Pada artikel ini akan dibahas mengenai model-model pembelajaran sains yang dapat digunakan dalam menyusun rancangan pembelajaran di kelas. Secara umum ada 3 model pemebalajaran sains yaitu sebagai berikut :
Model
Pembelajaran Kooperatif
Menurut Kauchak
dan Eggen (1993), belajar kooperatif merupakan suatu kumpulan strategi mengajar
yang digunakan untuk membantu siswa satu dengan siswa yang lain dalam
mempelajari sesuatu. Slavin (2000) dalam pembelajaran kooperatif siswa
bekerjasama dalam kelompok kecil, mereka saling membantu untuk mempelajari
suatu materi.
Hal yang serupa diungkapkan oleh Thompson dan Smith (Ratumanan, 2000), yaitu dalam pembelajaran kooperatif, siswa bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil untuk mempelajari materi akademik dan keterampilan antar pribadi. Anggota-anggota kelompok bertanggungjawab atas ketuntasan tugas-tugas kelompok dan untuk mempelajari materi itu sendiri.
Dalam pembelajaran kooperatif kelas disusun atas kelompok-kelompok kecil. Setiap kelompok biasanya terdiri dari 4 siswa dengan kemampuan berbeda-beda, yaitu tinggi, sedang, dan rendah.
Jika kondisi memungkinkan,dalam pembentukan kelompok hendaknya diperhatikan juga perbedaan suku, budaya, dan jenis kelamin. Siswa tetap berada dalam kelompoknya selama beberapa kali pertemuan.
Aktivitas siswa antara lain mengikuti penjelasan guru secara aktif, bekerjasama menyelesaikan tugas-tugas dalam kelompok, memberikan penjelasan kepada teman sekelompoknya, mendorong kelompok untuk berpartisipasi secara aktif, berdiskusi, dan sebagainya.
Artikel lainnya : Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran IPA
Agar pembelajaran dapat berlangsung secara efektif, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan guru dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.Dalam pembelajaran kooperatif penghargaan diberikan kepada kelompok. Pembelajaran kooperatif memanfaatkan kecenderungan siswa untuk berinteraksi. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa dalam setting kelas, siswa lebih banyak belajar dari satu teman ke teman yang lain diantara sesama siswa daripada belajar dari guru.
Penelitian juga menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang sangat positif terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya. Manfaat pembelajaran kooperatif untuk siswa dengan hasil belajar rendah menurut Lundgren (1994) antara lain: (a) dapat meningkatkan motivasi, (b) meningkatkan hasil belajar, (c) meningkatan retensi atau penyimpanan materi pelajaran yang lebih lama.
Model pengajaran Langsung
Model direct
instruction merupakan suatu pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa dalam
mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan
selangkah demi selangkah.
Pendekatan mengajar ini sering disebut Model Pengajaran Langsung (Kardi dan Nur, 2000). Arends (2001) juga mengatakan hal yang sama, yaitu “A teaching model that is aimed at helping students learn basic skills and knowlegde that can be taught in a step-by-step fashion. For our purposes here, the model is labeled the direct instruction model.”
Sedangkan Kardi (2001) mendefinisikan “Model Pembelajaran Langsung (MPL) adalah suatu strategi pembelajaran yang digunakan untuk mengajarkan konsep dan keterampilan.”
Pendekatan mengajar ini sering disebut Model Pengajaran Langsung (Kardi dan Nur, 2000). Arends (2001) juga mengatakan hal yang sama, yaitu “A teaching model that is aimed at helping students learn basic skills and knowlegde that can be taught in a step-by-step fashion. For our purposes here, the model is labeled the direct instruction model.”
Sedangkan Kardi (2001) mendefinisikan “Model Pembelajaran Langsung (MPL) adalah suatu strategi pembelajaran yang digunakan untuk mengajarkan konsep dan keterampilan.”
Artikel lainnya : Daftar Jurnal Indonesia yang terindeks Scopus
Apabila guru
menggunakan model pembelajaran langsung ini, guru mempunyai tanggung jawab
untuk mengidentifikasikan tujuan pembelajaran dan tanggung jawab yang besar
terhadap penstrukturan isi/materi atau keterampilan, menjelaskannya kepada
siswa, pemodelan/ mendemonstrasikan yang dikombinasikan dengan latihan,
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih menerapkan konsep atau
keterampilan yang telah dipelajari serta memberikan umpan balik.
Model pengajaran langsung ini dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik, yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.
Model pengajaran langsung ini dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik, yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.
Hal ini sesuai dengan pendapat Arends (2001), yang menyatakan bahwa “The direct instruction model was specifically designed to promote student learning of procedural knowledge and declarative knowledge that is well structured and can be taught in a stepby-step fashion.”
Sedangkan Carin (1993) berpendapat bahwa direct instruction secara sistematis menuntun dan membantu siswa untuk melihat hasil belajar dari masing-masing tahap demi tahap.
Direct instruction adalah model pengajaran yang berpusat pada guru dan memiliki sintaks yang terdiri dari lima fase, yaitu: mempersiapkan siswa, menjelaskan dan/atau mendemonstrasikan, menuntun berlatih, memberikan umpan balik dan memperluas latihan. Berikut rangkuman kelima fase tersebut dapat dilihat pada
Tabel 1 Sintaks Model Pengajaran Langsung
Fase
|
Tingkah
Laku Guru
|
Fase-1 Menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan siswa
|
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran (atau indikator hasil belajar), guru menginformasikan latar
belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar
dengan cara mengkaitkan pelajaran sekarang dengan yang terdahulu
|
Fase-2 Mendemonstrasikan
pengetahuan atau keterampilan
|
Guru mendemonstrasikan
keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap
|
Fase-3 Membimbing pelatihan
|
Guru merencanakan dan memberi
bimbingan pelatihan awal
|
Fase-4 Mengecek pemahaman dan
memberikan umpan balik
|
Mencek apakah siswa telah
berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik
|
Fase-5 Memberikan kesempatan
untuk pelatihan lanjutan dan penerapan
|
Guru mempersiapkan kesempatan
melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus kepada situasi lebih
kompleks dan kehidupan sehari-hari
|
Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Pembelajaran
Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction/PBI) merupakan pendekatan yang
efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini
membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan
menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.
Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.
Arends (2001), pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pembelajaran
dimana siswa menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inquiry dan
keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan
percaya diri.
Model pembelajaran ini mengacu pada model pembelajaran yang lain
seperti Pembelajaran berdasarkan proyek (Project-based instruction), Pembelajaran
berdasarkan pengalaman (Experience-based instruction), belajar otentik
(Authentic learning), dan pembalajaran bermakna (Anchored instruction).
pada pembelajaran ini, guru berperan untuk mengajukan permasalahan atau pertanyaan,
memberikan dorongan, motivasi, menyediakan bahan ajar dan fasilitas yang
diperlukan. Selain itu, guru memberikan scaffolding berupa dukungan dalam upaya
meningkatkan kemampuan inquiry dan perkembangan intelektual siswa. Arends
(2001), mengemukakan 5 langkah utama dalam penggunaan PBI. Langkahlangkah
tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.5 berikut.
Tabel 2.5. Sintaks Model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Fase
|
Tingkah Laku Guru
|
Fase-1 Orientasi Siswa kepada
masalah
|
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran (atau indikator hasil belajar), memotivasi siswa terlibat pada
aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya
|
Fase-2 Mengorganisasi siswa
untuk belajar
|
Guru membantu siswa
mendefinisikan dan mengorgani-sasikan tugas belajar yang berhubungan dengan
masalah tersebut
|
Fase-3 Membimbing penyelidikan
individual maupun kelompok
|
Guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
|
Fase-4 Mengembangkan dan manyajikan
hasil karya
|
Guru membantu siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan
model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya
|
Fase-5 Menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah
|
Guru membantu siswa untuk
melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
proses-proses yang mereka gunakan
|
EmoticonEmoticon