor) dan
resistensi terhadap berbagai penyakit terdapat pada mitokondria maka fusi
protoplas penting.
Contoh fusi sub
protoplasma dari dengan sub protoplasma adalah penggabungan mandul jantan
petunia ke tembakau. Dapat dilakukan melalui dua cara berikut.
1. Inaktifasi
inti dan sitoplasma. Protoplasma tembakau diberi yod asetat untuk mengaktifkan
sitoplasma dan protoplasma petunia diberi sinar radio aktif (sinar x atau
gamma) untuk mengaktifkan inti, kemudian kedua protoplasma itu difusikan. Hasil
fusi tersebut akan mengandung inti tembakau dan sitoplasma petunia.
2. Cara
transfer organela. Mitokondria dari petunia diisolasi dan dibungkus dengan
liposoma. Liposoma adalah suatu membran lipid yang dapat bersatu dengan membran
protoplas dan melepaskan organela atau DNA atau makromolekul yang dibungkus ke
dalam protoplas. Pada mitokondria yang dibungkus dengan liposoma itu akan
difusikan dengan protoplas tembakau. Hasil fusi ini akan mengandung inti
tembakau dan mitokondria dari tembakau dan Petunia. Diharapkan hibrid
mitokondria ini akan menampilkan karakter mandul jantan.
Contoh fusi protoplas dengan protoplas
adalah fusi antara Solarium tuberosum (kentang tetraploid (2n = 2x
= 48)) dengan S. brevidens (2n
= 2x = 24) yang resisten terhadap berbagai penyakit virus. Kentang tetraploid
ini mula-mula harus diadakan haploidisasi melalui kultur anter (androgenesis)
atau melalui penyilangan dengan S. phureja
(partenogenesis) menjadi tanaman kentang dihaploid (2n=24). Kemudian kentang
haploid difusikan dengan 5. brevidens.
Fusi protoplas ini akan menghasilkan tanaman kentang tetraploid yang resisten
terhadap penyakit virus.
Penelitian terapan dari fusi protoplas
ini terutama ditujukan untuk mempelajari pewarisan karakter-karakter resisten
terhadap herbisida, penyakit, stres, dan mandul jantan dari spesies-spesies
liar sebagai donor kepada genotipe-genotipe penerima. Banyak fusan (hasil fusi)
telah berhaSj| diregenerasi menjadi tanaman. Tanaman fusan ini
kebanyakan adalah sterj| merupakan kerugian dari tanaman yang produksi yang
diharapkannya terletak pada biji dan buah. Dua buah contoh berikut ini akan
menjelaskan hal tersebut.
1.
Fusi kentang dan
tomat. Tujuannya adalah untuk mendapatkan tanaman berbuah tomat dan berumbi
kentang. Hasil fusi ini menghasilkan dua macam sibrida (hibrida sitoplasma).
Sibrida dengan inti tomat disebut topato dan sibrida dengan inti kentang
disebut pomato. Baiktopato maupun pomato kedua-duanya tidak berumbi dan steril.
2. Fusi
tomat dan S. nigrum. Tujuannya untuk memindahkan resistensi terhadap herbisida
atrazine dari S. nigrum ke tanaman tomat. Tanaman tomat hasil fusi memang
resistensi terhadap herbisida tetapi steril.
Walaupun masih banyak
kendala dalam pengembangan varietasbaru melalui fusi protoplas akan tetapi
teknik ini perlu terus dikembangkan. Cara ini kemungkinan besar dapat digunakan
dalam perbaikan varietas tanaman hias atau tanaman yang dikembangbiakkan secara
vegetatif.
D. Keragaman Somaklonal
Keragaman somaklonal didefinisikan
sebagai keragaman genetik dari tanaman yang berasal dari kultur sel somatik
(sel daun, sel akar, dan Iain-lain). Tanaman yang berasal dari keragaman
somaklonal disebut somaklon. Keragaman somaklon berasal dari keragaman genetik
eksplan dan keragaman genetik yang terjadi di dalam kultur jaringan. Keragaman
pada eksplan disebabkan adanya sel-sel bermutan maupun adanya polisomatik dari
jaringan tertentu. Keragaman genetik yang terjadi di dalam kultur jaringan
disebabkan oleh penggandaan jumlah kromosom (fusi, endomitos), perubahan
struktur kromosom (pindah silang, mitosis, atau somatik), perubahan gen dan
perubahan sitoplasma. Dengan demikian, dari kultur jaringan dapat diseleksi
genotipe yang berguna bagi pemuliaan tanaman. Melalui teknis ini terdapat dua
hal yang berbeda kepentingannya bagi pemuliaan tanaman, yaitu mempertahankan
kestabilan genetik dan merangsang keragaman genetik. Kestabilan genetik dapat
dicapai dengan mendorong sesingkat mungkin fase pertumbuhan tak berdiferensiasi
(fase kalus sel bebas), sedangkan keragaman genetik dapat dicapai dengan fase tak berdiferensiasi
yang relatif panjang.
Ada tiga cara untuk mendapatkan tanaman
somaklon, yaitu regenerasi langsung, kultur sel tunggal, dan kultur
protoplasma. Induksi variasi somaklonal dengan regenerasi langsung dimaksudkan
bahwa dari eksplan langsung diregenerasi tunas adventif dan embrio somatik
tanpa melalui sel tunggal. Pada cara ini pemilihan eksplan dan media memegang
peranan penting. Pemilihan eksplan selain untuk mendapat keragaman genetik,
juga penting di dalam proses morfogenesis. Pada tanaman kentang, eksplan yang
berasal dari daun dan bagian-bagian daun lebih banyak memberikan keragaman
genetik daripada bagian eksplan lainnya. Keragaman somaklonal ini dapat
ditingkatkan dengan mutagen pada eksplan, baik secara fisik (sinar-x, sinar
gamma) maupun secara kimia (EMS,DEMS, NMU). Pemberian mutagen pada eksplan
adalah lebih baik daripada kalus. Pemberian mutagen pada eksplan akan
menghasilkan mutan utuh (solid
mutant), sedangkan pemberian mutagen pada kalus
menghasilkan mutan parsial (chimeric
mutant). Mutan utuh (non
chimeric) mempunyai nilai di dalam perbaikan tanaman.
Cara regenerasi langsung relatif lebih
mudah dibandingkan dengan cara lainnya. Cara ini dapat dilakukan pada tanaman
seperti mawar, gerbera, dianthus, anthurium, petunia, dan tanaman lainnya
seperti kacang tanah.
Kimerik (chimeric) banyak terdapat pada
tanaman hias daun maupun bunga-bungaan. Pada tanaman hias daun, kimerik
terdapat pada daun seperti pada acalypha, poinsettia, ananas, coleus, dan
codaieum. Demikian juga pada tanaman bunga, seperti bougenville, petunia,
dianthus, pelargonium, begonium, dan chrysanthemum. Sering ingin didapat warna
yang utuh dari jaringan kimerik tanaman tersebut. Kultur sel tunggal dan kultur
protoplasma dapat dipakai untuk memisahkan bagian kimerik tersebut menjadi
mutan-mutan yang utuh.
E. Transformasi Genetik Tanaman
Transformasi genetik tanaman adalah
pemindahan gen (DNA) asing (yang diisolasi dari tanaman, virus, bakteri, jamur,
dan hewan) ke dalam genom tanaman. Gen tersebut dapat menampilkan karakter yang
disandinya pada tanaman yang mengalami transformasi tersebut.
Manusia belajar proses transformasi dari
Agrobacterium tunefaciens. Bakteri
ini menginfeksi tanaman dikotil terutama keluarga Solanaceae. Sel yang
terinfeksi itu membelah diri dan memproduksi sel-sel tumor pada tanaman
Solanaceae. Sel-sel tumor ini mengeluarkan senyawa-senyawa oktopin yang menjadi
sumber makanan bagi bakteri (sumber C dan N).
Pada proses bakteri menginfeksi sel
tanaman, hanya bagian T-DNA (transfer DNA) dari Ti-plasmid yang ditembakkan ke
DNA tanaman dan HBpp gHM memproduksi ke dalam genom tanaman, memperkaya summer
keragaman genetik baru bagi program pemuliaan tanaman.
Makalah Jenis Bioteknologi In vitro Dalam Pemuliaan Tanaman
Format MS. Word 2013
File Size 29 Kb
Untuk mendownload, Silahkan tunggu sampai file succes generate 100%. Dan jika link rusak silakan lapor melalui halaman Contact Form blog ini.
1 komentar
Thanks for sharing,.
EmoticonEmoticon