hasil kritisi jurnal pendidikan Fisika dari jurnal yang terindeks Scopus dan Sinta

 Berikut 5 hasil kritisi jurnal pendidikan Fisika dari jurnal yang terindeks Scopus dan Sinta. Ada 5 tema penelitian yang di kritisi yaitu Hots, Berfikir Kreatif, berfikir Kritis, Problem Solving dan Jurnal Pengembangan.


1. JURNAL TENTANG BEFIKIR KREATIF

Judul
:
Penerapan Model Science Creative Learning (Scl) Fisika Berbasis Proyek Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Dan Keterampilan Berpikir Kreatif
Penyusun
:
F.C. Wibowo, A. Suhandi
Sumber Jurnal
:
Jurnal Pendidikan IPA Indonesia (indonesian Jurnal Science education)
Status Indeks            :    S1 sinta Score, Terindeks Scopus

A      Hal yang  meletar belakangi Penelitian

Pelaksanaan pembelajaran fisika yang terjadi di lapangan ma­sih sangat jauh dari yang diharapkan. Penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh Wibowo (2012), menunjukkan bahwa: per­tama, pembelajaran fisika yang dilakukan di se­kolah pada umumnya masih bersifat tradisional. kedua, rata-rata capaian hasil bela­jar fisika siswa pada aspek yang dievaluasi tergo­long rendah, bahkan pada tataran kognitif. Ketiga, Dalam pembelajaran IPA pembelajarang kurang mengajak siswa untuk belajar mengaplikasikan konsep fisika yang dipelajari dalam membuat suatu karya. Padahal ketika siswa tahu bahwa konsep fisika yang dipelajarinya sangat berguna dan besar perannya dalam me-ngembangkan berbagai produk teknologi, maka sudah tentu motivasi siswa untuk mempelajari fi­sika akan tumbuh. Ketika motivasi siswa mening­kat maka sudah tentu mereka akan terlibat dalam pembelajaran fisika secara sungguh-sungguh dan antusias. Karenannya sangatlah penting untuk senantiasa memberikan motivasi kepada siswa pada setiap awal pelaksanaan pembelajaran fisika. Salah satu cara yang dapat digunakan un­tuk memotivasi siswa dalam pembelajaran ada­lah berupa pemberian stimulus berupa pengajuan tantangan dari guru. Salah satu model pembelajaran yang menyajikan tantangan berupa tugas proyek di awal pembelajaran ada­lah model Science Creative Learning (SCL) fisika berbasis proyek. Misalnya tugas proyek membuat termos air, tugas proyek membuat desain penyu­liangn air sederhana.
Untuk itu Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang implementasi model SCL fisika berbasis proyek untuk melihat dampaknya terhadap peningkatan kemampuan kognitif dan keterampilan berpikir kreatif siswa.

B       Tujuan penelitian

Untuk melihat dampak penerapan model SCL fisika berbasis proyek terhadap peningkatan hasil belajar kognitif dan keterampilan berpikir kreatif siswa.

C      Metode Penelitian

1.      Jenis dan metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian Asosiatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk melihat hubungan antara dua atau lebih variabel. Metode penelitian ini adalah pra-eksperimen dengan desain penelitian one-group pretest-posttest design. langkah desain ini diawali dengan subyek yang dilakukan pretest selanjutnya diberi perlakuan berupa pembelajaran SCL fisika ber­basis proyek, selanjutnya dilakukan posttest untuk mengukur hasil belajar kognitif dan keterampilan berpikir kreatif siswa pada konsep Kalor setelah proses pembelajaran selesai dilaksanakan

2.      Variabel Penelitian

Variabel bebas : Model Pembelajaran SCL
Variabel Terikat : Kemampuan Kognitif dan Keterampilan Berfikir Kreatif siswa.

3.      Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh sis­wa kelas X pada salah satu SMA di Kabupaten Kudus semester genap tahun ajaran 2011/2012. Sampel penelitian adalah kelas X.5. dengan jum­lah siswa sebanyak 34 siswa yang diambil secara purpossive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu

4.      Instrumen Penelitian

instrumen penelitian berupa tes kemampuan kognitif tentang konsep Kalor dalam bentuk tes obyektif jenis pilihan ganda dan tes keterampilan berpikir kreatif dalm bentuk tes uraian. Tes hasil belajar kognitif mencakup jenjang kognitif taksonomi Bloom yaitu: C1 (aspek mengingat), C2 (aspek memahami), C3 (aspek menerapkan), dan C4 (aspek menganalisis) terkait materi Kalor. Tes keterampilan berpikir kreatif mencakup keterampilan bertanya, keterampilan menerka sebab suatu kejadian, keterampilan menerka akibat suatu kejadian, dan keterampilan memperbaiki hasil keluaran terkait materi Kalor.

5.      Teknik analisis data

Analisis awal data adalah dengan menggunakan Statistik Deskripsi (mean, Modus, median). Kemudian Implementasi model SCL fisika berbasis proyek dalam meningkatkan hasil belajar kog­nitif dan keterampilan berpikir kreatif siswa, ditentukan berdasarkan skor rata-rata gain yang dinormalisasi.
Analisis data utama dilakukan dengan membandingkan Nilai pretest dan Postes siswa masing-masing untuk nilai hasil belajar kognitif siswa dan nilai keterampilan berfikir kreatif.

D      Hasil Penelitian

Untuk rata-rata skor perolehan tes hasil belajar
Penigkatan <g> tertinggi hasil belajar kognitif siswa terjadi pada aspek C2 sebesar 0,54, aspek C4 sebesar 0,47, aspek C3 sebesar 0,27 dan terendah pada C1 sebesar 0,24. Peningkatan hasil belajar siswa pada keempat aspek kognitif ber­dasarkan kriteria <g> oleh Hake dalam katogori sedang dan rendah. Aspek kognitif yang menga­lami peningkatan katogori sedang yaitu aspek C2 dan aspek C4. Aspek C1 dan aspek C3 meningkat katogori rendah. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum hasil belajar kognitif siswa pada empat aspek kognitif meningkat dengan katego­ri sedang setelah penggunaan model SCL fisika berbasis proyek.
Untuk skor keterampilan Berfikir Kreatif
rata-rata skor tes awal ketarampilan berpikir kreatif siswa sebelum pembelajaran sebesar 11,44 sete­lah pembelajaran sebesar 19,71 dari skor ideal 10. Peningkatan <g> keterampilan berpikir kreatif siswa sebesar 0,44, apabila dikonfirmasi dengan kategori gain dari Hake termasuk pada kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa keterampi­lan berpikir kreatif siswa setelah penerapan mo­del SCL berbasis proyek.

E       Kesimpulan

Berdasarkan data-data hasil penelitian dapat ditarik simpulan bahwa penerapan model Science Creative Learning (SCL) fisika berbasis proyek dapat meningkatkan hasil belajar kognitif dan keterampilan berpikir kreatif konsep Kalor pada siswa SMA. Oleh karena itu penerapan model ini nampaknya layak dipertimbangkan untuk digunakan dalam pembelajaran fisika pada materi lainnya, maupun dalam pembelajaran fisika di jenjang pendidikan formal lainnya



2.    JURNAL TENTANG BEFIKIR KRITIS

Judul
:
Model pembelajaran berbasis masalah dan pertanyaan socratik untuk meningkatkan Keterampilan berpikir kritis siswa
Penyusun
:
I Wayan Redhana
Sumber Jurnal
:
Jurnal Cakrawala Pendidikan
Status Indeks         :   S1 Sinta Score, Terindek Scopus

A      Latar Belakang dilakukannya Penelitian

Keterampilan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran telah menjadi tujuan pendidikan akhir-akhir ini. Orang yang memiliki keterampilan berpikir kritis adalah orang yang mampu mengambil keputusan secara tepat, cepat, dan bertanggung jawab, dan mampu menghindarkan diri dari penipuan, dan indokrinasi. Oleh karena itu, penting untuk membekali siswa dengan keterampilan berpikir kritis agar mereka dapat menolong dirinya dan orang lain dalam menghadapi masalah dan untuk berhasil dalam kehidupan.
Untuk membelajarkan berfikir kritis siswa perlu diberikan pengalaman belajar otentik dan keterampilan pemecahan masalah. Caranya adalah dengan menghadapkan siswa dengan masalah-masalah ill-structured. Salah satu mode pembelajran yang menghadapkan siswa dengan masalah ill-structured adalah model pembelajaran berbasis masalah. Kendala dilapangan dalam penerapan model pembelajaran berbasis masalah pada siswa SMP adalah siswa mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah tanpa adanya bimbingan. Model pembelajaran berbasis masalah yang murni sangat sulit diterapkan pada level berpikir siswa SMP. Oleh karena itu, perlu dilakukan modifikasi terhadap model pembelajaran berbasis masalah. Modifikasi yang dimaksud adalah dengan memasukkan unsur-unsur bimbingan yang kemudian dengan dukungan teoritis di pilih bimbingan berupa pertanyaan Socratik.
Model pembelajaran hasil modifikasi ini selanjutnya disebut sebagai model pembelajaran berbasis masalah dan pertanyaan Socratik (MPBM-PS). Untuk mengevaluasi efektivitas MPBM-PS dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dilakukanlah sebuah penelitian

B       Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas model pembelajaran berbasis masalah dan pertanyaan Socratic untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPA di SMP

C      Metode Penelitian

1.      Jenis dan metode Penelitian

Berdasrkan tujuannya jenis penelitian ini secara tersurat adalah peneltian Komparatif yaitu untuk membandingkan kefektifan dua buah model pemebalajaran sekaligus menguji model pembelajaran berbasis masalah yang dimodif dengan bimbingan berupa pertanyaan socratif dalam meningkatkan keterampilan berfikir kritis siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi-eksperimen.

2.      Variabel Penelitian

Variabel Bebas : model pembelajaran berbasis masalah dan pertanyaan Socratic.
Variabel Terikat : keterampilan berpikir kritis siswa

3.      Sampe dan Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP yang ada di Kabupaten Buleleng Bali. Jumlah sekolah yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak empat SMP. Setiap sekolah diambil dua kelas paralel, yaitu kelas VIII. Dengan demikian, ada delapan kelas yang berisi 273 orang siswa yang terlibat dalam penelitian ini. Satu kelas setiap sekolah digunakan sebagai kelompok kontrol dan satu kelas yang lain digunakan sebagai kelompok eksperimen.

4.      Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah tes soal keterampilan berfikir kritis. Data yang diperoleh pada penelitian ini berupa data kuantitatif, berupa skor pretes dan skor protes keterampilan berpikir kritis siswa

5.      Teknik analisis data

Uji prasyarat
Uji  prasyarat meliputi uji normalitas dan uji homgenitas. Uji normalitas dilakukan  menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk. Untuk uji Homogenitas  dilakukan dengan membandingkan varians antarkelompok, yaitu kelompok kontrol pretes, kelompok kontrol postes, kelompok eksperimen pretes, dan kelompok eksperimen postes. Hasil uji homogesitas varians dilakukan dengan statistik Levene's Test of Equality of Error dan uji leaniaritas menggunakan scatterplots.
Analisis Deskripsi
Dilakukan dengan menggunakan statistik deskripsi yaitu, rata-rata, standar deviasi, varians, nilai tertinggi dan nilai terendah
Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji ancova satu jalur.

D      Hasil

E       Kesimpulan

Dari hasil-hasil yang dicapai pada penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut.
1.      karakteristik model pembelajaran berbasis masalah dan pertanyaan Socratik adalah pembelajaran dimulai dengan masalah illstructured. Untuk memulai pemecahan masalah, siswa dibimbing oleh pertanyaan konseptual. Pertanyaan ini membantu siswa menguasai konsep-konsep IPA yang esensial. Dalam upaya mengembangkan ide-ide dan keterampilan berpikir kritis, siswa dibimbing oleh pertanyaan Socratik.
2.      Kedua, model pembelajaran berbasis masalah dan pertanyaan Socratik lebih baik dari pada model pembelajaran langsung dalam meningkatkan keterampilan berfikir kritis siswa SMP dalam mata pelajaran IPA



3.    JURNAL PENGEMBANGAN

Judul
:
pengembangan perangkat pembelajaran fisika berbasis media laboratorium virtual pada materi dualisme gelombang partikel di sma tut wuri handayani makassar
Penyusun
:
I. Yusuf, Subaer
Sumber Jurnal
:
Jurnal Pendidikan IPA Indonesia (Indonesian Jurnal Science education)
Status Indeks :
                                   

A      Latar Belakang dilakukannya Penelitian

Berdasarkan temuan peneliti di SMA Tutwuri Wuri Handayani Makassar pada ujian KD 1 ta­peserta didik kelas XII IPA hanya mencapai ketuntasan 36%. Peserta didik mengalami kesulitan dalam memahami konsep Fisika terutama yang berkaitan dengan praktikum. Keterbatasan alat praktikum dapat diatasi dengan menggunakan media pembelajaran berupa laborato­rium virtual namun ada beberapa materi fiska yang sulit dipraktikumkan karena bersifat abstrak salah satunya adalah dualisme Gelombang Partikel. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk merancang Lab-Vir untuk mensimulasikan percobaan dualisme Gelombang Partikel secara virtual.

B       Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengembangkan media dan perangkat pembelajaran Fisika berbasis laboratorium virtual

C      Metode Penelitian

1.  Jenis dan desain Penelitian

Jika dilihat dari tujuannya penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yaitu suatu usaha untuk mengembangkan suatu produk yang efektif untuk digunakan sekolah, dan bukan untuk menguji teori. Desain Penelitian ini menggunakan four-D meliputi tahap pendefinisian, perencanaaan, pengembangan, dan penyebaran. Tetapi dalam hal ini, penelitian hanya dilakukan sampai tahap pengembangan.

2.      Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas XII IPA SMA Tut Wuri Handayani Ma­kassar berjumlah 14 orang.

3.      Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar validasi perangkat pembelajaran, kuesioner evaluasi ahli media, evaluasi ahli materi, instrumen aktivitas peserta didik, dan angket persepsi peserta didik terhadap pembelajaran Fisika berbasis media Lab-Vir.

4.      Teknik analisis data

Data yang diperoleh dari penilaian ahli, dianalisis dengan melakukan coding, kemudian dideskripsikan secara kualitatif dan penggam­baran data secara kontinum untuk mengetahui kategori penilaian. Selanjutnya menghitung vali­ditas konten CVR (Content Validity Ratio) dan CVI (Content Validity Index). Penilaian valid jika CVR atau CVI berada pada kisaran nilai 0 s.d 1. Jika pernyataan valid, dilanjutkan analisis releabilitas. Nilai reliabilitas yang diperoleh dikonsultasikan dengan nilai reliabilitas tabel. Instrumen dikata­kan reliabel jika diperoleh reliabilitas hitung lebih besar daripada reliabilitas tabel.

D      Hasil

Pada tahap pendefinisian, hasil analisis peserta didik menunjukkan bahwa peserta didik kelas XII IPA SMA Tut Wuri Handayani Makassar telah mempelajari materi prasyarat seperti perpindahan kalor secara radiasi dan konsep tentang gelombang. hasil analisis konsep meliputi analisis materi yang akan diajarkan yaitu hukum pergeseran Wien, efek fotolistrik, dan efek Compton. Analisis perumusan tujuan pembelajaran, disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Tahap perancangan, pemilihan dan peng­gunaan media berupa penggambaran keadaan yang bersifat abstrak, sesuai dengan tujuan, kon­sep, kondisi lingkungan dan fasilitas serta waktu yang disediakan untuk kebutuhan pembelajaran.
Program Lab-Vir yang dibuat, berisi mate­ri yang dilengkapi dengan gambar, animasi, dan simulasi interaktif. Kelengkapan tersebut mem­bantu peserta didik memahami konsep dualis­me gelombang partikel dengan baik. Gambar berikut memperlihatkan tampilan Program Lab-Vir Ra­diasi Benda Hitam yang digunakan.
Berdasarkan penilaian pengamat dari seti­ap pertemuan diperoleh bahwa aktivitas peserta didik di atas 80% yang menunjukkan bahwa pem­belajaran berbasis media Lab-Vir memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berakti­vitas.

E       Kesimpulan

Karakteristik media Lab-Vir antara lain pada analisis konsep diperoleh adanya tiga kon­sep abstrak yaitu radiasi benda hitam, efek fo­tolistrik, dan efek Compton. Selain itu, media Lab-Vir yang dikembangkan berbentuk program pembelajaran dengan tiga menu utama di setiap pembahasan yaitu kompetensi, pendahuluan, dan percobaan virtual.
Karakteristik perangkat pembelajaran berbasis media Lab-Vir meliputi RPP, LKPD, dan BBPD dirancang dengan mak­sud memadukan sesi kelas dengan sesi percobaan menggunakan Lab-Vir. Materi terkait dalam per­cobaan virtual disertakan dalam perangkat pem­belajaran yang dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta didik.
Aktivitas peserta didik di atas 80%, me­nunjukkan pembelajaran yang dilakukan mampu mengaktifkan peserta didik. Persentase persepsi peserta didik adalah 91,03% menunjukkan san­gat setuju terhadap pembelajaran Fisika berbasis media Lab-Vir.



4.    JURNAL TENTANG HOTs

Judul
:
Efektivitas Pembelajaran Fisika Menggunakan Model Kontekstual (Ctl) Dengan Metodepredict, Observe, Explain Terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Penyusun
:
M. Fayakun, P. Joko
Sumber Jurnal
:
Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia
Status Indeks        

A      Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran kontekstual dengan metode POE terhadap pencapaian kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa pada materi fluida statis.

B       Metode Penelitian

1.      Jenis dan desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain eksperimen-semu dengan pretest posttest control group design.

2.      Variabel Penelitian

Varibel Bebas : Kemampuan Berfikir Tingkat Tinggi
Varibel Terikat : Model pembelajaran kontekstual dengan metode POE

3.      Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah kelas XI IPA SMA N 8 Yogyakarta berjumlah Enam kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode simple random sampling

4.      Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini intrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa soal hots untuk aspek c4,c5,c6 dalam bentuk soal pilihan ganda.

5.      Teknik analisis Data

Uji Prasyarat
Uji Prasyarat meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Uji homogenitas (varians) menggunakanuji Levene untuk mengetahui sampel penelitian dalam keadaan homogen. Uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov untuk menunjukkan data dalam keadaan terdistribusi normal.
Uji Hipotesis
Uji hiptesis menggunakan uji t one tailed pihak kanan untuk mengetahui pengaruh serta uji N-gain untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Uji t one tailed menggunkan bantuan software SPSS 16 dalam proses analisis data.

C      Hasil Peneltian

Peningkatan hasil belajar kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dilihat dari hasil uji N-gain skor pretest dan posttest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil analisa tersebut disajikan dalam Tabel berikut
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa klasifikasi N-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda. Nilai N-gain kelas eksperimen sebesar 0,371 dan masuk dalam klasifikasi sedang. Nilai N-gain kelas kontrol sebesar 0,270 dan masuk dalam klasifikasi rendah.

D      Kesimpulan

Hasil analisis penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran fisika menggunakan model kontekstual (CTL) dengan metode POE berpengaruh positif dan mampu meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi.

5.    JURNAL TENTANG PEMECAHAN MASALAH

Judul
:
Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Pada Modeling  Instruction Pada Siswa Sma Kelas Xi
Penyusun
:
E. Sujarwanto, A. Hidayat, Wartono
Sumber Jurnal
:
Jurnal Pendidikan IPA Indonesia (indonesian Jurnal Science education)
Status Indeks :

A      Latar Belakang dilakukannya Penelitian

Siswa tidak hanya diharapkan untuk menguasai konsep tapi juga menerapkan konsep yang telah mereka pahami dalam penyelesaian masalah fisika. Namun, pembelajaran dalam kelas cenderung menekankan pada penguasaan konsep dan mengesampingkan kemampuan pemecahan masalah. Pembelajaran di kelas pun masih berorientasi pada buku teks yang akhirnya pembelajaran akan menekankan pada materi saja. Keadaan semacam ini mengakibatkan siswa menjadi fokus hanya pada aspek kognitif dan mengesampingkan aspek psikomotor dan afektif. Pembelajaran fisika yang hanya menekan pada aspek kognitif akan mereduksi hakikat fisika sebagai proses, produk, dan sikap. Pembelajaran yang menekankan proses teacher centered, belum kontekstual, berorientasi hanya pada materi menjadikan siswa memiliki kemampuan tinggi pada aspek kognitif rendah dan lemah pada kemampuan kognitif tinggi dan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Salah satu kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah kemampuan pemecahan masalah.
Salah satu model pembelajaran kontruktivistik yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah adalah Modeling Instruction Salah satu model pembelajaran kont­ruktivistik yang dapat digunakan untuk men­gembangkan kemampuan pemecahan masalah adalah Modeling Instruction. Untuk itu dilakukan penelitian untuk mengetahui Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Pada Modeling  Instruction.

B       Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah
1.      mengeta­hui kemampuan pemecahan masalah fisika yang belajar dengan modeling instruction.
2.      mengeta­hui perbedaan kemampuan pemecahan masa­lah fisika antara sebelum siswa belajar dengan Modeling Instruction dengan setelah siswa belajar dengan Modeling Instruction, dan
3.      mengetahui perbedaan kemampuan pemecahan masalah fi­sika antara siswa yang belajar dengan Modeling Instruction dengan siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional.

C      Metode Penelitian

1.      Jenis Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan mixed method desain embedded experimental model. Bagian kuantitatif peneli­tian ini menggunakan Nonequivalent Control Group Design.

2.      Variabel Penelitian

Variabel bebas : Pembelajaran Modeling Instruction
Modeling Instruction merupakan pembelajaran yang melibatkan siswa untuk mengkontruksi model fisika dalam pem­belajaran
Variabel Terikat : Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Siswa.

3.      Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah kelas XI SMAN 1 Malang. Sampel da­lam penelitian ini adalah kelas XI IPA 1 sebagai kelas kontrol dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas eksperimen.

4.      Instrumen Penelitian

Data pada penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan instrumen berbentuk tes kemampuan pemecahan masalah fisika dalam bentuk soal essai. Instrumen Kemampuan pemecahan masalah fisika dirancang agar siswa menjawab melalui tahapan-tahapan.

5.      Teknik analisis data

Data penelitian ini dianalisis dengan analisis data kualitatif dan kuantitaif. Analisis data kualitatif dilakukan melalui statistik deskripsi dan tahapan pengelolahan meliputi reduksi data, pengkodean data, interpretasi data.

D      Hasil

hasil pre tes dan pos tes di kelas modeling instruction memiliki perbedaan yang signifikan secara statistik (33,905 > 2,036). Hasil itu menunjukkan kemampuan pe­mecahan masalah fisika antara sebelum siswa be­lajar dengan Modeling Instruction dengan setelah siswa belajar dengan Modeling Instruction memili­ki perbedaan. Tabel 7 juga menunjukkan bahwa hasil pos tes kelas modeling instruction dan hasil pos tes kelas konvensional memiliki perbedaan (2,268 > 1,998).
Berdasarkan hasil wawancara, siswa da­lam memecahkan masalah fisika tidak langsung menggunakan rumus. Siswa memecahkan ma­salah melalui tahap: diketahui, ditanya, jawab, kesimpulan. Siswa setelah membaca kemudian menulis besaran yang diketahui, hal yang ditany­akan. Siswa selanjutnnya melakukan pengenalan terhadap konsep yang mendasari masalah.
Siswa merasa kesulitan dalam pembuatan representasi (grafik, diagram) saat pembelajaran maupun saat pemecahan masalah (tes/kuis). Sis­wa merasa demikian karena mereka harus benar-benar mengenali keadaan sistem yang ditinjau.

E       Kesimpulan

 Kemampuan pemecahan masalah fisika siswa lebih baik setelah belajar dengan modeling instruction. Perkembangan kemampuan pemecahan masalah fisika siswa setelah belajar dengan modeling instruction ditunjukkan dengan perkembangan yang lebih baik dalam mengenali masalah berdasarkan konsep, membuat representasi dari masalah, dan evaluasi terhadap solusi dan konsep yang digunakan. Kegiatan mod­eling instruction yaitu seperti meminta siswa memberikan penjelasan konseptual terhadap pendapat dan jawaban secara lisan atau tulis dan pemberian masalah untuk dikelompokkan berdasarkan konsep mampu memberikan alternatif lain dalam penilaian dari hanya sekedar paper and pencil test.

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon