Berikut tahapan-tahapan proses keputusan inovasi
a. Tahap
Pengetahuan (Knowledge)
Proses
keputusan inovasi dimulai dengan tahap pengetahuan yaitu tahap pada saat
seseorang menyadari adanya suatu inovasi dan ingin tahu bagaimana fungsi
inovasi tersebut. Pengertian menyadari dalam hal ini bukan memahami tetapi
membuka diri untuk mengetahui inovasi.
Seseorang
menyadari atau membuka diri terhadap suatu inovasi tentu dilakukan secara aktif
bukan secara pasif. Misalnya pada acara siaran televisi disebutkan berbagai
macam acara, salah satu menyebutkan bahwa pada jam 19.30 akan ada siaran
tentang metode baru cara mengajar berhitung di Sekolah Dasar. Guru A yang
mendengar dan melihat acara tersebut kemudian sadar bahwa ada metode baru
tersebut, maka pada diri Guru A tersebut sudah mulai proses keputusan inovasi
pada tahap pengetahuan. Sedangkan Guru B walaupun mendengar dan melihat acara
TV, tidak ada keinginan untuk tahu, maka belum terjadi proses keputusan
inovasi.
Seseorang
menyadari perlunya mengetahui inovasi biasanya tentu berdasarkan pengamatannya
tentang inovasi itu sesuai dengan kebutuhan, minat atau mungkin juga
kepercayaannya. Seperti contoh Guru A tersebut, berarti ia ingin tahu metode
baru berhitung karena ia memerlukannya. Adanya inovasi menumbuhkan kebutuhan
karena kebetulan ia merasa butuh. Tetapi mungkin juga terjadi bahkan karena
seseorang butuh sesuatu maka untuk memenuhinya diadakan inovasi. Dalam
kenyataan di masyarakat hal yang kedua ini jarang terjadi, karena banyak orang
tidak tahu apa yang diperlukan. Apalagi dalam bidang pendidikan, yang dapat
merasakan perlunya ada perubahan biasanya orang yang ahli, sedang guru sendiri
belum tentau mau menerima perubahan atau inovasi yang sebenarnya diperlukan
untuk mengefektifkan pelaksanan tugasnya. Sebagaimana halnya menurut dokter,
kita perlu makan vitamin, tetapi kita tidak menginginkannya, dan sebaliknya
sebenarnya kita ingin sate tetapi menurut dokter justru sate membahayakan kita.
Setelah
seseorang menyadari adanya inovasi dan membuka dirinya untuk mengetahui
inovasi, maka keaktifan untuk memenuhi kebutuhan ingin tahu tentang inovasi itu
buka hanya berlangsung pada tahap pengetahuan saja tetapi juga pada tahap yang
lain bahkan sampai tahap konfirmasi masih ada keinginan untuk mengetahui
aspek-aspek tertentu dari inovasi.
b. Tahap
Bujukan (Persuation)
Pada tahap
persuasi dari proses keputusan inovasi, seseorang membentuk sikap menyenangi atau tidak menyenangi
terhadap inovasi. Jika pada tahap pengetahuan proses kegiatan mental yang utama
bidang kognitif, maka pada tahap persuasi yang berperan utama bidang afektif
atau perasaan. Seseorang tidak dapat menyenangi inovasi sebelum ia tahu lebih
dulu tentang inovasi.
Dalam tahap
persuasi ini lebih banyak keaktifan mental yang memegang peran. Seseorang akan
berusaha mengetahui lebih banyak tentang inovasi dan menafsirkan informasi yang
diterimanya. Pada tahap ini berlangsung seleksi informasi disesuaikan dengan
kondisi dan sifat pribadinya. Di sinilah peranan karakteristik inovasi dalam
mempengaruhi proses keputusan inovasi
Dalam tahap
persiasi ini juga sangat penting peran kemampuan untuk mengantisipasi
kemungkinan penerapan inovasi di masa datang. Perlu ada kemampuan untuk
memproyeksikan penerapan inovasi dalam pemikiran berdasarkan kondisi dan
situasi yang ada. Untuk mempermudah proses mental itu, perlu adanya gambaran
yang jelas tentang bagaimana pelaksanaan inovasi, jika mungkin sampai pada
konsekuensi inovasi.
Hasil dari
tahap persuasi yang utama ialah adanya penentuan menyenangi atau tidak
menyenangi inovasi. Diharapkan hasil tahap persuasi akan mengarahkan proses
keputusan inovasi atau dengan dengan kata lain ada kecenderungan kesesuaian
antara menyenangi inovasi dan menerapkan inovasi. Namun perlu diketahui bahwa
sebenarnya antara sikap dan aktivitas masih ada jarak. Orang menyenangi inovasi
belum tentu ia menerapkan inovasi. Ada jarak atau kesenjangan antara
pengetahuan-sikap, dan penerapan (praktek). Misalnya seorang guru tahu tentang
metode diskusi, tahu cara menggunaknnya, dan senang seandainya menggunakan,
tetapi ia tidak pernah menggunakan, karena beberapa faktor: tempat duduknya
tidak memungkinkan, jumlah siswanya terlalu besar, dan takut bahan pelajarannya
tidak akan dapat disajikan sesuai dengan batas waktu yang ditentukan. Perlu ada
bantuan pemecahan masalah.
c. Tahap
Keputusan (Decision)
Tahap
keputusan dari proses inovasi, berlangsung jika seseorang melakukan kegiatan
yang mengarah untuk menetapkan menerima atau menolak inovasi. Menerima inovasi
berarti sepenuhnya akan menerapkan inovasi. Menolak inovasi berarti tidak akan
menerapkan inovasi.
Sering
terjadi seseorang akan menerima inovasi setelah ia mencoba lebih dahulu. Bahkan
jika mungkin mencoba sebagian kecil lebih dahulu, baru kemudaian dilanjutkan
secara keseluruhan jika sudah terbukti berhasil sesuai dengan yang diharapkan.
Tetapi tidak semua inovasi dapat dicoba dengan dipecah menjadi beberapa bagian.
Inovasi yang dapat dicoba bagian demi bagian akan lebih cepat diterima.
Dapat juga
terjadi percobaan cukup dilakukan sekelompok orang dan yang lain cukup
mempercayai dengan hasil percobaan temannya. Perlu diperhatikan bahwa dalam
kenyataannya pada setiap tahap dalam proses keputusan inovasi dapat terjadi
penolakan inovasi.
Misalnya
penolakan dapat terjadi pada awal tahap pengetahuan, dapat juga terjadi pada
tahap persuasi, mungkin juga terjadi setelah konfirmasi, dan sebagainya.
Ada dua macam
penolakan inovasi yaitu: (a) penolakan aktif artinya penolakan inovasi setelah
melalui proses mempertimbangkan untuk menerima inovasi atau mungkin sudah
mencoba lebih dahulu, tetapi keputusan akhir menolak inovasi, dan (2) penolakan
pasif artinya penolakan inovasi dengan tanpa pertimbangan sama sekali.
Dalam
pelaksanaan difusi inovasi antara: pengetahuan, persuasi, dan keputusan inovasi
sering berjalan bersamaan. Satu dengan yang lain saling berkaitan. Bahkan untuk
jenis inovasi tertentu dan dalam kondisi tertentu dapat terjadi uruatan:
pengetahuan – keputusan inovasi – baru persuasi.
d. Tahap
Implementasi (Implementation)
Tahap
implementasi dari proses keputusan inovasi terjadi apabila seseorang menerapkan
inovasi. Dalam tahap impelemntasi ini berlangsung keaktifan baik mental maupun
perbuatan. Keputusan penerima gagasan atau ide baru dibuktikan dalam praktek.
Pada umumnya impelementasi tentu mengikuti hasil keputusan inovasi. Tetapi
dapat juga terjadi karena sesuatu hal sudah memutuskan menerima inovasi tidak
diikuti implementasi. Biasanya hal ini terjadi karena fasilitas penerapan yang
tidak tersedia.
Kapan tahap
implementasi berakhir? Mungkin tahap ini berlangsung dalam waktu yang sangat
lama, tergantung dari keadaan inovasi itu sendiri. Tetapi biasanya suatu tanda
bahwa taraf implementasi inovasi berakhir jika penerapan inovasi itu sudah
melembaga atau sudah menjadi hal-hal yang bersifat rutin. Sudah tidak merupakan
hal yang baru lagi.
Hal-hal yang
memungkinkan terjadinya re-invensi antara inovasi yang sangat komplek dan sukar
dimengerti, penerima inovasi kurang dapat memahami inovasi karena sukar untuk
menemui agen pembaharu, inovasi yang memungkinkan berbagai kemungkinan
komunikasi, apabila inovasi diterapkan untuk memecahkan masalah yang sangat
luas, kebanggaan akan inovasi yang dimiliki oleh suatu daerah tertentu juga
dapat menimbulkan reivensi.
e. Tahap
Konfirmasi (Confirmation)
Dalam tahap
konfirmasi ini seseorang mencari penguatan terhadap keputusan yang telah
diambilnya, dan ia dapat menarik kembali keputusannya jika memang diperoleh
informasi yang bertentangan dengan informasi semula. Tahap konfirmasi ini
sebenarnya berlangsung secara berkelanjutan sejak terjadi keputusan menerima
atau menolak inovasi yang berlangsung dalam waktu yang tak terbatas. Selama
dalam konfirmasi seseorang berusaha menghindari terjadinya disonansi paling
tidak berusaha menguranginya.
Terjadinya
perubahan tingkah laku seseorang antara lain disebabkan karena terjadinya
ketidakseimbangan internal. Orang itu merasa dalam dirinya ada sesuatu yang
tidak sesuai atau tidak selaras yang disebut disonansi, sehingga orang itu
merasa tidak enak. Jika seseorang merasa dalam dirinya terjadi disonansi, maka
ia akan berusaha untuk menghilangkannya atau paling tidak menguranginya dengan
cara mengubah pengetahuannya, sikap atau perbuatannya. Dalam hubungannya dengan
difusi inovasi, usaha mengurangi disonansi dapat terjadi:
1) Apabila
seseorang menyadari akan sesuatu kebutuhan dan berusaha mencari sesuatu untuk
memenuhi kebutuhan misalnya dengan mencari informasi tentang inovasi. Hal ini
terjadi pada tahap penegtahuan dalam proses keputusan inovasi.
2) Apabila
seseorang tahu tentang inovasi dan telah bersikap menyenangi inovasi tersebut,
tetapi belum menetapkan keputusan untuk menerima inovasi. Maka ia akan berusaha
untuk menerimanya, guna mengurangi adanya disonansi antara apa yang disenangi
dan diyakini dengan apa yang dilakukan. Hal ini terjadi pada tahap keputusan
inovasi, dan tahap implementasi dalam proses keputusan inovasi.
3) Setelah
seseorang menetapkan menerima dan menerapkan inovasi, kemudian diajak untuk
menolaknya. Maka disonansi ini dapat dikurangi dengan cara tidak melanjutkan
penerimaan dan penerapan inovasi (discontinuing). Ada kemungkinan lagi
seseorang telah menetapkan untuk menolak inovasi, kemudian diajak untuk
menerimanya. Maka usaha mengurangi disonansi dengan cara menerima inovasi
(mengubah keputusan semula). Perubahan ini terjadi (tidak meneruskan inovasi
atau mengikuti inovasi terlambat pada tahap konfirmasi dari proses keputusan
inovasi.
Ketiga cara
mengurangi disonansi tersebut, berkaitan dengan perubahan tingkah laku
seseorang sehingga antara sikap, perasaan, pikiran, perbuatan sangat erat
hubungannya bahkan sukar dipisahkan karena yang satu mempengaruhi yang lain.
Sehingga dalam kenyataan kadang-kdanag sukar orang akan mengubah keputusan yang
sudah terlanjur mapan dan disenangi, walaupun secara rasional diketahui ada
kelemahannya. Oleh karena sering terjadi untuk menghindari timbulnya disonansi,
maka itu hanya berubah mencari informasi yang dapat memperkuat keputusannya.
Dengan kata lain orang itu melakukan seleksi informasi dalam tahap konfirmasi
(selective exposure).
Untuk
menghindari terjadinya dropout dalam penerimaan dan implementasi inovasi
(discontinu) peranan agen pembaharu sangat dominan. Tanpa ada monitoring dan
penguatan orang akan mudah terpengaruh pada informasi negatif tentang inovasi.
EmoticonEmoticon