Pendidikan karakter dalam Pembelajaran Sains



Terdapat opini umum bahwa internalisasi nilai-nilai  untuk membangun moral, karakter, dan akhlak hanya bisa ditempuh melalui pendidikan agama dan kewarganegaraan sehingga pendidikan agama dan kewarganegaraan dianggap penting dan harus diajarkan.  

Anggapan itu tidak salah sebab agama dan kewarganegaraan selalu mengajarkan tentang bagaimana peserta didik atau peserta didik memiliki moral, karakter, dan akhlak yang luhur. Bila kita lihat kembali, sebelumnya telah dijelaskan bahwa setiap mata pelajaran menuntut kompetensi yang mengandung nilai-nilai kebaikan dan kehidupan.  Pembelajaran sains dapat dijadikan sebagai pendekatan untuk membangun moral, karakter dan akhlak mulia.

Artikel lainnya : Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran IPA

Melalui pendidikan sains peserta didik akan mengenal dirinya sendiri dan Tuhannya. Hasil penelitian Zuchdi dkk. (2010) menunjukkan bahwa model pendidikan karakter dengan pendekatan komprehensif, yang dipadukan dengan pembelajaran bidang studi dan dilandasi pengembangan kultur sekolah, dapat meningkatkan hasil studi dan kualitas karakter peserta didik. 

Pendidikan karakter yang diintegrasikan dalam pembelajaran berbagai bidang studi dapat memberikan pengalaman yang bermakna bagi murid-murid karena mereka memahami, menginternalisasi, dan mengaktualisasikan melalui poses pembelajaran.

Terdapat dua karakter yang dapat dikembangkan yaitu, a) karakter sosial, yang lebih cenderung dikembangkan melalui pendidikan sosial dan b) karakter sains yang lebih banyak dikembangkan melalui pendidikan sains. Meskipun tidak menutup kemungkinan pada pendidikan sains juga dapat dapat menyentuh dan mengembangkan karakter sosial, demikian pula sebaliknya. 

ini dimungkinkan karena pembelajaran sains dengan karakteristik didalamnya bila diterapkan dengan benar dapat menyentuh berbagai ”nilai” yang diperlukan dalam pembentukan karakter peserta didik.Pentingnya sains, bagi pengembangan karakter warga masyarakat dan nega ra telah menjadi perhatian para pengembang pendidikan sains di beberapa negara, misalnya Amerika Serikat dan negara-negara anggota Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) melalui PISA. 

Artikel lainnya : Model-model pembelajaran Sains di sekolah

Sains diyakini berperan penting dalam pengembangan karakter warga masyarakat dan negara karena kemajuan produk sains yang amat pesat, keampuhan proses sains yang dapat ditransfer pada berbagai bidang lain, dan kekentalan muatan nilai, sikap, dan moral di dalam sains. Zuchdi dkk. (2010) menjelaskan, sejak tahun 1989, Allan J. 

MacCormack dan Robert E. Yager mengembangkan lima ranah dalam taksonomi untuk pendidikan sains. Kelima ranah tersebut seperti berikut. Pertama, knowing and understanding (knowledge domain), termasuk: fakta, konsep, hukum (prinsip-prinsip), beberapa hipotesis dan teori yang digunakan para saintis, dan masalah- masalah sains dan sosial. Kedua, exploring and discovering (process of science domain), yakni penggunaan beberapa proses sains untuk belajar bagaimana para saintis berpikir dan bekerja. Ketiga, imagining and creating (creativity domain). 

Terdapat beberapa kemampuan penting manusia dalam domain ini, yaitu mengkombinasikan beberapa objek dan ide melalui cara-cara baru; menghasilkan alternative atau menggunakan objek yang tidak biasa digunakan; mengimajinasikan; memimpikan; dan menghasilkan ide-ide yang luar biasa. Keempat, feeling and valuing (attitudinal domain).

Ranah ini mencakup: pengembangan sikap positif terhadap sains secara umum, sains di sekolah, dan para guru sains; pengembangan sikap positip terhadap diri sendiri, misalnya ungkapan yang mencerminkan rasa percaya diri ”I can do it!”; pengembangan kepekaan, dan penghargaan, terhadap perasaan orang lain; dan pengambilan keputusan tentang masalah-masalah sosial dan lingkungan. Kelima, using and applying (application and connection domain). 

Artikel lainnya : Daftar Jurnal Indonesia yang terindeks Scopus

Beberapa hal yang termasuk ranah penerapan adalah: mengamati contoh konsepkonsep sains dalam kehidupan sehari-hari; menerapkan konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan sains yang telah dipelajari untuk masalah-masalah teknologi sehari-hari; mengambil keputusan untuk diri sendiri yang berkaitan dengan kesehatan, gizi, dan gaya hidup berdasarkan pengetahuan sains daripada berdasarkan apa yang ”didengar” dan yang ”dikatakan” atau emosi; serta memadukan sains dengan subjek-subjek lain.

Melalui pembelajaran sains dengan berbagai karakteristik sains, semua nilainilai yang diharapkan muncul sebagai hasil akhir pendidikan dan pembelajaran sains diharapkan dapat muncul. Nilai tersebut menjadi timpang bila tidak diimbangi dengan penanaman konsep secara utuh. 

Sebaliknya pemahaman konsep yang utuh dan menyeluruh tanpa disentuhkan dengan nilai akan mengakibatkan berbagai ketimpangan moral. Misalnya, melalui pembelajaran sains yang melalui proses pembelajaran bukan hanya memberikan suatu konsep pada peserta didik, tetapi dapat dimunculkan nilai cinta Tuhan dan kebenaran, di mana dalam pembelajaran ini peserta didik disentuhkan dan dimunculkan kesadaran segala sesuatu yang Tuhan ciptakan mempunyai makna, memiliki arti.

Pada pembelajaran sains peserta didik telah terbiasa dan dibiasakan melakukan segala sesuatu menggunakan metode ilmiah, dilandasi oleh sikap ilmiah terlebih bila pembelajaran yang dilakukan telah benar-benar merupakan pendidikan yang terpadu. Melalui metode ilmiah dan menggunakan sikap ilmiah peserta didik telah ditanamkan berbagai nilai penting yang juga akan dibawa dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 

Amat disayangkan bila kesempatan membentuk sikap ilmiah dan karakter ilmiah ini lepas dari kegiatan pembelajaran sains, dimana peserta didik hafal langkah urutan menggunakan metode ilmiah namun tidak dilandasi dengan sikap ilmiah. Pada saat menggunakan metode ilmiah, kita harus bersikap ilmiah seperti rendah hati, jujur, obyektif, menghargai waktu dan sebagainya. Ternyata contoh sikap ilmiah tersebut merupakan suatu karakter jika sudah menjadi kebiasaan seseorang.

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon