Hipnoteaching, Pengertian dan Penerapannya dalam Pembelajaran



Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan penyelenggaraan pendidikan adalah kemampuan guru dalam menyiapkan anak didiknya melalului proses pembelajaran yang berlangsung. Terikait hal ini Pernah kah anda mendengar istilah Hipnoteaching ?


APA ITU HiPNOTEACHING ?


Hipnotis mungkin lebih sering kita kenal sebagai modul kriminalitas. Tetapi ternyata metode serupa dapat diterapkan dalam pembelajaran.



Dari segi istilah hipnoteaching adalah gabungan teaching (mengajar) dan hipnosis. Hipnosis diartiakan sebagai suatu kondisi pikiran dimana fungsi analitis logis pikiran di reduksi, sehingga memungkinkan individu memasuki kondisi bawah sadarnya.



Hipnoteaching didasarkan pada Teori psikologi Sigmund Freund tentang tingkatan kesadaran manusia.



Metode Hipnosis ini, diketahui sudah di kenal sejak abad pertengahan bahkan lebih lama. Peninggalan Pictograph dan tulisan-tulisan kuno yang ditemukan, misalnya papirus ebres dari mesir yang telah berusia 3000 tahun mencatatkan metode yang mirip dengan hipnosis yang kalah itu digunakan oleh para pendeta untuk keperluan pengobatan.



Alam bawah sadar menyimpan beragam potensi internal yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas seseorang termasuk dalam menerima pembelajaran. Pada kondisi memasuki bawah sadar atau Hypnotic trance individu akan lebih terbuka terhadap sugesti. Sehingga dapat dinetralkan dari berbagai hal di luar fokus tujuan. Dalam konteks pembelajaran, guru dapat memberikan sugesti yang membuat peserta didik lebih fokus dalam belajar dan melupakan faktor internal atau pun eksternal lainnya seperti rasa bosan, lelah, keingina untuk bermain, ketidak sukaan terhadap mata pelajaran yang diajarkan dan sejenisnya.



Perlu di ketahui meskipun berada pada kondisi hypnotic trance buka berarti individu kehilangan kesadaran, meraka masih sadar terhdap lingkugannya. Hakikatnya manusia mempunyai dua jenis dimensi pikiran yang paralel dan saling berhubungan yaitu pikiran sadar (conscious mind) dan pikiran bawah sadar (unconscious mind).



Prilaku manusia lebih banyak di sebabkan oleh alam bawah sadar. Menurut penelitian pengaruh pikiran sadar terhadap hidup manusia yang sebesar 12 %, sedangkan pengaruh pikiran bawah sadar sebesar 88 %. (gunawan 2011)



Jadi saat terjadi konflik antara pikiran sadar dan bawah sadar maka pikiran bawah sadar akan menang. Seperti tentang kebiasaan berbohong, Seseorang yang mempunyai habit berbohong akan sangat kesulitan menghentikan kebiasaan bohongnya karena ini terkait pikiran bawah sadar. Saat individu ini dihadapkan pada situasi dimana pikiran sadar dan bawah sadarnya bertentangan dia akan menuruti kebiasaan dan mulai berbohong. Meskipun dia tahu dengan berbohong itu tidak baik.



Sementara dalam pembelajaran hampir 98% pengetahuan di lakukan oleh otak dan tubuh pada level bawah sadar.



Teori Seputar Hipteaching dan Mekanismenya


Inti dari Metode pembelajaran Hipnoteaching adalah bagaimana mengakses alam bawah sadar siswa saat belajar. Pada level pikiran bawah sadar otak akan teraktivasi pada gelombang Theta pada frekuensi (4-8 HZ) ini adalah kondisi paling optimal untuk belajar.



Teori mengatakan bahwa setidak ada 4 pengkategorian gelombang otak :

1. Pertama, Beta (12 – 40 Hz). Kondisi dimana seseorang individu sedang aktif-aktfinya, memberi antensi, kewaspadaan , kesigapan atau berada dalam kondisi cemas atau ketidaknyamanan

2. Alpha ( 8 -12 hz), meruapakan fase meditasi dasar yang menjembatangi antara alam pikiran sadar dan bawah sadar.

3. Theta pada frekuensi (4-8 HZ) yang merupakan zona bawah sadar, pada fase ini dikatakan disertai dengan pelepasan carectolamines yang berfungsi sangat vital untuk belajar.

4. Fase ke empat adalah Delta (0,1 -4 Hz) fase ini adalah bagian terdalam dari aktivasi otak. Pada kondisi ini seseorang biasanya akan mengalami tidur tanpa mimpi.

Bagi bapak ibu/guru yang sering mendapati peserta didik tidur saat pembelajaran, mungkin stimulasi hipnotis yang anda lakukang terlalu jauh ke fase delta.



Pertanyaan sekarang adalah bagaimana cara guru membuat Peserta didik masuk ke gelombang otak theta ? apakah harus memakai lioting terus mengoyang goyangkannya di depan kelas ?



Tidak seekstrim itu, cukup dengan beberapa skema tindakan yang ditekankan pada penggunaan sugesti positif melalui suara.



Dikatakan bawah Suara manusia akan selalu mempunyai kebermaknaan yang lebih besar dan instrinstik di bandingkan dengan alat apapun yang di pakai dalam pendidikan. secanggih atau sebaik apapun suatu media atau alat bantu pembelajaran masih kalah baik bila dibandingkan dengan suara atau kata-kata yang di ucapkan guru.


Penerapan Hipnoteaching dalam Pembelajaran


Beberapa diantara action yang dapat guru lakukan untuk menerapkan hipnoteaching adalah


1. Pacing and lading


Tahap menyamakan gelombang otak dengan peseta didik. Hal ini dengan mencoba merasakan apa yang perserta didik rasakan tidak menjadikan diri sebagai patokan cara mengajar yang terbaik. Menggunakan bahasa yang perserta didik gunakan dalam kehidupan sosial mereka, mengaitkan pembelajaran dengan hal yang sedang trend dan lebih ekspresif terhadap setia kata yang digunakan dalam pembelajaran. Pacing yang sukses akan mendatangkan situasi kelas yang kondusif, peserta didik saat itu akan merasa sendang dan nyama dalam belajara. Setelah itulah guru memasuki tahap leading yang artinya memimpin, guru bisa memberi penjelasan tugas dengan penuh tanggung jawab.


2. Penggunaan kata-kata positif


Pemilihan kata sangat krusial dalam pembelajaran hipnoteaching. Pikiran bawah sadar seseorang akan menolak dengan mentah-mentah setiap hal negatif dan sebaliknya akan sangat terbuka untuk kata-kata positif. Itu lah salah satu alasan mengapa mengatakan siswa bodoh di depan kelas adalah hal yang tabu dalam pendidikan.

Kata-kata positif akan mendongkrak rasa percaya diri dan menjaga siswa pada kondisi psikis yang stabil. Kalimat positif dapat bermakna persuasif dan vokatif dalam bentuk ajakan kepada kebaikan. Seperti misalnya perintah untuk diam biasanya bersifat negati dengan kata jangan “ huus... jangan ribut “ digantikan dengan kata-kata positif seperti “ harap tenang “ Mohon lebih tenang “ dan kata-kata lainnya.

Kata-kata biasa dapat digantikan dengan kata-kata yang bisa menguggah rasa yang sering di istilahkan dengan kata emosional seperti misalnya :

Penggunaan Kata Brilian menggantikan kata pintar yang suda biasa, kata bagus digantikan hebat, termotivasi dengan membangkiatkan semangat dan kata emosional lainnya.

3. Yelling


Menentapkan kata dan mengatakannya secara bersamaan dapat berfungsi untuk mengambalikan konsentrasi perserta didik. Hal ini dapat dilakukan 1 atau 2 kali dalam jam pembelajaran ketika perserta didik nampak kehilangan konsentrasi.

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon