Berikut 5 hasil kritisi jurnal pendidikan Fisika dari jurnal yang terindeks Scopus dan Sinta. Ada 5 tema penelitian yang di kritisi yaitu Hots, Berfikir Kreatif, berfikir Kritis, Problem Solving dan Jurnal Pengembangan.
A
Hal yang meletar belakangi Penelitian
B
Tujuan
penelitian
C
Metode
Penelitian
1.
Jenis dan
metode Penelitian
2.
Variabel
Penelitian
3.
Populasi dan
Sampel
4.
Instrumen
Penelitian
5.
Teknik
analisis data
D
Hasil
Penelitian
E
Kesimpulan
A
Latar
Belakang dilakukannya Penelitian
B
Tujuan
penelitian
C
Metode
Penelitian
1.
Jenis dan
metode Penelitian
2.
Variabel
Penelitian
3.
Sampe dan
Populasi
4.
Instrumen
Penelitian
5.
Teknik
analisis data
D
Hasil
E
Kesimpulan
A
Latar
Belakang dilakukannya Penelitian
B
Tujuan
penelitian
C
Metode
Penelitian
1. Jenis dan desain Penelitian
2.
Subjek
Penelitian
3.
Instrumen
Penelitian
4.
Teknik analisis
data
D
Hasil
E
Kesimpulan
A
Tujuan
Penelitian
B
Metode
Penelitian
1.
Jenis dan
desain Penelitian
2.
Variabel
Penelitian
3.
Populasi dan
Sampel
4.
Instrumen Penelitian
5.
Teknik
analisis Data
C
Hasil
Peneltian
D
Kesimpulan
A
Latar
Belakang dilakukannya Penelitian
B
Tujuan
penelitian
C
Metode
Penelitian
1.
Jenis
Penelitian
2.
Variabel
Penelitian
3.
Populasi dan
Sampel
4.
Instrumen
Penelitian
5.
Teknik
analisis data
D
Hasil
E
Kesimpulan
1. JURNAL TENTANG BEFIKIR KREATIF
Judul
|
:
|
Penerapan Model Science Creative Learning (Scl) Fisika
Berbasis Proyek Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Dan Keterampilan
Berpikir Kreatif
|
Penyusun
|
:
|
F.C. Wibowo, A. Suhandi
|
Sumber
Jurnal
|
:
|
Jurnal Pendidikan
IPA Indonesia (indonesian Jurnal
Science education)
|
Status Indeks
: S1 sinta Score, Terindeks Scopus
|
A
Hal yang meletar belakangi Penelitian
Pelaksanaan pembelajaran
fisika yang terjadi di lapangan masih sangat jauh dari yang diharapkan.
Penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh Wibowo (2012), menunjukkan bahwa:
pertama, pembelajaran fisika yang dilakukan di sekolah pada umumnya masih
bersifat tradisional. kedua, rata-rata capaian hasil belajar fisika siswa pada
aspek yang dievaluasi tergolong rendah, bahkan pada tataran kognitif. Ketiga, Dalam
pembelajaran IPA pembelajarang kurang mengajak siswa untuk belajar
mengaplikasikan konsep fisika yang dipelajari dalam membuat suatu karya.
Padahal ketika siswa tahu bahwa konsep fisika yang dipelajarinya sangat berguna
dan besar perannya dalam me-ngembangkan berbagai produk teknologi, maka sudah tentu motivasi siswa untuk mempelajari fisika
akan tumbuh. Ketika motivasi siswa meningkat maka sudah tentu mereka akan
terlibat dalam pembelajaran fisika secara sungguh-sungguh dan antusias. Karenannya
sangatlah penting untuk senantiasa memberikan motivasi kepada siswa pada setiap
awal pelaksanaan pembelajaran fisika. Salah satu cara yang
dapat digunakan untuk memotivasi siswa dalam pembelajaran adalah berupa
pemberian stimulus berupa pengajuan tantangan dari guru. Salah satu model
pembelajaran yang menyajikan tantangan berupa tugas proyek di awal pembelajaran
adalah model Science Creative Learning (SCL) fisika berbasis proyek.
Misalnya tugas proyek membuat termos air, tugas proyek membuat desain penyuliangn
air sederhana.
Untuk itu Peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang implementasi model SCL fisika berbasis
proyek untuk melihat dampaknya terhadap peningkatan kemampuan kognitif dan
keterampilan berpikir kreatif siswa.
B
Tujuan
penelitian
Untuk melihat
dampak penerapan model SCL fisika berbasis proyek terhadap peningkatan hasil
belajar kognitif dan keterampilan berpikir kreatif siswa.
C
Metode
Penelitian
1.
Jenis dan
metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah
penelitian Asosiatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk melihat hubungan antara
dua atau lebih variabel. Metode penelitian ini adalah pra-eksperimen dengan
desain penelitian one-group
pretest-posttest design. langkah
desain ini diawali dengan subyek yang dilakukan pretest selanjutnya
diberi perlakuan berupa pembelajaran SCL fisika berbasis proyek, selanjutnya
dilakukan posttest untuk mengukur hasil belajar kognitif dan
keterampilan berpikir kreatif siswa pada konsep Kalor setelah proses
pembelajaran selesai dilaksanakan
2.
Variabel
Penelitian
Variabel bebas : Model
Pembelajaran SCL
Variabel Terikat :
Kemampuan Kognitif dan Keterampilan Berfikir Kreatif siswa.
3.
Populasi dan
Sampel
Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X pada salah satu SMA di Kabupaten
Kudus semester genap tahun ajaran 2011/2012. Sampel penelitian adalah kelas
X.5. dengan jumlah siswa sebanyak 34 siswa yang diambil secara purpossive
sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu
4.
Instrumen
Penelitian
instrumen
penelitian berupa tes kemampuan kognitif tentang konsep Kalor dalam bentuk tes
obyektif jenis pilihan ganda dan tes keterampilan berpikir kreatif dalm bentuk
tes uraian. Tes hasil belajar kognitif mencakup jenjang kognitif taksonomi
Bloom yaitu: C1 (aspek mengingat), C2 (aspek memahami), C3 (aspek menerapkan),
dan C4 (aspek menganalisis) terkait materi Kalor. Tes keterampilan berpikir
kreatif mencakup keterampilan bertanya, keterampilan menerka sebab suatu
kejadian, keterampilan menerka akibat suatu kejadian, dan keterampilan
memperbaiki hasil keluaran terkait materi Kalor.
5.
Teknik
analisis data
Analisis
awal data adalah dengan menggunakan Statistik Deskripsi (mean, Modus, median).
Kemudian Implementasi model SCL fisika berbasis proyek dalam meningkatkan hasil
belajar kognitif dan keterampilan berpikir kreatif siswa, ditentukan
berdasarkan skor rata-rata gain yang dinormalisasi.
Analisis
data utama dilakukan dengan membandingkan Nilai pretest dan Postes siswa
masing-masing untuk nilai hasil belajar kognitif siswa dan nilai keterampilan
berfikir kreatif.
D
Hasil
Penelitian
Untuk rata-rata
skor perolehan tes hasil belajar
Penigkatan
<g> tertinggi hasil belajar kognitif siswa terjadi pada aspek C2 sebesar 0,54, aspek C4 sebesar 0,47,
aspek C3 sebesar 0,27 dan terendah pada C1 sebesar 0,24.
Peningkatan hasil belajar siswa pada keempat aspek kognitif berdasarkan
kriteria <g> oleh Hake dalam katogori sedang dan rendah. Aspek kognitif
yang mengalami peningkatan katogori sedang yaitu aspek C2 dan aspek C4. Aspek C1
dan aspek C3 meningkat
katogori rendah. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum hasil belajar kognitif
siswa pada empat aspek kognitif meningkat dengan kategori sedang setelah
penggunaan model SCL fisika berbasis proyek.
Untuk skor
keterampilan Berfikir Kreatif
rata-rata skor tes
awal ketarampilan berpikir kreatif siswa sebelum pembelajaran sebesar 11,44
setelah pembelajaran sebesar 19,71 dari skor ideal 10. Peningkatan <g>
keterampilan berpikir kreatif siswa sebesar 0,44, apabila dikonfirmasi dengan
kategori gain dari Hake termasuk pada kategori sedang. Hal ini menunjukkan
bahwa keterampilan berpikir kreatif siswa setelah penerapan model SCL
berbasis proyek.
E
Kesimpulan
Berdasarkan
data-data hasil penelitian dapat ditarik simpulan bahwa penerapan model Science
Creative Learning (SCL) fisika berbasis proyek dapat meningkatkan hasil belajar
kognitif dan keterampilan berpikir kreatif konsep Kalor pada siswa SMA. Oleh
karena itu penerapan model ini nampaknya layak dipertimbangkan untuk digunakan
dalam pembelajaran fisika pada materi lainnya, maupun dalam pembelajaran fisika
di jenjang pendidikan formal lainnya
2. JURNAL TENTANG BEFIKIR KRITIS
Judul
|
:
|
Model pembelajaran berbasis masalah dan pertanyaan socratik untuk
meningkatkan Keterampilan berpikir kritis siswa
|
Penyusun
|
:
|
I Wayan Redhana
|
Sumber
Jurnal
|
:
|
Jurnal Cakrawala
Pendidikan
|
Status Indeks : S1 Sinta
Score, Terindek Scopus
|
A
Latar
Belakang dilakukannya Penelitian
Keterampilan
berpikir kritis siswa dalam pembelajaran telah menjadi tujuan pendidikan
akhir-akhir ini. Orang yang memiliki keterampilan berpikir kritis adalah orang
yang mampu mengambil keputusan secara tepat, cepat, dan bertanggung jawab, dan
mampu menghindarkan diri dari penipuan, dan indokrinasi. Oleh karena itu,
penting untuk membekali siswa dengan keterampilan berpikir kritis agar mereka
dapat menolong dirinya dan orang lain dalam menghadapi masalah dan untuk
berhasil dalam kehidupan.
Untuk
membelajarkan berfikir kritis siswa perlu diberikan pengalaman belajar otentik
dan keterampilan pemecahan masalah. Caranya adalah dengan menghadapkan siswa
dengan masalah-masalah ill-structured. Salah satu mode pembelajran yang
menghadapkan siswa dengan masalah ill-structured adalah model
pembelajaran berbasis masalah. Kendala dilapangan dalam penerapan model
pembelajaran berbasis masalah pada siswa SMP adalah siswa mengalami kesulitan
untuk memecahkan masalah tanpa adanya bimbingan. Model pembelajaran berbasis
masalah yang murni sangat sulit diterapkan pada level berpikir siswa SMP. Oleh
karena itu, perlu dilakukan modifikasi terhadap model pembelajaran berbasis
masalah. Modifikasi yang dimaksud adalah dengan memasukkan unsur-unsur
bimbingan yang kemudian dengan dukungan teoritis di pilih bimbingan berupa
pertanyaan Socratik.
Model pembelajaran
hasil modifikasi ini selanjutnya disebut sebagai model pembelajaran berbasis masalah dan pertanyaan Socratik
(MPBM-PS). Untuk mengevaluasi efektivitas MPBM-PS dalam meningkatkan
keterampilan berpikir kritis siswa dilakukanlah sebuah penelitian
B
Tujuan
penelitian
Penelitian ini
bertujuan untuk menguji efektivitas model pembelajaran berbasis masalah dan
pertanyaan Socratic untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada mata
pelajaran IPA di SMP
C
Metode
Penelitian
1.
Jenis dan
metode Penelitian
Berdasrkan
tujuannya jenis penelitian ini secara tersurat adalah peneltian Komparatif
yaitu untuk membandingkan kefektifan dua buah model pemebalajaran sekaligus
menguji model pembelajaran berbasis masalah yang dimodif dengan bimbingan
berupa pertanyaan socratif dalam meningkatkan keterampilan berfikir kritis
siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi-eksperimen.
2.
Variabel
Penelitian
Variabel Bebas : model pembelajaran berbasis
masalah dan pertanyaan Socratic.
Variabel Terikat : keterampilan
berpikir kritis siswa
3.
Sampe dan
Populasi
Populasi dalam
penelitian ini adalah siswa SMP yang ada di Kabupaten Buleleng Bali. Jumlah
sekolah yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak empat SMP. Setiap sekolah
diambil dua kelas paralel, yaitu kelas VIII. Dengan demikian, ada delapan kelas
yang berisi 273 orang siswa yang terlibat dalam penelitian ini. Satu kelas
setiap sekolah digunakan sebagai kelompok kontrol dan satu kelas yang lain
digunakan sebagai kelompok eksperimen.
4.
Instrumen
Penelitian
Instrumen
penelitian ini adalah tes soal keterampilan berfikir kritis. Data yang
diperoleh pada penelitian ini berupa data kuantitatif, berupa skor pretes dan
skor protes keterampilan berpikir kritis siswa
5.
Teknik
analisis data
Uji prasyarat
Uji prasyarat meliputi uji normalitas dan uji
homgenitas. Uji normalitas dilakukan menggunakan
teknik Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk. Untuk uji Homogenitas dilakukan dengan membandingkan varians
antarkelompok, yaitu kelompok kontrol pretes, kelompok kontrol postes, kelompok
eksperimen pretes, dan kelompok eksperimen postes. Hasil uji homogesitas
varians dilakukan dengan statistik Levene's Test of Equality of Error dan uji leaniaritas menggunakan scatterplots.
Analisis Deskripsi
Dilakukan dengan
menggunakan statistik deskripsi yaitu, rata-rata, standar deviasi, varians,
nilai tertinggi dan nilai terendah
Uji Hipotesis
Uji hipotesis
dilakukan dengan menggunakan uji ancova satu jalur.
D
Hasil
E
Kesimpulan
Dari hasil-hasil yang dicapai pada penelitian
ini dapat disimpulkan sebagai berikut.
1.
karakteristik
model pembelajaran berbasis masalah dan pertanyaan Socratik adalah pembelajaran
dimulai dengan masalah illstructured. Untuk memulai pemecahan masalah, siswa
dibimbing oleh pertanyaan konseptual. Pertanyaan ini membantu siswa menguasai
konsep-konsep IPA yang esensial. Dalam upaya mengembangkan ide-ide dan
keterampilan berpikir kritis, siswa dibimbing oleh pertanyaan Socratik.
2.
Kedua, model pembelajaran
berbasis masalah dan pertanyaan Socratik lebih baik dari pada model
pembelajaran langsung dalam meningkatkan keterampilan berfikir kritis siswa SMP
dalam mata pelajaran IPA
3. JURNAL PENGEMBANGAN
Judul
|
:
|
pengembangan
perangkat pembelajaran fisika berbasis media laboratorium virtual pada materi
dualisme gelombang partikel di sma tut wuri handayani makassar
|
Penyusun
|
:
|
I. Yusuf, Subaer
|
Sumber
Jurnal
|
:
|
Jurnal Pendidikan IPA Indonesia (Indonesian Jurnal Science education)
|
Status
Indeks :
|
A
Latar
Belakang dilakukannya Penelitian
Berdasarkan temuan
peneliti di SMA Tutwuri Wuri Handayani Makassar pada ujian KD 1 tapeserta
didik kelas XII IPA hanya mencapai ketuntasan 36%. Peserta didik mengalami
kesulitan dalam memahami konsep Fisika terutama yang berkaitan dengan
praktikum. Keterbatasan alat praktikum dapat diatasi dengan menggunakan media
pembelajaran berupa laboratorium virtual namun ada beberapa materi fiska yang
sulit dipraktikumkan karena bersifat abstrak salah satunya adalah dualisme
Gelombang Partikel. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk merancang Lab-Vir
untuk mensimulasikan percobaan dualisme Gelombang Partikel secara virtual.
B
Tujuan
penelitian
Tujuan penelitian
ini untuk mengembangkan media dan perangkat pembelajaran Fisika berbasis
laboratorium virtual
C
Metode
Penelitian
1. Jenis dan desain Penelitian
Jika dilihat dari
tujuannya penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yaitu suatu usaha
untuk mengembangkan suatu produk yang efektif untuk digunakan sekolah, dan
bukan untuk menguji teori. Desain Penelitian ini menggunakan four-D meliputi
tahap pendefinisian, perencanaaan, pengembangan, dan penyebaran. Tetapi dalam
hal ini, penelitian hanya dilakukan sampai tahap pengembangan.
2.
Subjek
Penelitian
Subjek penelitian
ini adalah peserta didik kelas XII IPA SMA Tut Wuri Handayani Makassar
berjumlah 14 orang.
3.
Instrumen
Penelitian
Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah lembar validasi perangkat pembelajaran,
kuesioner evaluasi ahli media, evaluasi ahli materi, instrumen aktivitas
peserta didik, dan angket persepsi peserta didik terhadap pembelajaran Fisika
berbasis media Lab-Vir.
4.
Teknik analisis
data
Data yang diperoleh
dari penilaian ahli, dianalisis dengan melakukan coding, kemudian
dideskripsikan secara kualitatif dan penggambaran data secara kontinum untuk
mengetahui kategori penilaian. Selanjutnya menghitung validitas konten CVR (Content
Validity Ratio) dan CVI (Content Validity Index). Penilaian valid
jika CVR atau CVI berada pada kisaran nilai 0 s.d 1. Jika pernyataan valid,
dilanjutkan analisis releabilitas. Nilai reliabilitas yang diperoleh
dikonsultasikan dengan nilai reliabilitas tabel. Instrumen dikatakan reliabel
jika diperoleh reliabilitas hitung lebih besar daripada reliabilitas tabel.
D
Hasil
Pada tahap pendefinisian, hasil analisis
peserta didik menunjukkan bahwa peserta didik kelas XII IPA SMA Tut Wuri
Handayani Makassar telah mempelajari materi prasyarat seperti perpindahan kalor
secara radiasi dan konsep tentang gelombang. hasil analisis konsep meliputi
analisis materi yang akan diajarkan yaitu hukum pergeseran Wien, efek
fotolistrik, dan efek Compton. Analisis perumusan tujuan pembelajaran,
disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Tahap
perancangan, pemilihan dan penggunaan media berupa penggambaran keadaan yang
bersifat abstrak, sesuai dengan tujuan, konsep, kondisi lingkungan dan
fasilitas serta waktu yang disediakan untuk kebutuhan pembelajaran.
Program
Lab-Vir yang dibuat, berisi materi yang dilengkapi dengan gambar, animasi, dan
simulasi interaktif. Kelengkapan tersebut membantu peserta didik memahami
konsep dualisme gelombang partikel dengan baik. Gambar berikut memperlihatkan
tampilan Program Lab-Vir Radiasi Benda Hitam yang digunakan.
Berdasarkan
penilaian pengamat dari setiap pertemuan diperoleh bahwa aktivitas peserta
didik di atas 80% yang menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis media Lab-Vir
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk beraktivitas.
E
Kesimpulan
Karakteristik media
Lab-Vir antara lain pada analisis konsep diperoleh adanya tiga konsep abstrak
yaitu radiasi benda hitam, efek fotolistrik, dan efek Compton. Selain itu,
media Lab-Vir yang dikembangkan berbentuk program pembelajaran dengan tiga menu
utama di setiap pembahasan yaitu kompetensi, pendahuluan, dan percobaan
virtual.
Karakteristik
perangkat pembelajaran berbasis media Lab-Vir meliputi RPP, LKPD, dan BBPD
dirancang dengan maksud memadukan sesi kelas dengan sesi percobaan menggunakan
Lab-Vir. Materi terkait dalam percobaan virtual disertakan dalam perangkat pembelajaran
yang dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta didik.
Aktivitas peserta
didik di atas 80%, menunjukkan pembelajaran yang dilakukan mampu mengaktifkan
peserta didik. Persentase persepsi peserta didik adalah 91,03% menunjukkan sangat
setuju terhadap pembelajaran Fisika berbasis media Lab-Vir.
4. JURNAL TENTANG HOTs
Judul
|
:
|
Efektivitas
Pembelajaran Fisika Menggunakan Model Kontekstual (Ctl) Dengan Metodepredict,
Observe, Explain Terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
|
Penyusun
|
:
|
M. Fayakun, P. Joko
|
Sumber
Jurnal
|
:
|
Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia
|
Status Indeks
|
A
Tujuan
Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
efektivitas model pembelajaran kontekstual dengan metode POE terhadap
pencapaian kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa pada materi fluida statis.
B
Metode
Penelitian
1.
Jenis dan
desain Penelitian
Penelitian ini
menggunakan desain eksperimen-semu dengan pretest
posttest control group design.
2.
Variabel
Penelitian
Varibel Bebas : Kemampuan Berfikir Tingkat Tinggi
Varibel Terikat : Model pembelajaran kontekstual dengan metode POE
3.
Populasi dan
Sampel
Populasi penelitian ini
adalah kelas XI IPA SMA N 8 Yogyakarta berjumlah Enam kelas. Pengambilan sampel
dilakukan dengan metode simple random sampling
4.
Instrumen Penelitian
Dalam penelitian
ini intrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa soal hots untuk
aspek c4,c5,c6 dalam bentuk soal pilihan ganda.
5.
Teknik
analisis Data
Uji Prasyarat
Uji Prasyarat
meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Uji homogenitas (varians)
menggunakanuji Levene untuk mengetahui sampel penelitian dalam keadaan homogen.
Uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov untuk menunjukkan data dalam keadaan
terdistribusi normal.
Uji Hipotesis
Uji hiptesis menggunakan
uji t one tailed pihak kanan untuk mengetahui pengaruh serta uji N-gain untuk mengetahui
peningkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Uji t one tailed menggunkan
bantuan software SPSS 16 dalam proses analisis data.
C
Hasil
Peneltian
Peningkatan hasil belajar kemampuan berpikir
tingkat tinggi siswa dilihat dari hasil uji N-gain skor pretest dan posttest
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil analisa tersebut disajikan
dalam Tabel berikut
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa
klasifikasi N-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda. Nilai N-gain
kelas eksperimen sebesar 0,371 dan masuk dalam klasifikasi sedang. Nilai N-gain
kelas kontrol sebesar 0,270 dan masuk dalam klasifikasi rendah.
D
Kesimpulan
Hasil analisis penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran fisika menggunakan model kontekstual (CTL)
dengan metode POE berpengaruh positif dan mampu meningkatkan kemampuan berpikir
tingkat tinggi.
5. JURNAL TENTANG PEMECAHAN MASALAH
Judul
|
:
|
Kemampuan
Pemecahan Masalah Fisika Pada Modeling
Instruction Pada Siswa Sma Kelas Xi
|
Penyusun
|
:
|
E. Sujarwanto, A. Hidayat, Wartono
|
Sumber
Jurnal
|
:
|
Jurnal Pendidikan IPA Indonesia (indonesian Jurnal Science education)
|
Status Indeks :
|
A
Latar
Belakang dilakukannya Penelitian
Siswa tidak hanya
diharapkan untuk menguasai konsep tapi juga menerapkan konsep yang telah mereka
pahami dalam penyelesaian masalah fisika. Namun, pembelajaran dalam kelas
cenderung menekankan pada penguasaan konsep dan mengesampingkan kemampuan
pemecahan masalah. Pembelajaran di kelas pun masih berorientasi pada buku teks
yang akhirnya pembelajaran akan menekankan pada materi saja. Keadaan semacam
ini mengakibatkan siswa menjadi fokus hanya pada aspek kognitif dan
mengesampingkan aspek psikomotor dan afektif. Pembelajaran fisika yang hanya
menekan pada aspek kognitif akan mereduksi hakikat fisika sebagai proses,
produk, dan sikap. Pembelajaran yang menekankan proses teacher centered, belum
kontekstual, berorientasi hanya pada materi menjadikan siswa memiliki kemampuan
tinggi pada aspek kognitif rendah dan lemah pada kemampuan kognitif tinggi dan
kemampuan berpikir tingkat tinggi. Salah satu kemampuan berpikir tingkat tinggi
adalah kemampuan pemecahan masalah.
Salah satu model pembelajaran kontruktivistik yang
dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah adalah Modeling
Instruction Salah satu model
pembelajaran kontruktivistik yang dapat digunakan untuk mengembangkan
kemampuan pemecahan masalah adalah Modeling Instruction. Untuk itu dilakukan penelitian untuk
mengetahui Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Pada Modeling Instruction.
B
Tujuan
penelitian
Tujuan penelitian ini adalah
1.
mengetahui
kemampuan pemecahan masalah fisika yang belajar dengan modeling instruction.
2.
mengetahui
perbedaan kemampuan pemecahan masalah fisika antara sebelum siswa belajar
dengan Modeling Instruction dengan setelah siswa belajar dengan Modeling
Instruction, dan
3.
mengetahui
perbedaan kemampuan pemecahan masalah fisika antara siswa yang belajar dengan Modeling
Instruction dengan siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional.
C
Metode
Penelitian
1.
Jenis
Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan mixed method desain
embedded experimental model. Bagian
kuantitatif penelitian ini menggunakan Nonequivalent Control Group Design.
2.
Variabel
Penelitian
Variabel bebas :
Pembelajaran Modeling Instruction
Modeling
Instruction merupakan pembelajaran yang melibatkan
siswa untuk mengkontruksi model fisika dalam pembelajaran
Variabel Terikat :
Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Siswa.
3.
Populasi dan
Sampel
Populasi dalam
penelitian ini adalah kelas XI SMAN 1 Malang. Sampel dalam penelitian ini
adalah kelas XI IPA 1 sebagai kelas kontrol dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas
eksperimen.
4.
Instrumen
Penelitian
Data pada
penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan instrumen berbentuk tes kemampuan
pemecahan masalah fisika dalam bentuk soal essai. Instrumen Kemampuan pemecahan
masalah fisika dirancang agar siswa menjawab melalui tahapan-tahapan.
5.
Teknik
analisis data
Data penelitian ini
dianalisis dengan analisis data kualitatif dan kuantitaif. Analisis data
kualitatif dilakukan melalui statistik deskripsi dan tahapan pengelolahan
meliputi reduksi data, pengkodean data, interpretasi data.
D
Hasil
hasil pre tes dan pos tes di kelas modeling
instruction memiliki perbedaan yang signifikan secara statistik (33,905
> 2,036). Hasil itu menunjukkan kemampuan pemecahan masalah fisika antara
sebelum siswa belajar dengan Modeling Instruction dengan setelah siswa
belajar dengan Modeling Instruction memiliki perbedaan. Tabel 7 juga
menunjukkan bahwa hasil pos tes kelas modeling instruction dan hasil pos
tes kelas konvensional memiliki perbedaan (2,268 > 1,998).
Berdasarkan hasil
wawancara, siswa dalam memecahkan masalah fisika tidak langsung menggunakan
rumus. Siswa memecahkan masalah melalui tahap: diketahui, ditanya, jawab,
kesimpulan. Siswa setelah membaca kemudian menulis besaran yang diketahui, hal
yang ditanyakan. Siswa selanjutnnya melakukan pengenalan terhadap konsep yang
mendasari masalah.
Siswa merasa
kesulitan dalam pembuatan representasi (grafik, diagram) saat pembelajaran
maupun saat pemecahan masalah (tes/kuis). Siswa merasa demikian karena mereka
harus benar-benar mengenali keadaan sistem yang ditinjau.
E
Kesimpulan
Kemampuan
pemecahan masalah fisika siswa lebih baik setelah belajar dengan modeling
instruction. Perkembangan kemampuan pemecahan masalah fisika siswa setelah
belajar dengan modeling instruction ditunjukkan dengan perkembangan yang
lebih baik dalam mengenali masalah berdasarkan konsep, membuat representasi
dari masalah, dan evaluasi terhadap solusi dan konsep yang digunakan. Kegiatan modeling
instruction yaitu seperti meminta siswa memberikan penjelasan konseptual
terhadap pendapat dan jawaban secara lisan atau tulis dan pemberian masalah
untuk dikelompokkan berdasarkan konsep mampu memberikan alternatif lain dalam
penilaian dari hanya sekedar paper and pencil test.
EmoticonEmoticon