Pembelajaran IPA pada kurikulum 2013 hendaknya dilaksakana denga pendekatan scirntific. Pembelajaran ipa disusun
dengan memperhatikan keterampilan proses IPA yang meliputi keterampilan proses
dasar (basic science process skill) dan keterampilan proses lanjut (integrated
science process skill). Keterampilan proses dasar meliputi mengukur (measure),
observasi (observing), inferensi (inferring), prediksi (predicting),
klasifikasi (classifying), dan komunikasi (communicating).
Keterampilan proses
sains lanjut meliputi pengontrolan variabel, interpretasi data, perumusan
hipotesis, pendefinisian variabel operasional, merancang eksperimen, melakukan
eksperimen.
Baca juga :Makalah Peneltian Mixed Metode (penelitian Campuran)
Dalam implementasi Kurikulum
2013, kegiatan pembelajaran IPA dikembangkan dengan pendekatan scientific
(observing, measuring, questioning, experiment, communicating) dan keterampilan
proses sains lainnya. Kegiatan yang berbasis scientific inilah yang harus
dimunculkan baik ketika menyusun RPP, LKPD maupun ketika pelaksanaan
pembelajaran IPA. Dalam Kurikulum 2013, sebagian besar rumusan Kompetensi Dasar
sudah terpadu (terintegrasi).
Mengacu
pada KD yang sudah terpadu tersebut, (silabus, RPP dan LKPD) diarahkan untuk
dirancang berbasis keterpaduan. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi
pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah.
Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana
dimaksud meliputi mengamati, menanya,
menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran.
A process
skill approach stresses the development of investigative skills are often
assosiated with scientific inquiry (Chiapetta & Koballa, 2010: 131).
Pendekatan keterampilan proses sebagai pendekatan yang menekankan pengembangan
keterampilan penyelidikan yang berupa kemampuan metode ilmiah (scientific
methods). Pembelajaran IPA pada kurikulum 2013 menekankan pada aspek
keterampilan proses. Keterampilan proses IPA diklasifikasikan menjadi
keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu
Tabel 1. Keterampilan Proses Dasar dan
Keterampilan Proses Lanjut
Keterampilan
Proses Dasar
(basic
science process skill)
|
Keterampilan
Proses Lanjut
(integrated
science process skill)
|
Observasi
|
Pengontrolan
data
|
Mengukur
|
Interpretasi
data
|
Inferensi
|
Perumusan
hipotesis
|
Prediksi
|
Pendefinisian
variable secara operasional
|
Klasifikasi
|
Merancang
eksperimen
|
Komunikasi
|
Melakukan
eksperimen
|
(Chiapetta & Koballa, 2010: 132).
Keterampilan proses di atas merupakan dasar dikembangkannya pendekatan
scientific pada kurikulum 2013. Scientific pada kurikulum 2013 sering dinamakan
munculnya 5M (mengamati, mengukur, mencoba, mengasosiasi, mengkomunikasikan).
Sains
(IPA) didefinisikan sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara
teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan
eksperimen.
Sains juga didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui
pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan
suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Hakikat sains
meliputi empat unsur utama.
(1) Sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena
alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru
yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar; sains bersifat open ended.
Baca Juga : Daftar Jurnal Indonesia yang terindeks Scopus
(2) Proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah;
metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau
percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan. (3) Produk: berupa
fakta, prinsip, teori, dan hukum. (4) Aplikasi: penerapan metode ilmiah dan
konsep sains dalam kehidupan sehari-hari. Keempat unsur itu merupakan ciri
sains yang utuh yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Pembelajaran
sains memiliki peran strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia
Indonesia. Sebagai bagian dari masyarakat dunia, kita tidak dapat lepas dari
pengaruh perkembangan dan produk sains berupa teknologi yang semakin luar
biasa. Dunia yang kita diami ini, akan senantiasa terus dipenuhi dengan produk
sains yang membuat setiap orang membutuhkan pengetahuan dan cara berpikir ilmiah
tentang sains.
Dengan
demikian, sains yang sarat akan kegiatan berpikir dapat menjadi wahana untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia, terutama untuk membangun
keterampilan berpikirnya. Pembentukan keterampilan ini sangat menentukan dalam
membangun kepribadian dan pola tindakan insan Indonesia, oleh karena itu modus
pemberdayaan pembelajaran sains harus dikembangkan pada pembekalan keterampilan
berpikir tingkat tinggi. Pendidikan sains juga dapat membantu seseorang untuk
mengembangkan pemahaman dan kebiasaan berpikir, sehingga mereka memiliki
sejumlah kemampuan untuk menjamin kelangsungan hidupnya.
Terdapat
tiga kemampuan yang dikembangkan dalam sains yaitu: (1) kemampuan untuk
mengetahui apa yang diamati, (2) kemampuan untuk memprediksi apa yang belum
diamati, dan kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil eksperimen, (3)
dikembangkannya sikap ilmiah.
Kegiatan pembelajaran sains mencakup pengembangan
kemampuan dalam mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban,
menyempurnakan jawaban tentang “apa”, “mengapa”, dan “bagaimana” tentang gejala
alam maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis yang akan
diterapkan dalam lingkungan dan teknologi.
Kegiatan tersebut dikenal dengan
kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode ilmiah. Melalui metode ilmiah,
dapat dikembangkan sikap dan nilai yang meliputi rasa ingin tahu, jujur, sabar,
terbuka, tidak percaya tahyul, kritis, tekun, ulet, cermat, disiplin, peduli
terhadap lingkungan, memperhatikan keselamatan kerja, dan bekerja sama dengan
orang lain. Sikap dan nilai tersebut terkandung dalam pendidikan karakter.
EmoticonEmoticon