Berikut Makalah tentang konstuksi teori yang kami susun dalam rangka pemenuhan tugas mata kuliah filsafat pendidikan sains dan metode ilmiah.
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala
atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga Berkat hal tersebut kami dapat menyusun sebuah makalah berjudul “Telaah Konstruk Teori”. Tidak Lupa pula
kami hanturkan Shalawat dan salam kepada junjungan mulia Nabi Muhammad
Shallallahu`alaihi Wa Sallam sosok manusia pilihan yang telah menyelamat umat
manusia dari belenggu kejahiliaan.
Kedua ucapan di
atas sering dijadikan formalitas ucapan pembuka atau mukadimah semata,
padahal seyogyanya kita selaku ummat islam tidak hanya menganggapnya sebagai
formalitas melainkan sebagai bentuk pengingat jati diri dan kemudian diwujudkan
dalam bentuk implementasi dalam beraktivitas di kehidupan sehari-hari.
Menyangkut Makalah yang berjudul Telaah Konstruk Teori
ini kami susun dengan rujukan beberapa
referensi yang membahas materi Konstruksi Teori. Kami sadari makalah ini masih
terbatas dan penuh kekurangan dalam berbagai hal tetapi kami kelompok dua selaku
penyusun makalah tetap berharap bahwa dengan kehadiran makalah ini kiranya bisa
mendatangkan manfaat bagi pembaca sekalian dalam rangka menambah wawasan. Sebagai
bentuk umpan balik kepada kemi selaku penyusus materi, kepada pembaca jangan
sungkan untuk memberikan kritik dan saran berkaitan dengan makalah ini.
Palu, 24 November
2019
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A
Latar Belakang
Teori-teori anda temukan dalam buku pelajaran entah itu buku eksakta maupun
ilmu sosial merupakan buah dari kerja ilmuwan sebagai penemu yang kemudian kita
definisikan penemu itu sebagai orang yang mengekstrak teori tersebut dari
gejala alam yang diamati. Antara teori dan fungsinya mempunyai hubungan
sistematika yang komulatif. Bagi
peneliti Teori adalah Jawaban dari pertanyaan “mereka” tentang alam namun
seiring waktu berjalan bagi generasi generasi pembelajar selanjutnya Teori
adalah cara Mereka mengerti tentang bagaimana alam bekerja. Sebagai contoh dalam fisika sebagai salah
satu basic sains angka 9,8 m/s2 yang kita kenal sebagai konstanta
gravitasi merupakan buah dari apel yang jatuh ke bawah. Namun sekarang apel
yang jatuh ke bawah adalah sebuah sejarah yang terpisah dari ilmu eksakta,
suatu yang bermakna saat ini dan tersimpan dalam memori untuk keperluan praktis
adalah tentang kuantitas dari 9,8 m/s2 tersebut.
Teori tidak tunggal melainkan
tersusun dari sebuah struktur layaknya sebuah bangunan yang bersama-sama menghadirkan
fungsi dari bangunan tersebut. Bangunan suatu teori adalah abstrak dari
sejumlah konsep yang disepakatkan dalam definisi-definisi akan mengalami
perkembangan, dan perkembangan itu terjadi apabila teori sudah tidak relevan
dan kurang berfungsi lagi untuk mengatasi masalah. Jika suatu teori ingin
diakui sebagai ilmiah, teori ini haruslah cocok (compatible) dengan teori-teori
lain yang telah diakui sebelumnya. Dan jika suatu teori memilki kesimpulan
prediktif yang berbeda dengan teori lainnya, salah satu diantara kedua teori
tersebut salah.
Penerimaan suatu teori dalam komunitas ilmiah, tidak berarti bahwa teori
tersebut memiliki kebenaran mutlak. Setiap teori selalu sudah dipengaruhi oleh
pengandaian-pengandaian dan metode ilmuwan yang merumuskannya. Kemampuan suatu
teori untuk memprediksi apa yang akan terjadi merupakan kriteria bagi validitas
teori tersebut. Semakin prediktable teori tersebutsemakin besar pula teori
tersebut akan diterima di dalam komunitas ilmiah. Ketika suatu bentuk teori telah dianggap mapan
di dalam komunitas ilmiah, maka hampir semua ilmuwan dalam komunitas ilmiah
tersebut menggunakan teori yang mapan itu, di dalam penelitian mereka.
Konstruksi teori dalam filsafat digunakan sebagai salah satu metode untuk
menguraikan suatu ilmu. Sehubungan dengan hal tersebut sebuah makalah berjudul
telaah konstuk teori disusun untuk memberikan pengetahuan mengenai konstruksi
teori sebagai bagian dari mempelajaran filsafat.
B
Tujuan Penulisan Makalah
Makalah ini secara umum bertujuan untuk menambah wawasan mengenai Konstrusi
teori. Secara khusus tujuan makalah ini sebagai pemenuhan tugas mata kuliah
filsafat pendidikan.
C
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam isi makalah
adalah sebagai Berikut :
1.
Apa yang dimaksud dengan Teori ?
2.
Apa yang dimaksud dengan Konstruk teori ?
3.
Bagaimana Menguji Keabsahan Suatu Teori?
BAB II PEMBAHASAN
A
Teori
Sebelum kita lebih dalam membahas mengenai konstruksi teori perlu diketahui
dulu apa yang dimaksud dengan Teori itu sendiri.
Menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI) Teori didefisikan sebagai
pendapat yang didasarkan pada sebuah penelitian dan penemuan yang didukung oleh
data dan argumen. Karena teori berasal dari data maka kebenaran suatu teori
direfleksikan pada datanya dan proses pengambilan data tersebut. Meskipun
dikatakan berasal dari data namun bukan berarti rana teori hanya pada Sains
seperti fisika dan kimia tetapi teori juga berlaku untuk ilmu sosial.
Wahyono ( 2005) menjelaskan bahwa teori adalah pendapat, cara dan
aturan dalam melakukan sesuatu. Jadi teori tidak hanya berupa pendapat namun
teori juga bisa berupa cara atapun aturan. Dalam dunia pendidikan dalam hal ini
kaitan antara teori dan ilmu pengetahuan mempunya hubungan asimetris. Kita
dapat mengatakan bahwa teori adalah buah dari ilmu pengetahuan, itu benar tapi tidak salah juga jika dikatakan teori
yang mengembangkan ilmu pengetahuan.
Teori dapat dianalogikan sebagai sebuah bangunan sehingga membangun teori
Sama halnya dengan membangun sebuah rumah. Dalam membangun sebuah bangunan atau
misalnya bangunan itu adalah rumah maka dibutuhkan bahan-bahan untuk membuat
membentuk rumah tersebut. bahan-bahan
tersebut adalah batu bata yang kemudian disusun membentuk sebuah tembok antara
tembok satu dengan tembok yang lain kemudian membentuk sebuah ruangan Man dan
secara keseluruhan ruangan-ruangan inilah yang kemudian membentuk rumah. sama halnya dengan teori batu bata yang kita
andaikan saat membangun rumah adalah ilmiah yang berperan sebagai konsep, dinding-dinding tembok adalah proposisi dan
rumah ah adalah teori. dari penjabaran
ini kita juga dapat mengartikan bahwa Teori adalah suatu sistem proposisi
proposisi atau sebuah rangkaian terpadu dari proposisi-proposisi tersebut (Ihalauw, 2008).
Mengulas lebih dalam mengenai teori bahwasanya
teori memiliki fungsi, peran, tujuan Dan juga memiliki sifat yang menjadi
karakter dari teori. Dari segi Fungsi teori dapat berfungsi sebagai ikhtisar
fakta dan hukum yang dapat diaplikasikan sebagai sebuah alat untuk
mentransformasi.
Sebuah teori dapat melengkapi maupun mengubah
teori lain. bahkan tidak sebatas mengubah suatu teori yang mempunyai
kajian yang sama dengan teori sebelumnya dan terbukti mengadakan suatu kebaruan
yang membatalkan teori sebelumnya maka teori ini bisa menghapuskan teori yang
sebelumnya. sebagai contoh mengenai teori tentang alam semesta yang kita
pelajari disekolah, Di zaman modern ini adalah bahwa bumi dan planet-planet
lain di tata surya kita bersama-sama mengitari pusat tata surya yaitu
matahari. zaman dulu teori ini
tidak diakui karena bertentangan dengan teori sebelumnya sebuah teori yang
dinamakan teori geosentris dimana diyakini bersama bumi sebagai pusat tata
surya sehingga benda-benda langit termasuk matahari revolusi mengelilingi bumi. paham tentang teori ini kala itu seorang
astronom Fisikawan terkenal bernama Galileo dijatuhi hukuman oleh Gereja karena
mendukung teori yang berlawanan dengan teori geosentris yang disebut
heliosentris.
Menyangkut peran, teori mempunyai peran yang bisa
dibilang sangat penting karena semua pengertian diambil dari pada proses
penciptaan teori itu sendiri. Untuk tujuan dari teori secara umum teori
bertujuan untuk menjelaskan sesuatu yang sebelumnya tidak dimengerti (Wahyono, 2005). Perkembangan fenomena alam yang aneh dan
menyalahi logika sementara merupakan objek kajian yang sangat menarik bagi
kalangan peneliti. kemudian tentang sifat dari teori, Teori memiliki sifat
keilmiahan, sifat ilmiah inilah yang
menciptakan karakter dari teori yang tidak rigid dan tidak statis. Teori
bersifat elastis dan dinamis, Makna dari elastis dan dinamis artinya bahwa
teori yang kita pelajari saat ini sewaktu-waktu bisa berubah dan dapat berubah
tanpa intervensi dari siapapun selama data sebagai tinjauan kebenaran teori
tersebut benar.
B
Kontruks
Teori
Konstruk Teori adalah konsep hipotesis yang digunakan
oleh para ahli yang berusaha membangun teori untuk menjelaskan tingkah laku alam (ABDURRAFIQ, 2010). Terdapat empat elemen dari
teori, yaitu 1) asumsi-asumsi filosofis atau keyakinan-keyakinan dasar yang
mendasari teori; 2) konsep-konsep atau building blocks; 3)
eksplanasi-eksplanasi atau hubungan-hubungan dinamis yang dibuat oleh teori;
dan 4) prinsip-prinsip atau panduan bagi suatu tindakan (Rahardjo, 2011).
1)
Asumsi-asumsi Filosofis
Titik awal untuk setiap teori adalah
asumsi-asumsi filosofis yang mendasarinya. Mengetahui asumsi-asumsi dibalik
sebuah teori merupakan langkah awal untuk memahami setiap teori yang ada.
Asumsi-asumsi filosofis dibagi ke dalam tiga tipe utama, yaitu epistemologi
atau pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan; ontologi atau pertanyaan-pertanyaan
tentang keberadaan; dan aksiologi atau pertanyaan-pertanyaan tentang nilai.
Setiap teori, secara tersurat atau tersirat, akan mencakup asumsi-asumsi
tentang sifat pengetahuan dan bagaimana pengetahuan tersebut diperoleh, apa
yang menciptakan realitas, dan apa yang bernilai. Mencari asumsi-asumsi
tersebut akan memberikan landasan untuk memahami bagaimana posisi teori itu
sendiri dalam hubungannya dengan teori-teori lain pada isu-isu dasar yang
membantu mengkonstruksikan sebuah teori.
2)
Konsep-Konsep
Elemen berikutnya adalah konsep-konsep.
konsep-konsep atau sering juga kita Bahasakan sebagai istilah-istilah maupun
definisi-definisi dapat menjadi sarana bagi seseorang untuk bisa mengerti apa
yang sebuah teori coba sampaikan. Sebuah konsep memiliki definisi
spesifik yang lebih mendasar dari pada sebuah teori sehingga dikatakan bahwa
konsep merupakan elemen pembentuk teori. namun Adakalanya teori merupakan
konsep itu sendiri. Teori yang berhenti pada tataran konseptual adalah teori
yang bertujuan untuk memberikan sebuah daftar kategori-kategori untuk sesuatu
tanpa menjelaskan bagaimana setiap kategori berhubungan satu sama lain.
3)
Eksplanasi-eksplanasi
Para teoritisi mengidentifikasi
keteraturan-keteraturan atau pola-pola dalam hubungan di antara variabel-variabel.
Dalam istilah yang paling sederhana, eksplanasi menjawab pertanyaan “Mengapa?”.
Sebuah eksplanasi mengidentifikasikan “kekuatan logis” di antara
variabel-variabel yang menghubungkannya dalam beberapa cara (Rahardjo, 2011).
4)
Prinsip-prinsip
Prinsip-prinsip adalah
komponen terakhir dari teori. Sebuah prinsip merupakan pedoman yang
memungkinkan kita menginterpretasikan suatu peristiwa, membuat penilaian
tentang apa yang sedang terjadi, dan kemudian memutuskan bagaimana bertindak
dalam situasi tersebut(Rahardjo, 2011)
Dalam menkontruk teori diperlukan metode-metode untuk menkonstruksi
teori-teori dengan mengikuti sistematika yang direncanakan secara hati-hati dan
secara universal disetujui. Walaupun memang ada aturan-aturan bagaimana
menkonstruksi suatu teorinya, namun
tidak disangksikan bahwa cara untuk menkonstruksi teori itu merupakan suatu
proses yang bisa bersifat khas dan sangat individual, dan tidak dapat
dimasukkan dalam satu pun klasifikasi. bahwa ada dua metode konstruksi teori,
yaitu metode deduktif dan metode induktif (Suharjana, 2012).
1.
Konstruksi
Teori Secara Deduktif
Teoriwan deduktif bekerja dari atas ke bawah. Ia membangun suat teori yang
kelihatannya logis, dengan dasar apriori. Kemudian teori itu diuji dengan
melakukan eksperimen-ekspreimen yang sifatnya ditentukan oleh teori tersebut.
Dalam teori semacam ini mula-mula dirumuskan sekumpulan asumsi-asumsi dasar
atau postulat-postulat, dengan memperhatikan factor-faktor tertentu yang telah
dikenal. Dri postulat-postulat ini kemudian dikeluarkan hipotesis-hipotesis
atau teorema-teorema. Hipoetsis-hipotesis ini kemudian diuji, dan hipotesis
yang terbukti benar, dipertahankan. Dengan cara yangs ama, postulat-postulat
yang menghasilkan teorema-teorema atau hipotesis-hipotesis yang benar,
dipertahankan, sehingga selama periode tertentu teori itu mengalami koreksi sendiri.
Teori deduktif selalu berada dalam proses koreksi, dan karena itu meminta
banyak dilakukan penelitian. Masalhnya dengan teori semacam ini ialah andai kata
sebagaian besar dari postulat-postulat itu tidak benar, teori akan menyebabkan
dilakukannya penelitian-penelitian yang sedikit tidak berguna.
2.
Konstruksi
Teori Secara Indukatif
Menurut cara ini, teori-teori menjadi generalisasi-generalisasi dari
fakta-fakta empiris. Teoriwan induktif bekerja dari bawah ke atas, menyusun
system-sistem (dapat disebut teori-teori mini) yang memperhatikan hasil-hasil
penelitian yang telah berkali-kali diuji. Lalu menyusun system-sistem yang
lebih tinggi tingkatnya sebagai generalisasi dari teori-teori mini itu, dan
akhirnya merumuskan suatu teori yang dapat mencakup semua pernyataan yang lebih
rendah tingkatannya. Pendekatan semacam ini mempunyai satu keuntungan, yaitu
orang yang merekonstruksi teori itu tidak pernah jauh dari
pernyataan-pernyataan yang ‘kebenarannhya’ cukup tinggi. Tetapi ada masalah
yang dihadapinya, yaitu cara ini kerap kali menyebabkan timbulnya teori-teori
yang rendah tingkatnya. Di antaranya ada yang tidak khas, fungsinya tindih satu
dengan yang lain.
C
Validasi
Keabsahan Konstruk Teori
Pada suatu saat mungkin timbul suatu pertanyaan tentang ‘kebenaran’ suat
teori yang telah dirumuskan. Sebenarnya yang menjadi masalah bukan kebenaran
suatu teori, melainkan yang ingin dikatahui ialah apakah teori tertentu
relative lebih baik daripada teori yang lama, dan apakah bagian tertentu dari
suatu teori, memerlukan revisi. Ada tiga cara untuk menguji suatu teori, yaitu
ditinjau dari segi (1) sintak, (2) semantic, dan (3) parsimony (Suharjana, 2012).
1.
Secara
Sintaks
Salah satu tes suatu teori ialah apakah teori itu secara internal konsisten
dan logis. Oleh karena semua teori itu disusun atas dasar postulasi
hubungan-hubungan antar akonstruk-konstruk, maka dari seorang teoriwan diminta
bahwa teorinya tunduk pada peraturan-peraturan sintatik, di mana ia
memperlihatkan bahwa konstruk-konstruk yang digunakannya dalam teorinya dapat
saling dihubungkan, dan akhirnya dihubungkan pada data yang sebenarnya.
Aturan-aturan ini dapat bersifat matematik (dalam physical science) atau
verbalitas (seperti dalam psikologi dan pendidikan).
Presisi (ketelitian) secara sintatik lebih diharapkan dari sains (physical
science) daripada psikologi ataupun pendidikan, terutama sintaks matematika.
Psikologi lebih banyak menggunakansyntaks verbalistik, karena sifat
keilmuannya.
2.
Secara
Semantik
Suatu teori terutama diuji apakah teori itu membuat
generalisasi-generalisasi yang benar dan prediksi-prediksi yang sahih (valid).
Hal ini disebut semantic. Pada dasarnya suatu teori dapat lulus atau gagal
waktu diuji secara eksperimen. Hal ini berarti, bahwa suatu teori harus
dirumuskan sedemikian rupa sehingga dapat diuji. Inilah yang merupakan masalah
yang ditemukan berulang kali dalam menilai ‘kebenaran’ teori-teori.
Eksperimen-eksperimen akan banyak digunakan untukmengetahui nilai relative
dari suat teori terhadap teori yang lain. suatu teori dinilai lebih daripada
teori yang lain, bila kedua teori itu membuat prediksi-prediksi yang berbeda
dan bukti-bukti empiris yang lebih menyokong prediksi-prediksi dari teori yang
satu dibandingkan dengan prediksi-prediksi yang berasal dari teori yang
lainnya. Inilah yangd isebut tes semantic dari suatu teori. Tetapi dalam
kenyataannya, setelah dilakukan eksperimen-ekspreimen, hanya sedikit kasus yang
menunjukkan, bahwa suatu teori jelas lebih unggul daripada teori yang lain.
kerap kali para peneliti menafsirkan suatu bukti yang negative dari suatu tes
semantic. Hal ini merupakan suatu petunjuk bahwa teori itu tidak boleh
digunakan lagi. Para peneliti itu dapat memutuskan, bahwa konsep yang mereka
teliti mungkin berpengaruh pada proses-proses belajar, tetapi mungkin mereka
menemukan masalah dalam ‘definisi operasional’ mereka (cara mereka mengukur
konsep itu).d alam hal ini mungkin diperlukan alat ukur yang lain atau
variable-variabel lain yang harus diteliti. Misalnya, dalam penelitian tentang
pengaruh umpan balik pada belajar. Mereka mungkin mengambil kesimpulan, bahwa
umpan balik belum diberikan secara jelas pada subjek, atau umpan balik
diberikan terlalu sering. Jadi, penelitian baru harus direncanakan dan
dilakukan.
Hal lain yang juga harus diperhatikan ialah bagaimana “sempurnanya”
prediksi-prediksi seharusnya dalam suatu teori. Tentang hal ini, dalam sains
terdapat dua konsepsi. Konsepsi ‘klasik’ beranggapan bahwa seseorang dapat
membuat prediksi-prediksi yang sempurna, dan menghasilkan penjelasan-penjelasan
yang tidak dapat disangkal. Konsepsi yang kedua menerima pendekatan
‘probabilitas’ tentang prediksi. Ini berarti, bahwa pada akhirnya kita akan
memperoleh derajat ketelitian yang paling tinggi dalam membuat prediksi-prediksi,
tetapi kita tidak dapat mengharapkan akan mempunyai ketelitian yang sempurna
dalam prediksi-prediksi kita. Kedua konsepsi itu diperdebatkan dalam sains dan
filsafat sains dalam beberapa decade yang lampau. Posisi klasik disebut pula
posisi ‘deterministik’, sedangkan posisi yang kedua disebut posisi
‘probabilistik’.
Posisi apa pun yang dianut oleh seseorang tentang hal ini, namun tes yang
penting tentang suatu teori adalah sejauh mana prediksi-prediksi yang
dihasilkan dari teori itu ditunjang oleh bukti-bukti empiris.
3.
Parsimoni
Yang kurang penting bila dibandingkan dengan kedua tes tentang teori yang
telah diuraikan di atas ialah aturan parsimony, aturan ini mengemukakan, bahwa
bila dua teori kelihatannya sama sahihnya ditinjau dari segi semantic maupun
segi sintatik, maka teori yang lebih sederhanalah yang diterima.
Dalam psikologi dan pendidikan pada kenyataannya, parsimony tidak begitu
menjadi masalah, karena masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang belum terawab
mengenai kesahihan semantic dari sebagaian besar teori-teori dalam kedua bidang
ini.
Selain ketiga tes untuk teori yang telah dikemukakan diatas, tentunya masih
ada beberapa yang lain yang tidak dibahas dalam buku ini. tetapi dengan
memperhatikan criteria seperti tersebut diatas kita telah mempunyai cara-cara
untuk menilai teori-teori. Sekali ini perlu ditekankan, bahwa yang penting
ialah bukannya untukmenemukan suatu teori yang benar, atau dipercaya, atau
sempurna, melainkan untuk menemukan suatu teori yang lebih baik.
BAB III KESIMPULAN
Dari pembahasan materi
kosntrusi teori dengan mengacu pada rumusan masalah dapat dibuat beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1.
Teori adalah
pendapat, cara atau aturan yang didasarkan pada data hasil pengamatan baik
secara langsung maupun tidak langsung.
2.
Konstruk Teori adalah
konsep hipotesis yang digunakan oleh para ahli yang berusaha membangun teori
untuk menjelaskan tingkah laku alam. Ada dua
metode konstruksi teori, yaitu metode deduktif dan metode induktif
3.
Untuk menguji
Keabsahan suatu teori dapat dilakukan dengan melalui tiga cara yaitu ditinjau
dari segi (1) sintak, (2) semantic, dan (3) parsimony
DAFTAR PUSTAKA
ABDURRAFIQ. (2010). TELAAH KONSTRUKSI
TEORI. PUSDIKLAT TEKNIS KEAGAMAAN KEMENTERIAN AGAMA.
Ihalauw, J. J. O. . (2008). Konstruksi teori. Jakarta:
PT. Grasindo.
Rahardjo, T. (2011). Konstruksi Teori (Komunikasi) dalam
Logika Hypothetico-Deductive. Jurnal Universitas Diponegoro.
Suharjana, rahmat.
(2012). PENJELASAN TEORI DAN KONSTRUKSI TEORI. Retrieved November 29, 2019,
from http://rahmatsuharjana.blogspot.com website:
http://rahmatsuharjana.blogspot.com/2012/09/penjelasan-teori-dan-konstruksi-teori_2.html
Wahyono, H. (2005). Makna dan Fungsi Teori dalam Proses
Berpikir Ilmiah dan dalam Proses Penelitian Bahasa. Jurnal Penelitian
Inovasi.
EmoticonEmoticon