Sinkhole
Dalam istilah geologi sinkhole diartikan sebagai lubang
runtuhan dipermukaan atau depresi yang terbentuk secara alami yang muncul akibat hilangnya lapisan tanah atau
batuan permukaan akibat aliran air di bawah tanah.
Lokasi tempat kejadian disusun oleh Formasi batuan Tonasa,
yang merupakan batuan karbonat dengan umur Eosen sampai dengan Miosen. Formasi
ini sama dengan yang membentuk kawasan karst Bantimurung yang memanjang sampai
dengan Pangkep. Seiring dengan waktu, dibeberapa tempat yang mempunyai
topografi landai akibat erosi permukaan (seperti yang terjadi di video),
formasi ini ditutupi oleh material alluvial sampai dengan ketebalan hingga 3-5
meter. Dapat dilihat dengan jelas material-material lepas aluvial di dinding
tanah bagian dalam yang longsor.
Daerah yang disusun oleh batuan karbonat atau batugamping
akan mempunyai topografi permukaan yang khas, yang kemudian dikenal dengan
istilah karst, yaitu kawasan yang membentuk morfologi atau bentang alam khas
akibat pelarutan material karbonat oleh air hujan. Material karbonat yang
bersifat basa akan bereaksi dengan air hujan dan air permukaan yang bersifat
asam. Proses pelarutan ini menghasilkan permukaan yang menyerupai tower-tower,
bergantung dari sifat fisik dan kimia dari batuannya, tower-tower bisa
berbentuk bulat dan ada juga yang berbentuk seperti kotak-kotak. Dibawah permukaan,
daerah-daerah ini akan membentuk saluran-saluran yang kemudian akan dipenuhi
oleh air permukaan dan menjadi saluran air bawah tanah atau sungai-sungai bawah
tanah. Saluran inilah yang kemudian akan terus membesar dan pada titik tertentu
akan mengurangi kekuatan atau daya dukung tanah diatas nya (lihat gambar).
Akibat adanya tekanan, air yang berasal dari bahwa tanah
tertekan naik ke atas permukaan, mendekati permukaan tanah. Fenomena yang
terjadi di Maros sebenarnya sangat umum terjadi terutama di daerah yang disusun
oleh batuangamping atau batuan karbonat. Di Sulawesi Selatan sendiri, batuan
jenis ini dimasukkan kedalam kelompok batuan yang diberi nama dengan Formasi
Tonasa, Formasi Makale dan Walanae anggota Taccipi dan Selayar. Formasi Tonasa
digunakan untuk menerangkan batuan yang dijumpai di wilayah Maros, Pangkep,
Barru dan Jeneponto, Formasi Makale digunakan untuk menjelaskan penyebaran
batuan karbonat yang ada di wilayah utara seperti di Enrekang dan Toraja serta
Toraja Utara. Formasi Walanae digunakan untuk batuan karbonat yang tersebar di
daerah Bone, Sinjai, Bulukumba dan Selayar.
Untuk keperluan mitigasi, perlu dilakukan pemetaan pada
daerah-daerah ini, terutama lokasi-lokasi dimana ditemukan adanya
retakan-retakan dipermukaan yang disertai munculnya air.
Pesatnya pertumbuhan penduduk dan massif nya pembanguan
infrastruktur seperti pembangunan jalan dan lainnya yang membutuhkan lahan luas
menyebabkan fenomena ini akan sering terjadi dimasa yang akan datang. Kondisi
lahan-lahan yang berada diatas batugamping yang telah mengalami retakan-retakan
yang disertai dengan longsoran kecil maupun keluarnya air harus segera
dipetakan sebagai upaya mitigasi.
Semoga fenomena ini bisa di deteksi sedini mungkin, sehingga
tidak sampai menyebabkan korban jiwa maupun infrastruktur.
1 komentar
Terimakasih untuk penjelasannya,.
EmoticonEmoticon