KONSEP RUANGAN IDEAL DENGAN TINGKAT PENULARAN COVID-19 MINIMUM DITINJAU DARI VARIABEL TERMODINAMIKA
I.
PENDAHULUAN
Salah satu materi yang diperlajari pada ilmu fisika
adalah Termodinamika. Termodinamika
Mengkaji mengenai energi dan sifat zat yang berhubungan dengan panas dan
kerja. Zat yang dibahas dianggap suatu yang bersifat sinambung dan sifat sistem
dinyatakan dalam sifat yang dapat diukur. Materi yang dibahas meliputi sistem
,sifat dan keadaan zat, kesetimbangan, proses dan siklus, masa jenis, volume
jenis, temperatur, tekanan dan gas ideal. Dapat dikatakan bahwa termodinamika
secara umum meninjau variabel di dalam sebuah ruangan berbatas yang disebut
sistem dan terpisah dari lingkungannya, baik itu berupa mesin dan siklus
kerjanya maupun sebuah ruangan kosong belaka.
Variabel termodinamika terdiri dari tekanan, volume
dan temperatur yang dapat digunakan untuk menyatakan kondisi suatu ruangan.
Seperti menyatakan ruangan mana yang paling panas atau yang paling dingin. Baik
itu temperatur, volume ataupun tekanan berdampak kepada komponen lain dalam
ruangan. Dalam hal ini termasuk keberadaan mikroorganisme seperti virus
Covid-19 di dalam ruangan tersebut.
Covid-19 adalah singkatan dari corona virus disease 2019 atau penyakit yang disebabkan oleh virus
Corona yang pertama kali ditemukan tahun 2019. Seperti namanya penyakit ini
disebabkan oleh sebuah virus baru yang awalnya bernama novel coronavirus
(2019-nCov)(Nurhayati et al., 2020). Daya tular covid-19 yang tinggi membawa dunia ke dalam
situasi pandemik yang perlu segera dituntaskan.
Penanganan serentak yang digalakkan pemerintahan dunia
sebagai prioritas utama adalah upaya pencegahan penularan melalui himbaun
penerapan protokol kesehatan standar sembari menunggu ditemukannya vaksin. Ada
tiga jalur penyebaran covid-19 yaitu melalui udara, fomites dan droplet (Nurhayati et al., 2020). Ketiga jalur tersebut menjadikan lingkungan sekitar orang
yang terinfeksi sebagai wadah penularan. Sehubungan dengan hal tersebut salah
satu perlakuan yang dapat dimaksimalkan sebagai bagian dari upaya pencegahan
penularan adalah perlakuaan ruang dengan manipulasi varibel termodinamika
seperti suhu, tekanan, laju udara dan keadaan zat yang terbukti mempengaruhi
aktivitas virus corona.
II.
TUJUAN DAN METODE PENULISAN
Fokus bahasan dan tujuan penulisan dari artikel ini
adalah mendeksripsikan karateristik yang harus ada pada sebuah ruangan, yang
disitilahkan “Ruangan ideal” agar tingkat penyebaran di dalamnya dapat ditekan limit to zero persen atau dalam bahasa
lain dapat diminimalkan sekecil mungkin.
Karakteristik yang dimaksud berupa variabel termodinamika pada kuantitas
dan atau kualitas tertentu yang tidak mustahil untuk dihadirkan dalam ruangan
yang dianggap sebagai sistem tertutup. Mempertimbangkan perspektif tujuan dan
aplikasinya dalam kehidupan sebuah ruangan semisal fasilitas umum hendaknya
memang “ideal” dalam artian mendukung penularan virus corona seminimum mungkin.
Metode yang
digunak an dalam artikel ini menggunakan metode studi kepustakaan atau pendekatan
kepustakaan (library research). Studi
kepustakaan dilakukan dengan membaca sumber-sumber kepustakaan untuk memperoleh
data yang diperlukan (Arikunto, 2013).
Studi pustaka atau kepustakaan meliputi serangkaian kegiatan yang berkenaan
dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah
bahan dari sejumlah jurnal atau artikel penelitian terkait dengan fokus materi
yang dikaji. Studi literatur dilakukan dengan membaca sumber-sumber kepustakaan
untuk memperoleh data yang diperlukan. Terdapat enam tahapan untuk melakukan
tinjauan pustaka, yaitu (1) Pemilihan topik, (2) Pencarian literatur terkait,
(3) Pengembangan argumen, (4) Pengkajian literatur, (5) Penilaian literatur,
(6) penulisan Review (Machi & MceVoy, 2009).
III.
PEMBAHASAN
Pola Penularan Virus Corona
Dalam pengkajian ruangan ideal dengan tingkat
penyebaran virus corona minimum, wawasan tentang bagaimana virus corona dapat
menular perlu diketahui. Ruangan dapat dianggap sebagai sistem tempat carrier berada atau pernah ada dan berinteraksi langsung dengan carrier. Istilah Carrier merujuk pada orang yang
bisa menularkan virus tanpa disadari (Nurhayati et al., 2020).
Menurut Huang et al., (2020) gerbang penularan virus corona dimulai dari tetesan cairan
pernapasan yang mengandung virion (dari diameter <1 hingga 2000 μm) yang
dilepaskan oleh orang yang terinfeksi melalui batuk, bersin, dan berpotensi
bahkan berbicara. Saat Virion tersebut keluar dari inang dan berbaur dengan
variabel ruang maka akan mengalami perubahan wujud. Ada wujud inti padat varion
yang disitlahkan dengan fomites dan wujud gas dalam bentuk aerosol. Virion yang
berpindah langsung ke orang lain tanpa mengalami transit pada lingkungan
terlebih dahulu juga dapat terjadi misalnya melalui jabat tangan.
Gambar 1 Ilustrasi Jalur Umum
Penyebaran Virus Corona (sumber : (Huang et al., 2020))
Penularan melalui Formites
terjadi hanya jika seseorang lebih dulu mengambil virion dari benda dan
permukaan yang terkontaminasi (misalnya, dengan tangan mereka) dan kemudian
memindahkannya ke mulut, hidung, atau matanya (Huang et al., 2020). Formites adalah perubahan wujud virion akibat pengaruh
varibel termodinamika berupa suhu ruangan yang menyebabkan cairan virion
menguap dan menyisahkan inti padanya. Pengaruh suhu suatu ruangan berpengaruh
terhadap waktu perubahan virion ke formites.
Virion yang terlepas di udara dalam ukuran kecil saat
penderita batuk, dan bersin menghasilkan aerosol dan / ordroplet dengan jumlah
bervariasi (Kohanski et al., 2020). Aerosol dari pernapasan penderita covid-19 berada di ruang
dan berbaur dengan partikel udara lainnya.
Waktu suspensi partikel yang terelpas ke udara tergantung pada
ukurannya. Dalam bentuk aerosol virus corona penyebab Covid-19 dapat bertahan
hingga 3 jam (Han & Yang, 2020).
Gambar 2 Penularan Aerosol (Sumber : (Kohanski et al., 2020)
Pada Gambar 2 diatas memberi ilustrasi potensi penularan virus melalui
udara. Pada jarak interaksi kurang dari 3 m dari penderita peluang penularan
lebih besar dikarenakan transmisi akan terjadi tidak hanya dalam bentuk aeroso
tetapi juga droplet. Ini menunjukkan pentingnya menjaga jarak interaksi lebih
dari 3 meter dari penderita covid-19. Area penyebaran aerosol terkomtaminasi
dari penderita tergantung dari dua hal yang pertama adalah kecepatan awal dan
aliran udara dalam ruang (Kohanski et al., 2020). Kecepatan awal ditinjau dari bagaimana cara pelepasan, saat
bicara kecepatan transmisinya lebih rendah dari pada saat bersin sehingga area
penyebaran aerosol terkontaminasi saat bersin lebih luas dari pada
berbicara. Tinjauan yang kedua adalah
aliran udara dalam ruang yang dipengaruhi oleh ventilasi udara dan keberadaan
alat elektronik seperti AC dan atau kipas angin.
Temperatur Ruangan
Karateristik
Ruangan ideal yang pertama adalah terkait variabel termodinamika berupa
temperatur atau suhu dari sebuah ruangan. Temperature memiliki keterkaitan
dengan variabel lainnya seperti tekanan dan volume udara. Ada banyak penelitian yang menunjukkan adanya
pengaruh suhu terhadap aktivitas dan daya transmis virus corona penyebab
covid-19.
Sebuah artikel
berjudul “Persistence of coronaviruses on inanimate surfaces and their
inactivation with biocidal agents” yang dipublikasikan 31 januari 2020
menyebutkan bawah “Human coronaviruses
can remain infectious on inanimate surfaces at room temperature for up to 9
days. At a temperature of 30°C or more the duration of persistence is shorter.
Veterinary coronaviruses have been shown to persist even longer for 28 d” (Kampf et al., 2020). Pada kasus terinfeksi virus corona dapat bertahan hidup dan
melakukan transmisi atau penularan pada suhu kamar (20-25°C) sehingga pada
rentang suhu dibawah 26°C virus corona mempunyai resitansi untuk berhana hidup
dan berkembang biak melalui infeksi inang. Sementara pada suhu 30°C atau
diatasnya durasi bertahan hidup virus coronoa lebih rendah. Informasi lain
dikatakan bahwa sama dengan virus secara umum dimana pada suhu 56°C virus
corona tidak dapat lagi bertahan hidup.
Dalam sebuah
penelitian lainnya pada laboratory-grown copy of the coronavirus (SARS-CoV-2)
menujukkan menunjukkan bahwa panas memengaruhi virus dan memengaruhi
perilakunya. Nicholls dan rekan-rekannya dari tim di Universitas Sun Yat-sen di
Guangzhou, Cina, sebelumnya menghasilkan penelitian, yang diterbitkan pada
bulan Februari , dengan memperhatikan efek panas terhadap aktivitas virus
corona. Penelitian mereka didasarkan pada salah satu salinan SARS-CoV-2 yang
dikembangkan laboratorium pertama di dunia. Mereka mengatakan bawah Temperatur
dapat secara signifikan mengubah transmisi COVID-19 dan juga mengatakan bahwa
"virus sangat sensitif terhadap suhu tinggi.
Transmisi virus
melalui udara atau dalam bentuk aerosol tetap berada dalam ruangan selamat 3
jam setelah terlepas dari inangnya (Han & Yang, 2020). Upaya inaktivasi virus corona dapat dilakukan dengan
mengupayakan penguapan. Peningkatan konsentrasi garam saat aerosol dan droplet
menguap, dapat menyebabkan bakteri terinaktivasi (Nurhayati et al., 2020). Perubahan temperatur dalam suatu ruangan menyebabkan
peningkatan energi kinetik molekul air yang turut berdampak pada kemampuan
molekul tersebut untuk melawan daya tarik molekul lainnya. Hal ini dapat
dijelaskan dengan persamaan energi kinetik gas.
Pada rumus tersebut
tampak jelas bahwa penambahan suhu suatu ruangan dapat meningkatkan energi
kinetik molekul atau gas yang terdapat di dalamnya. Hal ini peningkatan suhu
ruangan dapat memperbesar inaktivasian virus corona penyebab covid-19.
Keadaan droplet yang
berada pada ruangan juga terpengaruh oleh pengaturan suhu ruangan. Droplet yang
keluar dalam bentuk cairan mengalami penguapan yang laju perubahannya
dipergaruhi variabel suhu. Droplet yang dihembuskan dapat diasumsikan akan menguap
dalam lingkungan diam pada suhu lingkungan atau ruangan tetap dan kelembaban
relatif (Chaudhuri
et al., 2020). Adapun besar laju perubahan massa air droplet karena penguapan
dapat dikalkulasi dengan menggunakan persamaan (Chaudhuri
et al., 2020)
Rs adalah jari-jari
tetesan sesaat, ρv adalah massa jenis uap air, Dv adalah
difusivitas biner uap air di udara, dan αg adalah difusivitas termal udara di
sekitarnya. BM = (Y1,s - Y1,∞) / (1 - Y1, s)
dan BT = Cp,l(Ts - T∞) / hfg
masing-masing adalah nomor perpindahan massa dan perpindahan panas Spalding. Di
sini, Y1 adalah fraksi massa uap air, sedangkan subskrip s dan ∞
masing-masing menunjukkan lokasi di permukaan tetesan dan di medan jauh.
Subskrip numerik 1, 2, dan 3 masing-masing akan menunjukkan air, udara, dan
garam. Cp, l dan hfg adalah kalor jenis dan kalor laten
spesifik dari penguapan droplet liquid. Untuk tetesan air murni, uap pada
permukaan tetesan dapat diasumsikan berada pada keadaan jenuh
Kendati demikian
temperature ruangan perlu didukung oleh
variabel ruangan lainnya. Hal tersebut dikarenakan meskipun inaktivasi virus
dapat ditingkatkan dengan meningkatkan suhu ruangan tetapi berdampak negatif
pada penambahan aerosolization rate of
resporatory droplets dalam suatu ruangan (Zhao et
al., 2020). Aerosolization
rate of resporatory droplets didefinisikan sebagai persentase droplet hasil
respirasi untuk berubah menjadi aerosol penular virus. Orang yang rentan dapat
menghirup aerosol dan dapat menjadi terinfeksi jika aerosol tersebut mengandung
virus dalam jumlah yang cukup untuk menyebabkan infeksi pada orang yang
menghirupnya (WHO,
2020). Jumlah virus yang berubah menjadi
aerosol melalui hembusan berbeda-beda untuk setiap penderita (WHO,
2020).
Tanpa adanya aprosedur
medis yang menghasilkan aerosol jumlah droplet nuclei di udara lebih kecil atau
bahkan tidak ada. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa tidak ada virus corona
yang hidup diudara yang ada hanya RNA SARS-CoV-2 dalam jumlah yang sedikit untuk volume udara yang
besar (Santarpia
et al., 2020). Simpulan
yang kita pahami dari hal ini bahwanya bisa dikatakan transmisi virus corona
melalui aerosol berpeluang lebih kecil dibandingkan cara transmisi virus corona
lainnya. Meskipun dikatakan demikian dukungan variabel lain selain temperatur
perlu dibahas sebagai bagian dari konsep ruang idea dimana salah satu variabel
tersebut berupa tekanan udara
di dalam ruangan.
Tekanan dan Pertukaran Udara
Tekanan udara dalam termodinamika disimbolkan dengan P
sebagai insial dari pressure. Secara
langsung tekanan udara berhubungan dengan pertukaraan udara yang sering juga
dijelaskan sebagai aliran pertukaran energi panas. Penelitian berjudul “Higher Temperature, Pressure, and
Ultraviolet Are Associated with Less COVID19 Prevalence“ menujukkan bahwa
selain temperatur, tekanan udara juga berpengaruh terhadap transmisi virus
corona penyebab covid-19 (Takagi et al., 2020). Prevelansi mengukur jumlah orang yang terinfeksi
virus dalam suatu waktu tertentu pada cakupan daerah tertentu. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa prevelansi menurun pada tekanan udara yang
besar. Penerapan
tekanan udara yang lebih besar dari tekanan udara normal dalam suatu ruangan
dapat dilakukan dalam hal meminimalisir transmisi atau penularan virus. Besar
tekanan udara hendaknya memperhatikan faktor yang dapat menpengaruhi kesehatan
manusia.
Gambar 3 Pengaruh Tekanan Udara
terhadap Prevelensi Covid-19 (sumber :(Takagi et al., 2020)
Aliran udara
dalam ruangan mempengaruhi transmisi virus terutama untuk penularan melalui
droplet dan aerosol. Penelitian berbantual visualisasi computer menunjukkan
pemetaan aliran udara dalam sebuah ruangan sempit (gambar 4). konsentrasi aerosol
terkontaminasi dapat bervariasi dari satu tempat ke tempat lain tergantung pada
lokasi penyebar dan pola aliran udara(A & Chudnovsky, 2020). Banyak fator yang
dapat mempengaruhi aliran udara seperti jumlah lokasi pintu dan jendela,
ventilator, pemanas, pergerakan orang, dll. Sistem AC sentral umum yang
mendinginkan udara dalam ruangan tetapi tidak menukarnya dengan udara luar dan
bukan memfilter virus membantu menyebarkannya ke seluruh ruang ber-AC (A & Chudnovsky, 2020).
Gambar 4 Visualisasi Aliran Udara dalam
Ruang sempit (A & Chudnovsky, 2020)
Indikator warna dari biru ke
merah menunjukkan besar aliran udara dari lambat ke yang paling cepat. Fakta
ini menunjukkan aerosol yang mengandung virus corona dapat menyebar keseluru
ruangan dan terkontrentrasi lebih besar pada daerah aliran rendah pada jangka
waktu tertentu. Sementara untuk droplet yang ukuranya lebih besar dari status
aerosol akan berada pada aliran udara cepat.
Pada ruangan
khusus untuk tujuan medis normalnya menggunakan sistem ruangan dengan isobarik
yaitu tidak ada perbedaan tekanan antara ruang satu dan rungan lainnya. Untuk
tujuan perawatan dan pengobatan penderita covid-19 ruangan didesain dengan
sistem Negatif Pressure. Dengan
tekanan negatif aliran udara akan dipaksa untuk masuk ke sistem atau mengalir
dari lingkungan (luar ruang) ke sistem (dalam ruang). Hal ini bertujuan untuk
mencegah terjadinya penularan ke ruangan di luar ruangan tempat perawatan atau
pengobatan penderita covid-19.
Gambar 5 Sistem Tekanan Ruangan RS
(sumber : (Azbil, 2020))
Untuk ruangan
yang berbatasan langsung dengan lingkungan alam dan tujuannya adalah untuk meminimalkan
penyebaran virus corona didalamnya, udara dapat dialirkan keluar melalui sistem
ventilasi atap pada setiap satuan waktu yang konstan.
Gambar 6 Ilustrasi Pertukaran udara
dalam ruangan (sumber : satoday.com)
Penekanan disini
adalah perlunya sistem pertukaran yang baik pada sebuah ruangan. Hal ini sesuai
dengan temuan penelitian bahwa area dengan konsentrasi tinggi terdapat pada ruangan
berventilasi buruk seperti
di toilet dan ruang ganti dokter (Liu et al., 2020).
Faktor Material Ruangan
Variabel termodinamika dalam kajian ini seperti suhu,
tekanan dan laju perubahan udara merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam
konsep ruangan ideal dengan penularan minimum. Meskipun demikian variabel
termodinamika bukanlah satu-satunya tetapi terdapat Faktor lain yang turut memberikan konstribusi
dalam mewujudkan konsep ruangan ideal penyebaran minimum virus corona penyebab
covid-19 yaitu pada artikel ini di isitlahkan sebagai Faktor Ruang
Non-termodinamika. Dalam kejian ini faktor non-termodinamika tersebut yaitu jenis
bahan konstrusi ruangan.
Sejumlah
penelitian menyatakan bahwa terdapat perbedaan persitensi virus corona penyebab
covid-19 (2019-nCov) pada bahan atau material yang berbeda. Perbedaan ini dapat
menjadi pertimbagan dalam memilih bahan untuk konstruksi ruangan ataupun
prabotan untuk meminimalkan penularan covid-19 di dalamnya. Investigasi
persitensi virus 2019-ncov ini diindikasikan dari seberapa lama virus 2019-nCov
dapat hidup pada dipermukaan suatu bahan.
Table 1 Persistensi Virus corona
(2019-Ncov) Pada permukaan suatu bahan (sumber :
(Fiorillo
et al., 2020)
Penelitian oleh Van Doemalen et al (2020) yang disajikan dalam tabel 1
menunjukkan bahwa pesistensi virus 2019-nCov paling lemah pada bahan copper atau tembaga yaitu 4 jam Presistensi
Paling kuat pada data tersebut dengan waktu hidup sampai 48 jam yaitu pada
stainless steel. Untuk jenis keramik sebagai material lantai yang paling umum
digunakan, corona virus (2019-nCov) misalnya dalam bentuk fomites dalam keadaan
terbiarkan dapat bertahan sampai 5 hari (Zhao et al., 2020).
Dalam perkembangannya sejalan dengan penelitian yang terus dilakukan
ruangan nantinya diperkirakan dapat dilapisi dengan mekanisme operasi dan
efektivitas pembunuh virus dari beberapa jenis bahan anorganik dan organik dalam
bentuk nanomaterial seperti permukaan omniphobic yang menekan transfer virus
yang dimediasi permukaan (Imani et al., 2020). Meskipun beberapa dari teknologi yang muncul ini belum
diuji secara langsung sebagai pelapis antivirus, namum memiliki potensi besar
untuk merancang permukaan antivirus generasi berikutnya.
IV.
KESIMPULAN
Konsep Ruangan ideal untuk meminimalkan penularan virus covid-19
mempertimbangkan variabel termodinamika dalam suatu ruangan yang antara lain
berupa suhu, tekanan dan laju udara dalam ruangan tersebut. Faktor
non-termodinamika seperti bahan konstruksi ruangan juga merupakan hal yang
harus diperhitungkan. Temperatur
atau suhu dapat secara signifikan mengubah transmisi COVID-19 dan juga merupakan
bentuk upaya menginaktivasikan virus corona. Kuantitas suhu dalam ruangan
hendaknya diupayakan setinggi mungkin tentunya mempertimbangkan daya tahan
manusia terhadap suhu. Aerosol akibat
peningkatan suhu bisa dikendalikan dengan sistem tekanan udara ruangan baik
berupa sistem isobarik ataupun tekanan negatif mempertimbangkan tujuan fungsional
ruangan. Ventilasi atap dan alat pembersih udara yang bekerja dengan baik dapat
digunakan juga dalam upaya mendukung idealitas ruangan. Terakhir adalah
pemilihan bahan konstuksi ruangan hendaknya dipertimbangkan berdasarkan
persitensi virus corona penyebab covid-19 pada material tertentu. Penggunaan
keramik dalam hal ini sebagai lantai dapat meningkatkan resiko penularan
virus dikarenakan pada bahan keramik
virus corona dapat bertahan hingga 5 hari. Alternatif materialnya dapat
menggunakan copper dengan persitensi
virus terlemah.
V.
DAFTAR REFERENSI
A, L. A. A., & Chudnovsky, E. M. (2020). A Physicist View
of COVID-19 Airborne Infection through Convective Airflow in Indoor Spaces. SciMedicine
Journal, Vol. 2, Sp. http://dx.doi.org/10.28991/SciMedJ-2020-02-SI-5
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktik. Rinerka cipta.
Azbil. (2020). Pandemi Mode Sistem Kontrol Aliran Udara yang
Digunakan Di Rumah Sakit Selama Pandemi Covid-19. Az.
Chaudhuri, S., Basu, S., Kabi, P., Unni, V. R., & Saha,
A. (2020). Modeling the role of respiratory droplets in Covid-19 type
pandemics. Physics of Fluids.
https://doi.org/https://doi.org/10.1063/5.0015984
Fiorillo, L., Cervino, G., Matarese, M., D’Amico, C., Surace,
G., Paduano, V., Fiorillo, M. T., Moschella, A., Bruna, A. La, Romano, G. L.,
Laudicella, R., Baldari, S., & Cicciù, M. (2020). COVID-19 Surface
Persistence: A Recent Data Summary and Its Importance for Medical and Dental
Settings. The Special Issue Dental Public Health: Issues, Challenges and
Opportunities. https://doi.org/https://doi.org/10.3390/ijerph17093132
Han, Y., & Yang, H. (2020). The transmission and
diagnosis of 2019 novel coronavirus infection disease (COVID-19): A Chinese
perspective. Journal of Medical Virology.
https://doi.org/10.1002/jmv.25749
Huang, H., Fan, C., Li, M., Nie, H.-L., Wang, F.-B., Wang,
H., Wang, R., Xia, J., Zheng, X., Zuo, X., & Huang, I. (2020). COVID-19: A
Call for Physical Scientists and Engineers. ACSnano.
https://doi.org/https://dx.doi.org/10.1021/acsnano.0c02618
Imani, S. M., Ladouceur, L., Marshall, T., Maclachlan, R.,
Soleymani, L., & Didar*, T. F. (2020). Antimicrobial Nanomaterials and
Coatings: Current Mechanisms and Future Perspectives to Control the Spread of
Viruses Including SARS-CoV-2. American Chemical Society.
https://doi.org/https://doi.org/10.1021/acsnano.0c05937
Kampf, G., Todt, D., & Pfaender, D. (2020). Persistence
of coronaviruses on inanimate surfaces and their inactivation with biocidal
agents. Journal of Hospital Infection.
Kohanski, M. A., MD, P., L. James Lo, P., & Michael S.
Waring, P. (2020). Review of indoor aerosol generation, transport and control
in the contextof COVID-19. International Forum of Allergy & Rhinology,
Vol. 10 No.
Liu, Y., Ning, Z., Chen, Y., Guo, M., Liu, Y., & Gali.
(2020). Aerodynamic analysis of SARS-CoV-2 in two Wuhan hospitals. Nature.
https://doi.org/10.1038/s41586-020-2271-3
Machi, L. A., & MceVoy, B. T. (2009). The Literature
Review: Six Steps to Success. Corwin Press.
Nurhayati, E., Rizaldi, D. R., & Fatimah, Z. (2020).
PENCEGAHAN PENYEBARAN COVID-19 MELALUI INAKTIVASI VIRUS DALAM KAJIAN KINETIKA,
TERMODINAMIKA, DAN KESETIMBANGAN. Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, Volume
5, 102–107.
Santarpia, J., Rivera, D., Herrera, V., & Morwitzer, M.
(2020). Transmission potential of SARSCoV-2 in viral shedding observed at the
University of Nebraska Medical Center (pracetak). MedRxiv.
https://doi.org/10.1101/2020.03.23.20039446.
Takagi, H., Kuno, T., Yokoyama, Y., Ueyama, H., Takuya,
Matsushiro, Hari, Y., & Ando, T. (2020). Higher Temperature, Pressure, and
Ultraviolet Are Associated with Less COVID19 Prevalence. MedRxiv.
https://doi.org/: https://doi.org/10.1101/2020.05.09.20096321
WHO. (2020). Transmisi SARS-CoV-2: implikasi terhadap
kewaspadaan pencegahan infeksi. World HEalth Organization.
Zhao, L., Qi, Y., Luzzatto-fegiz, P., Cui, Y., & Zhu, Y.
(2020). COVID-19: Effects of Environmental Conditions on the Propagationof Respiratory
Droplets. American Chemical Sosciety.
1 komentar
EmoticonEmoticon