Makalah dan Materi Pemisahan Zat (format PDF dan DOC)

Tags

Berikut Makalah tentang pemisahan Zat yang dapat anda download dengan format PDF ataupun doc untuk memudahkan pengeditan. Makalah ini saya buat untuk keperluan tugas kuliah. Semoga materi ini bisa bermanfaat untuk anda semua.

Note : pada page ini susunanya berantakan dan juga banyak gambar yang hilang. Jadi silahkan download langsun dalam format pdf atau word yang lebih rapi.



    Kata Pengantar

    Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga, berkat hal tersebut kami dapat menyusun sebuah makalah berjudul Pemisahan Zat. Tak Lupa pula kami hanturkan Shalawat dan salam kepada junjungan mulia Nabi Muhammad Shallallahu`alaihi Wa Sallam sosok manusia pilihan yang telah menyelamat umat manusia dari belenggu kejahiliaan.

    Menyangkut Makalah ini, kami susun dengan rujukan beberapa referensi yang membahas Materi Pemisahan Zat. Kami sadari makalah ini masih terbatas dan tak luput dari kekurangan dalam berbagai hal. Tetapi kami selaku penyusun makalah tetap berharap bahwa dengan kehadiran makalah ini kiranya bisa mendatangkan manfaat bagi pembaca sekalian dalam rangka menambah wawasan kita. Sebagai bentuk umpan balik kepada kemi selaku penyusun materi, kepada pembaca jangan sungkan untuk memberikan kritik dan saran berkaitan dengan makalah ini.


    Silahkan download materi in melalui link dibagian bawah 

    Pendahuluan

    Sebagian besar senyawa di alam ditemukan dalam keadaan yang tidak murni atau tercampur dengan senyawa lain. Untuk keperluan produksi yang melibatkna senyawa murni misalnya pada dunia industri maka diperlukan suatu Teknik untuk memisahkan dan mengambil senyawa kimia yang dibutuhkan dalam keadaaan tunggal atau murni. Teknik tersebut dinamakan Teknik pemisahan zat.
    Bukan hanya dalam dunia industri yang melibatkan senyawa kimia, pemisahan zat juga berlaku pada campuran bahan untuk maksud dan tujuan tertentu. Sebagai contoh adalah proses penjernian air dengan mengalirkan air pada susunan bahan tertentu dan juga proses pemisahan pasir dari bahan lain untuk keperluan konstruksi bangunan.

    Secara umum proses pemisahan zat dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu pemisahan secara kimia dan secara mekanis. Namun tidak tebatas pada hal itu karena perkembangan bioteknologi sekarang juga sudah dapaat diterapkan untuk Teknik pemisahan zat. Ada banyak jenis Teknik pemisahan zat yang telah dikembangkan. Hanya saja Pemilihan Teknik harus disesuiakan dengan jenis zat yang hendak di murnikan. Pertimbang pemilihan Teknik juga didasarkan pada faktor biaya dan waktu. Teknik pemisahan mekanis cenderung lebih hemat biaya dan energi dari pada Teknik pemisahan kimia.
    Selanjutnya untuk mengetahui lebih lanjut mengenai pemisahan zat terutama  mengenai jenis-jenis Teknik pemisahan zat maka disusunlah sebuah makalah yang berjudul “pemisahan Zat”.

    Rumusan Masalah


    Adapun poin pembahasan yang akan dibahas pada makalah ini adalah sebagai berikut :
    1.  Pengertian pemisahan zat
    2. Jenis-jenis permisahan zat secara kimia
    3. Jenis-jenis permisahan zat secara mekanis
    4. Pemisahan zat secara biologi

    PEMBAHASAN

    Pemisahan Zat

    Secara mendasar, proses pemisahan dapat diterangkan sebagai proses perpindahan massa. Perpindahan massa yang dimaksud adalah proses memisahkan massa suatu zat dari campurna asalnya. Proses pemisahan digunakan untuk mendapatkan dua atau lebih produk yang lebih murni. Prinsip pemisahan zat didasarkan pada perbedaan sifat-sifat fisis zat penyusunnya, diataranya seperti wujud zat, ukuran partikel, titik leleh, titik didih, sifat magnetik, kelarutan, atau lainnya. Sehingga Semakin berbeda sifatnya, semakin mudah pemisahan zat dilakukan.

    Dalam rangka memisahkan zat perlu Teknik pemisahan zat yang tepat. Teknik pemisahan zat adalah Suatu teknik yang digunakan untuk memisahkan dan atau memurnikan senyawa/campuran tunggal, kelompok senyawa/campuran dengan susunan yang berkaitan atau suatu zat yang terdapat dalam bahan alam, hasil proses reaksi baik dalam skala laboratorium maupun skala industri.

    Ada beberap hal yang perlu diperhatikan pada proses pemisahan zat yaitu : (1) Tempat senyawa atau komponen yang akan dipisahkan, dalam keadaan tercampur atau terikat secara kimia. (2) Kadar senyawa yang dipisahkan. (3) Sifat-sifat fisika dan kimia dari senyawa yang dipisahkan. (4) Standar kemurnian yang dikehendaki (5) Cemaran atau campuran yang akan menjadi sumber gangguan pada proses pemisahan (6) Keadaan dan harga senyawa yang akan dipisahkan

    Teknik Pemisahan Zat

    Memisahkan komponen-komponen penyusun suatu campuran, dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan karakteristik sifat zat-zat penyusunnya. Metode pemisahan campuran yang dapat dijadikan dasar pemisahan campuran bergantung pada sifat fisika dan kimia dari partikel-partikel penyusun campuran tersebut. Sifat fisika yang dapat dijadikan dasar pemisahan campuran adalah ukuran partikel, titik didih partikel, dan kelarutan.
    Selain itu, ada juga campuran yang tidak dapat dipisahkan secara fisika. Biasanya campuran tersebut tergolong campuran homogen. Bagaimanakah cara memisahkan campuran itu? Campuran tersebut dapat dipisahkan secara kimia. Salah satu contohnya adalah proses koagulasi. Proses tersebut menerapkan sifat kimia, yaitu pembentukan endapan akibat zat kimia tertentu.

    Download makalh pemisahan zat PDF 

    Teknik Pemisahan Zat Secara fisika

    Pemisahan secara fisika diantaranya dilakukan dengan cara penyulingan (distilasi), filtrasi, corong pisah, dekantasi, kristalisasi, kromatografi, sentrifugasi, dan sublimasi.

    Dekantasi dan Corong pemisah

    Dekantasi dan corong pemisah merupakan salah satu teknik pemisahan campuran zat berupa caiaran yang mempunyai massa jenis yang berbeda. Contohnya adalah campuaran antara air dan minyak.
    Perbedaan kedua metode ini adalah dari segi teknis yang digunakan untuk memisahkan zat. Dekantasi adalah pemisahan campuran dengan cara menuang cairan secara perlahan-lahan, sehingga padatan tertinggal di dalam wadah. Pemisahan secara dekantasi juga dapat dilakukan dengan menggunakan pipet.
    Gambar 1 Corong Pemisah
    Corong pisah atau corong pemisah adalah peralatan laboratorium yang digunakan untuk memisahkan komponen-komponen suatu campuran yang tersusun oleh dua jenis cairan yang tidak saling melarutkan. Contohnya memisahkan campuran air dan minyak. Corong pemisah berbentuk kerucut yang ditutupi setengah bola. Corong ini mempunyai penyumbat di bagian atas dan keran di bagian bawah. Corong pemisah yang digunakan dalam laboratorium terbuat dari kaca borosilikat dan kerannya terbuat dari kaca ataupun Teflon. Untuk memakai corong ini, campuran dimasukkan ke dalam corong dari atas dengan corong keran ditutup. Corong ini kemudian ditutup dan digoyang dengan kuat supaya larutan tercampur. Corong kemudian didiamkan agar terjadi pemisahan komponen penyusun campuran. Penyumbat dan keran corong kemudian dibuka dan dua fase larutan ini dipisahkan dengan mengontrol keran corong.

    Elektroforesis

    Elektroforesis adalah teknik pemisahan komponen atau molekul bermuatan berdasarkan perbedaan tingkat migrasinya dalam sebuah medan listrik. Teknik ini dapat digunakan dengan memanfaatkan muatan listrik yang ada pada makromolekul, misalnya DNA yang bermuatan negatif. Jika molekul yang bermuatan negatif dilewatkan melalui suatu medium, kemudian dialiri arus listrik dari suatu kutub ke kutub yang berlawanan muatannya maka molekul tersebut akan bergerak dari kutub negatif ke kutub positif. Kecepatan gerak molekul tersebut tergantung pada muatan terhadap massanya serta tergantung pula pada bentuk molekulnya.

    Metode elektroforesis seiring perkembanganya lebih sering digunakan pada bidang biologi molokuler. Misalnya untuk memetakan spesies berdasarkan pola protein tertentu dari satu spesies hewan berbeda. Protein ini secara elektroforesis akan memperlihatkan pola protein yang berbeda pula pada hewan lainnya. Faktor tersebutlah yang menyebabkan pola protein dapat digunakan untuk membedakan spesies hewan. Perbedaan pola protein inilah yang seringkali digunakan sebab untuk membedakan populasi secara tepat kadangkala tidak dapat dilakukan apabila hanya menggunakan pengamatan melalui morfologis saja. Fenomena ini pula yang menyebabkan metode elektroforesis banyak dilakukan untuk pengamatan taksonomi, sistematik dan genetik serta untuk mengindentifikasi spesies hewan maupun tumbuhan (bio-sistematik). Dapat pula digunakan untuk melihat phylogenetic reconstruction (rekonstruksi secara Filogenetik) dari suatu jenis hewan atau tumbuhan.

    Filtrasi

    Teknik filtrasi ini didasarkan pada perbedaan ukuran partikel campuran zat atau perbedaan fase campuran baik berupa campuran padat-padat maupun padat-cair (heterogen). Contoh campuran zat fase padat-padat misalnya adalah campuran kerikil dan pasir dan untuk fase padat-cair misalnya pada air sungai yang keruh. Pada teknik filtrasi alat pemisahan untuk memisahkan zat padat dari cairannya adalah dengan menggunakan alat berpori (penyaring/filter) sebagai contoh alat filter yang sering digunakan di lab adalah kertas saring.

    Metode filtrasi sudah sejak lama menjadi metode penjenian air yang paling populer di kalangan masyarakat. Metode filtrasi untuk menjernihkan air biasnya dilakukan dengan mengalirkan air melalui beberepa susunan lapis bahan seperti pasir, arang da ijuk yang berfungsi sebagai saringan.
    Gambar 2 Penjernian Air Konvensional

    Destilasi

    Teknik distalasi ini didasarkan atas perbedaan titik didih dari masing-masing penyusun zat dalam campuran homogen. Prosesnya meliputi penguapan cairan tersebut dengan cara memanaskan, dilanjutkan dengan kondensasi uapnya menjadi cairan, disebut dengan destilat.
    Dengan distilasi, maka materi yang mempunyai titik didih lebih rendah akan mendidih dan menguap terlebih dahulu. Bahan yang dipisahkan dengan metode ini adalah bentuk larutan atau cair, tahan terhadap pemanasan, dan perbedaan titik didihnya tidak terlalu dekat.
    Gambar 3 Rangkaian Alat Destilasi

    Pada proses distilasi kita akan menguapkan zat pelarut untuk mendapatkan zat pelarutnya dengan cara mengembunkan uap zat pelarut. Pelarut bahan yang diinginkan akan menguap, uap dilewatkan pada tabung pengembun (kondensor), kemudian uap yang mencair ditampung dalam wadah. Bahan hasil pada proses ini disebut destilat, sedangkan sisanya disebut residu.
    Contoh penggunaan metoda distilasi adalah pembuatan air murni (aquades) dari campuran air dan mineral-mineral yang terkandung di dalamnya, memisahkan antara air dengan alkohol, dan pembuatan minyak kayu putih. Pemisahan campuran secara distilasi yang dilakukan hanya sekali, terkadang masih belum terpisah seluruhnya. Contoh pemisahan air dan alkohol dengan cara distilasi. Air mempunyai titik didih 100oC, sedangkan titik didih alkohol hanya 75oC. Jika larutan ini kita panaskan pada suhu 75oC, ternyata sebagian airpun turut menguap. Akibatnya distilat masih mengandung air sedikit. Oleh karena itu kita perlu melakukan proses distilasi secara bertingkat. Contoh proses distilasi bertingkat lainnya adalah proses pengolahan minyak bumi.

    Download Makalah Pemisahan Zat versi DOC (word 2013)

    Kromatografi

    Kromatografi adalah cara pemisahan berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan pelarut pada suatu lapisan zat tertentu. Dasar pemisahan metode ini adalah kelarutan dalam pelarut tertentu, daya absorbsi (daya serap) oleh bahan penyerap, dan volatilitas (daya penguapan).
    Salah satu jenis kromatografi adalah kromatografi kertas. Teknik kromatografi ini dapat digunakan untuk memisahkan komponen campuran pewarna. Misalnya, tinta merupakan campuran dari beberapa warna. Pelarut yang  digunakan antara lain eter dan aseton. Zat yang lebih larut dalam pelarut akan bergerak lebih cepat ke atas, sedangkan zat yang kurang larut akan tertinggal. Kertas yang berisi hasil pemisahan secara kromatografi disebut kromatogram.
    Kromatografi memiliki banyak kegunaan. Dalam industri makanan digunakan untuk mengetahui apakah suatu pewarna makanan aman untuk dikonsumsi. Selain itu, untuk memeriksa kandungan pestisida dalam sayuran dan buah-buahan.
    Pemisahan campuran zat secara kimia dilakukan melalui mereaksikan satu komponen atau lebih dengan zat lain sehingga terbentuk bagian yang dapat dipisahkan. Beberapa teknik pemisahan zat secara kimia diantaranya dengan cara amalgamasi, dan sianidasi.

    Amalgamasi

    Amalgamasi adalah proses penyelaputan partikel emas oleh air raksa atau merkuri (Hg). Produk yang terbentuk adalah ikatan antara emas, perak, dan merkuri yang dikenal sebagai amalgam (Au–Hg). Saat ini amalgamasi merupakan proses ekstraksi emas yang paling sederhana dan murah, akan tetapi proses ini efektif untuk bijih emas yang berkadar tinggi dan mempunyai ukuran butir kasar (> 74 mikron), dan dapat membentuk emas murni yang bebas (free native gold).
    Proses amalgamasi biasanya dilakukan di penambangan emas skala kecil atau tambang rakyat. Batuan yang mengandung emas akan dihancurkan dalam sebuah drum yang berputar. Di dalam drum tersebut berisi air raksa yang akan mengikat emas dari batuan tersebut. Hasil dari proses ini berupa amalgam basah. Amalgam basah kemudian ditampung di dalam suatu tempat untuk didulang agar air raksa dengan amalgamnya terpisah. Amalgam yang diperoleh dari pendulangan kemudian diperas (squeezing) dengan menggunakan kain parasut untuk memisahkan merkuri dari amalgam. Merkuri yang diperoleh dapat dipakai untuk proses amalgamasi selanjutnya. Jumlah merkuri yang tersisa dalam amalgan tergantung pada seberapa kuat pemerasan yang dilakukan. Amalgam dengan pemerasan manual akan mengandung 60 – 70 % emas, dan amalgam yang disaring dengan alat sentrifugal dapat mengandung emas sampai lebih dari 80 %. Tahap terakhir dari proses amalgamasi adalah retorting, yaitu pembakaran amalgam untuk menguapkan merkuri, sehingga yang tertinggal berupa alloy emas (ikatan emas dengan perak, Au-Ag).
    Lima Tahap dalam Penyulingan Emas dari Merkuri

    Tahap 1
    Tahap 2
    Tahap 3

    Tahap 4


    Tahap 5

    Gambar 4 Tahap Penyulingan Emas dari Merkuri

    Sianidasi

    Sianidasi adalah proses pelarutan emas dengan larutan sianida. Proses pengolahan emas dengan sianida terdiri dari dua tahap, yaitu proses pelarutan (leaching) dan proses pemisahan emas (recovery).

    Tahap pertama dari proses sianidasi adalah proses pelarutan. Pelarut yang biasa digunakan dalam proses sianidasi adalah  Sodium Cyanide (NaCN), Potassium Cyanide (KCN), Calcium Cyanide [Ca(CN)2], atau Ammonium Cyanide (NH4CN). Namun, pelarut yang paling sering digunakan adalah NaCN, karena mampu melarutkan emas lebih baik dari pelarut lainnya.

    Pada tahap kedua yakni pemisahan logam emas dari larutannya dilakukan dengan pengendapan dengan menggunakan serbuk Zn (Zinc precipitation). Penggunaan serbuk Zn merupakan salah satu cara yang efektif untuk larutan yang mengandung konsentrasi emas kecil. Serbuk Zn yang ditambahkan ke dalam larutan akan mengendapkan logam emas dan perak. Proses pengambilan emas-perak dari larutan kaya dengan menggunakan serbuk Zn ini disebut “Proses Merill Crowe”.

    Pemisahan Zat secara Biologi

    Pemisahan zat tidak hanya bertujuan untuk menghasilkan unsur murni untuk keperluan produksi produk melainkan juga digunakan dalam rangka pengendalian limbah pabrik agar tidak mencemari lingkungan. Beberapa teknik pemisahan zat tersebut adalah dengan menggunakan Lumpur aktif dan pemanfaatan jenis mikroba tertentu.

    Pengolahan Limbah Cair Dengan Lumpur Aktif

    . Limbah cair industri dapat mengandung ion logam berat, seperti  Cu2+ dan Ag+. Selain  itu, limbah  juga memiliki  kadar BOD,  COD,  tingkat  kekeruhan diluar  batas  mutu standar air bersih. Limbah ini akan membahayakan lingkungan apabila dibuang tanpa diolah terlebih dahulu. Oleh karena itu perlu dilakukan pemurnian air dengan cara memisahkan zat pencemar yang dilakukan dengan memanfaatkan lumpur  aktif.
    Lumpur aktif (activated sludge) merupakan campuran cair atau semicair dan partikel endapan lumpur dan tanah liat. Lumpur aktif yang mengandung banyak mikroba di tempatkan pada sebuah penampungan. Limbah  cair  diumpankan  ke dalam  tangki  aerasi  yang  berisi mikroorganisme  aerobik.  Tujuan  aerasi adalah  untuk  mentransfer    sejumlah oksigen  ke  dalam  limbah  cair.  Dalam tangki aerasi ini terjadi proses perombakan bahan organik kompleks menjadi CO2 dan H2O  secara  aerobik . Beberapa  proses  yang  terjadi  dalam metode lumpur  aktif adalah  tangki aerasi, tangki  pengendapan,  resirkulasi  lumpur, dan  penghilangan  sisa  lumpur.
    Gambar 5 Skema Pengelolahan air limbang dengan Lumpur Hidup
    sistem Lumpur Aktif Pada dasarnya sistem lumpur aktif terdiri atas dua unit proses utama, yaitu bioreaktor (tangki aerasi) dan tangki sedimentasi. Dalam sistem lumpur aktif,limbah cair dan biomassa dicampur secara sempurna dalam suatu reaktor dandiaerasi. Pada umumnya, aerasi ini juga berfungsi sebagai sarana pengadukansuspensi tersebut. Suspensi biomassa dalam limbah cair kemudian dialirkan ketangki sedimentasi, dimana biomassa dipisahkan dari air yang telah diolah.Sebagian biomassa yang terendapkan dikembalikan ke bioreaktor dan air yangtelah terolah dibuang ke lingkungan. Agar konsentrasi biomassa di dalam reaktorkonstan (MLSS = 3 - 5 gfL), sebagian biomassa dikeluarkan dari sistem tersebutsebagai excess sludge.

    Pemurnian air laut dari limbah tumpahan minyak menggunakan bakteri

    Aktivitas tambang di laut lepas dan juga lalu lalang kapal tenker yang membawa minyak bumi seperti solar dan bensi menyebabkan tingkat pencemaran limbah minya di laut tinggi. Salah satu metode pemisasan minyak dari air atapun pemurnian air adalah dengan menggunakan bantuan mikroba yang secara alami bisa mereduksi minyak.

    Beberapa bakteri tersebut adalah Bacillus sp., Psedomonas aeruginosa, dan Alkaligenes feacalis. Jenis bakteri ini merupakan pereduksi minyak yang baik. Bakteri memakan minyak, plankton makan bakterinya, dan dengan begitu rantai makanan di laut berlanjut. Cara alami membersihkan bocoran minyak ini, dalam waktu dekat akan digunakan dalam skala besar untuk membantu menangani bencana lingkungan.

    KESIMPULAN

    Berdasarkan materi hasil kanjian literaru yang ditampilkan dalam bab pembahasan dapat dituliskan beberapa kesimpulan sebagai berikut :
    1. Proses pemisahan digunakan untuk mendapatkan dua atau lebih produk yang lebih murni. Prinsip pemisahan zat didasarkan pada perbedaan sifat-sifat fisis zat penyusunnya, diataranya seperti wujud zat, ukuran partikel, titik leleh, titik didih, sifat magnetik, kelarutan, atau lainnya. Sehingga Semakin berbeda sifatnya, semakin mudah pemisahan zat dilakukan.
    2. Sifat fisika adalah ukuran partikel, titik didih partikel, massa jenis dan kelarutan dapat dijadikan dasar pemisahan campuran. Pemisahan secara fisika diantaranya dilakukan dengan cara penyulingan (distilasi), filtrasi, corong pisah, dekantasi, kristalisasi, kromatografi, sentrifugasi, dan sublimasihan
    3. Pemisahan campuran zat secara kimia dilakukan melalui mereaksikan satu komponen atau lebih dengan zat lain sehingga terbentuk bagian yang dapat dipisahkan. Beberapa teknik pemisahan zat secara kimia diantaranya dengan cara amalgamasi, dan sianidasi
    4. Pemisahan zat tidak hanya bertujuan untuk menghasilkan unsur murni untuk keperluan produksi produk melainkan juga digunakan dalam rangka pengendalian limbah pabrik agar tidak mencemari lingkungan. Beberapa teknik pemisahan zat tersebut adalah dengan menggunakan Lumpur aktif dan pemanfaatan jenis mikroba tertentu pada kasus tumpahan minyak di laut


    WAHAB, A. W., & NAFIE, N. L. (2014). METODE PEMISAHAN DAN PENGUKURAN 2. Makassar: PROGRAM STUDI KIMIA UNHAS.
    Amelia, R. (2013). Pemisahan Campuran. Diambil kembali dari Rumah Belajar: https://my.belajar.kemdikbud.go.id/sumberbelajar/tampil/Pemisahan-Campuran-2013/konten4.html
    Ariyanti, F. N. (2017). PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DENGAN CARA LUMPUR AKTIF (ACTIVATED SLUDGE) DAN KARBON AKTIF (ACTIVATED CARBON) DARI ARANG BATUBARA. Program Studi Kimia, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
    Wardaya. (2019). Metode Pemisahan & Aplikasinya. Dipetik februari 27, 2020, dari wardayacollege: www.wardayacollege.com
    Zackiyah. (2008). Modul 1 Kegunaan dan Ragam Pemisahan. Diambil kembali dari repository.ut.ac.id: http://repository.ut.ac.id/4604/1/PEKI4207-M1.pdf

    Artikel Terkait


    EmoticonEmoticon