Asteroid dan Sejarah Pelanet yang hilang | Asteroid berasal dari bahasa yunani yaitu Asteroeides. Istilah tersebut dicetuskan oleh William Herschel yang artinya benda langit seperti bintang. Hal ini karena pada awalnya asteroid teramati secara individu sehingga dalam pengamatan tampak seperti bintang. Dalam perkembangannya asteroid kini juga disebut minor atau planetoid, berdasarkan tinjauan ukuran, asteroid adalah benda berukuran lebih kecil daripada planet, tetapi lebih besar dari pada meteoroid, umumnya terdapat di bagian dalam Tata Surya (lebih dalam dari orbit planet Neptunus).
Asteroid merupakan kumpulan dari ribuan planet-planet kecil dan pecahan-pecahan benda angkasa yang membentuk sebuah sabuk (belt) yang terletak diantara planet Mars dan planet Jupiter. Asteroid pun yang kemudian manjadi pembatas antara planet-planet dalam dan planet luar.
Penemuan asteroid tak terlepas dari peran para astronomer dan filsup beberapa abad yang lalu.
Pemicu penemuan asteroid berkaitan dengan teori “Lost Planet” yang kemudian menjadi salah saatu teori asal usul
dari asteroid.
Baca Juga : Sejarah Perkembangan Komputer : Sebuah Timeline dari masa lalu
Sebelum tahun 1772 tidak diketahui ada benda mengedari Matahari di antara
planet Mars dan Jupiter. Bahkan sekedar dugaan akan hal ini pun belum pernah ada
yang mengemukakan sampai akhirnya pada tahun itu Johann Elert Bode (1747-1826)
dan Johann Daniel Titius (1729-1796) dari Jerman memperkirakan bahwa terdapat
planet di sana melalui perumusan matematis yang kemudian lebih dikenal sebagai
Hukum Titius-Bode yang dipublikasikan dalam bukunya Contemplation de la Nature
tahun 1772. Perumusan matematis oleh Titius bahwa apabila jarak Matahari – Bumi
didefinisikan sebesar 1 (satu), maka jarak rata-rata planet ke Matahari
mendekati harga
Dari
rumus tersebut dijadikan dasar untuk pencarian planet. Pada waktu itu tahun
1772 uman manusia setidaknya telah berhasil mengidentifikasi dan memberi nama
untuk 6 planet. Planet-planet tersebut adalah merkurius, venus, bumi, mars,
jupiter dan saturnus. Berikut data jarak planet dari matahari berdasarkan rumus
titius-bode.
Table 1 Hasil Rumus Titus-bode
Adapun untuk n = 3, saat itu belum diketahui planet
apa gerangan yang terdapat pada jarak tersebut. Perumusan ini dampaknya besar,
yang menggiring para astronom mencoba membuktikan kebenarannya. Inilah awal
mula istilah planet yang hilang dan dimulailah pencarian khususnya untuk n = 3.
Penelitian Carl Friedrich Gauss membuahkan hasil. Dia menemukan objek langit yang posisinya bersesuaian dengan posisi n=3 atau lost planet yang dikemukakan teori titus-bode. Objek ini kemudian diberi nama Ceres.
Baca juga : Sejarah Singkat Perkembangan Kamera
Tahun 1802 justru Olbers juga menemukan objek lain yang kemudian diketahui
mempunyai carakteristik seperti ceres yang dinamai pallas. Kendati demikian
baik ceres maupun pallas belum bisa dikatakan planet dikarenakan ukurannnya
yang terlalu kecil. Untuk mengklasifikasi keduanya untuk memudahkan pengenalan
keduanya diberi isitilah umum dengan nama Asteroeides yang artinya benda langit seperti bintang.
Gambar 1 Asteroid Ceres dan Pallas
Dengan adanya kasus di atas membuat para astronom pun mulai menduga, bahwa
di antara Mars dan Jupiter pastilah banyak benda sejenis Ceres dan Pallas. Hal
ini mulai digagas oleh Olbers yang kemudian menyatakan bahwa dahulu kala di
lintasan orbit mereka berdua (indeks n = 3) terdapat sebuah planet. Apa kaitan
planet dengan asteroid? Dikemukakannya bahwa planet ini meledak atau telah
terjadi tabrakan dengan sebuah komet besar.
Penelitian terus diadakan, satu persatu ditemukan asteroid lainnya hingga
tahun 1891 berkat kemajuan teknologi berhasil diketahui bahwa setidaknya terdapat
lebih dari 600.000 benda sperti cerres dan pallas yang terdeteksi dari teknologi
berbasis foto. Keunikannya adalah daerah sebaran utamanya berada di antara Mars
dan Jupiter (bersesuaian dengan n = 3) dan dari sini lahirlah istilah Sabuk
Asteroid (Asteroid Belt, dengan rentang jarak dari Matahari antara 2,2 hingga
3,3 s.a).
EmoticonEmoticon