Model Kooperatif Learning (Pengertian, Karakteristik, Sintaks, jenis-jenis tipe)

Melalui artikel ini akan dibahas tuntas mengenai model pembelajaran kooperatif learning meliputi definis, bagaimana karakteristik dari model koopertif learning ini, bagaimana sintaksnya dan apa saja jenis-jenis tipe dari model koopertif learning ini.

Model pembelajaran cooperative learning
Kooeperatif Learning

Model pembelajaran cooperative learning adalah merupakan salah satu model pembelajaran inovatif dan merupakan solusi dari berbagai permasalahan pendidikan terutama menyangkut keterbatasan daya jangkau guru Yang harus membelajarkan  banyak siswa  dalam jumlah banyak dan dalam rentang waktu yang terbatas.

 

inti dari model pembelajaran cooperative learning adalah  membelajarkan siswa secara berkelompok.  hal ini  tidak terlepas dari konsep sunnatullah manusia yang selain bersifat individu juga memiliki sifat sosial yang membuat  manusia selalu saling membutuhkan.

 

keunggulan dari model pembelajaran kooperatif ini tidak hanya sebatas itu.  lebih lanjut pelajaran cooperative learning menggeser paradigma pendidikan konvensional yang selama ini terjadi di yaitu di mana pembelajaran di kelas berpusat pada guru.  Pembelajaran yang berpusat pada guru menyebabkan siswa sebagai peserta didik cenderung pasif.   Melalui pembelajaran model kooperatif learning ini peran siswa akan lebih banyak sehingga secara tidak langsung mereka lebih aktif dibandingkan pembelajaran yang berpusat pada guru.

 


    Definisi Model Kooperatif Learning Menurut Para Ahli

    Dari pandangan sejumlah ahli pendidikan terkait dengan pengertian dari model pembelajaran cooperative learning ini ada beberapa definisi redaksi. Adapun definisi-definisi tersebut sebagai berikut :


    Slavin (2009) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran.


    Menurut Suprijono (2010:54) pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.


    Stahl (1994) “Cooperative learning dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap tolong menolong dalam perilaku sosial”.

     

    karakteristik Model Kooperatif Learning Menurut Para Ahli

    Setiap model pembelajaran tentu saja mempunyai karakteristik yang menjadi ciri khas yang membedakan antara satu model dengan model lainnya.  begitu pula dengan model pembelajaran cooperative learning.  ada beberapa ciri khas yang menjadi karakteristik dari model pembelajaran cooperative learning sebagai berikut


    model pembelajaran cooperative learning berdasarkan konsep bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.


    Setiap anggota kelompok mempunyai kesempatan yang sama untuk Memperoleh hasil yang maksimal dari sebuah pembelajaran


    kelompok terdiri dari individu-individu yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan terhadap kelompok.  hal ini juga berkaitan dengan  penghargaan  masing kelompok terhadap individu begitu pula sebaliknya Bagaimana individu dalam kelompok menghargai kelompok mereka.


    berlandaskan prinsip saling berbagi.  dalam konteks ini berbagi yang dimaksud adalah sharing pengetahuan.


    Sintaks (langkah-langkah) Model Kooperatif Learning

    Adapun langkah-langkah atau sering disebut sintaks dari model pembelajaran cooperative learning meliputi serangkaian tahapan atau fase. Dalam perkembangannya sejalan dengan semakin banyaknya variasi dari model cooperative learning sintaks langkah-langkahnya pun berbeda tergantung dari jenis dari model kooperatif learning tersebut.  Namun untuk Sintak model kooperatif  yang umum dapat meliputi beberapa tahapan sebagai berikut.

    1. Tahap awal adalah guru sebagai fasilitator sekaligus manajer dalam pembelajaran menyampaikan tujuan  dari pembelajaran yang akan siswa lakukan. Pada bagian ini juga termasuk Bagaimana guru memberikan apersepsi untuk memotivasi siswa sebelum memulai pembelajaran.
    2. Tahap pemberian informasi awal.  sebelum masuk ke bagian diskusi memberikan materi  penting yang nantinya akan menjadi bahan diskusi adalah hal yang tidak boleh dilewatkan sebagai bagian dari sintaks model pembelajaran cooperative learning.
    3. Membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok heterogen dan juga memberikan informasi berisikan Bagaimana aturan dalam pembelajaran yang harus ditaati setiap siswa sebagai bagian dari kelompok belajar
    4. Guru membagikan bahan atau materi untuk didiskusikan disertai dengan pertanyaan  seputar materi tersebut.  setelah itu siswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi dalam batasan waktu yang ditentukan bersama.
    5. tahap evaluasi.  setiap kelompok menampilkan atau mempresentasikan jawaban dari hasil diskusi mereka terkait dengan pertanyaan yang diberikan oleh guru.  pada bagian ini juga dilakukan evaluasi berupa pengecekan Apakah jawaban siswa sudah tepat dan jika ditemukan masalah guru menjadi fasilitator untuk  meluruskan. 
    6. tahap  apresiasi.  Pada tahapan terakhir ini guru memberikan penghargaan kepada setiap siswa sekaligus  guru memberikan simpulan terkait dengan materi yang dibahas.

     

    Jenis-jenis Tipe Model Koperatif Learning

    Dalam perkembangan seiring dengan berkembangnya teori pendidikan model Cooperative Learning saat ini dapat ditemukan dalam berbagai jenis ataupun tipe.  setiap jenis dari model pembelajaran cooperative learning mempunyai ciri khas yang menjadi pembeda antara satu  tipe dengan tipe lainnya.


    Setidaknya ada 12 jenis atau tipe dari model pembelajaran koopertaif learning yan gkana dibahas melalui positngan kali ini yaitu :

    1. Tipe Jigsaw
    2. Tipe Problem Possing
    3. Tipe STAD
    4. Tipe Think pair Share
    5. Tipe Bamboo dancing
    6. Tipe Inside Outside circle
    7. Tipe TGT
    8. Tipe GI
    9. Tipe Point CounterPoint
    10. Tipe Number Head Together
    11. Tipe two stay two stray


    1. Model Kooperatif tipe Tipe Jigsaw


    Ciri khas dari model Cooperative Learning tipe jigsaw adalah  pertukaran dari suatu kelompok ke kelompok lainnya.  pada tipe ini siswa tidak hanya belajar untuk dirinya sendiri tetapi juga bisa membelajarkan apa yang mereka pahami kepada siswa lainnya.


    Rancangan pembelajaran untuk model Cooperative Learning tipe Jigsaw Sama halnya dengan model Cooperative Learning pada umumnya juga melibatkan aktivitas kelompok.  hal yang membedakan adalah ah pada tipe jigsaw ini terdapat dua jenis kelompok dan melibatkan dua tahapan belajar.  2 kelompok tersebut seringkali diistilahkan sebagai kelompok asal dan kelompok ahli. 

    Sintaks Model Kooperatif Tipe Jigsaw

     

    Skema Model Jigsaw
    Skema Jigsaw tahap 3

    untuk lebih memahami mengenai model Cooperative Learning tipe jigsaw ini berikut dibahas sintaks ataupun langkah-langkah pembelajarannya yang umumnya di jabarkan dalam 6-8 tahap.

    1. Guru membentuk kelompok beranggotakan 4 sampai 6 orang atau menyesuaikan dengan sub materi yang hendak dibahas.  hari ini terkait karena pada model pembelajaran tipe jigsaw jumlah anggota berhubungan dengan sub materi.

    2.  kelompok awal yang dibentuk guru disebut sebagai kelompok asal.  pada tahap kedua ini guru akan membagikan sub materi yang berbeda untuk setiap anggota kelompok.  jadi misalkan dalam satu kelompok beranggotakan 4 orang maka  setiap orang  memperoleh sub materi yang berbeda. 

    3. Masing-masing siswa dengan pembagian sub mataerinya masing-masing  bertugas untuk memahami materi mereka.  untuk mempelajari  setiap sub materi masing-masing individu dalam kelompok yang berbeda yang mendapatkan Sub materi yang sama akan dikelompokkan pada satu kelompok untuk tujuan membahas sub materi mereka melalui proses diskusi dan sharing pengetahuan.  kelompok ini kemudian disebut kelompok ahli. 

    4. Setelah kelompok ahli selesai berdiskusi tiap-tiap individu dalam kelompok tersebut kembali ke kelompok asal Mereka.

    5.  tahapan kelima setiap individu dari kelompok ahli tadi kemudian menjelaskan materi nya masing-masing kepada anggota kelompok lainnya. 

    6.  selanjutnya kelompok ahli akan mempresentasikan pembahasan sub materi mereka di depan kelas.

    7.  guru memberikan tugas individu untuk tujuan asesmen dan evaluasi untuk melihat ketercapaian tujuan pembelajaran.

    2. Model Kooperatif Tipe Problem Possing

    Model ini bukan model baru lagi, problem posing dikembangkan pada tahun 1997 dan  pertama kali diterapkan dalam pelajaran matematika. Dalam penerapannya problem posing dapat digunakan untuk seluru mata pelajaran, tidak terkhusus untuk mata pelajaran fisika dan matematika saja.

    Problem posing berasal dari bahasa Inggris, yang terdiri dari kata problem dan pose. Problem diartikan sebagai soal, masalah atau persoalan, dan pose yang diartikan sebagai mengajukan. Model problem posing merupakan salah satu model pembelajaran  berbasis masalah yang menekankan pada kegiatan merumuskan masalah, sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah

    Pada Model problem posing ini  inti yang membedakannya  adalah model pembelajaran problem posing mengharuskan siswa untuk merumuskan soal sendiri untuk kemudian di selesaikan oleh siswa lainnya. 

    Model pembelajaran problem posing didukung oleh beberapa teori belajar. Misalnya oleh teori belajar bruner yang menkankan pada pembelajaran bermakna melalui kegiatan mencari tahu sendiri jawaban dari suatu masalah. Selain teori belajar bruner, teori belajar lain yang mendukung model pembelajaran ini adalah teori Belajar Piaget yang menyatakan bahwa perkembangan kognitif sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif.


    Adapun langkah-langkah pembelajaran dalam penerapan model problem posing adalah sebagai berikut :
    1. Guru menuliskan tujuan pembelajaran
    2. Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok heterogen
    3. Setiap Kelompok Merumuskan Soal
    4. Soal hasil perumusan setiap kelompok di pertukarkan dengan kelompok lainnya.
    5. Setiap kelompok berdiskusi menyelesaikan soal yang mereka peroleh
    6. hasil pengerjaan soal di presentasikan di depan kelas untuk di evaluasi

    3. Model Kooperatif Tipe STAD

    Jika guru mencari tipe-tipe dari model pembelajaran cooperative learning yang yang dapat digunakan sebagai bahan uji coba sekaligus belajar menerapkan model kooperatif maka salah satu opsi dari berbagai jenis tipe kooperatif adalah tipe STAD.


    model Cooperative Learning tipe STAD ini adalah salah satu model Cooperative Learning yang sederhana dan dapat diterapkan oleh para pengajar yang belum begitu berpengalaman terhadap model kooperatif.


    STAD adalah kepanjangan dari student Achievement Division.  inti dari model Cooperative Learning tipe STAD ini adalah bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa Melalui pembelajaran berkelompok dengan menggunakan bahan berupa lembar kerja.  sama halnya dengan model kooperatif pada umumnya interaksi antara siswa dengan siswa lainnya ditekankan untuk meningkatkan kemampuan mereka.  aktivitas diskusi dalam kelompok disertai dengan sharing ilmu pengetahuan dan juga informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu permasalahan merupakan bagian yang esensial dari pembelajaran cooperative learning tipe apapun itu.


    Teori untuk model Cooperative Learning tipe STAD ini  tak terlepas dari teori oleh Robert slavin Sebagai salah satu orang yang mengembangkan Tipe STAD.  dalam perkembangannya model Cooperative Learning tipe STAD merupakan model pembelajaran yang paling banyak diteliti dan dalam perjalanan penelitian kini terdapat banyak sekali data yang menunjukkan bahwa tipe STAD merupakan pembelajaran jenis Cooperative Learning yang dapat digunakan untuk semua jenis subjek pembelajaran mulai dari objek ilmu sains maupun sosial mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai perguruan tinggi.

    Baca juga : Model Kooperatif Learning Tipe Jiqsaw

     Adapun langkah-langkah dari model pembelajaran cooperative learning tipe STAD adalah meliputi beberapa fase atau tahap.  Adapun fase-fase tersebut sebagai berikut :

    FaseKeterangan 
    Fase 1 : Tahap awalPada tahapan awal ini meliputi penyampaian tujuan pembelajaran disertai pemberian motivasi kepada siswa untuk menstimulasi siswa agar lebih terpacu untuk belajar
    Fase 2 : Tahap Pemberian MateriUntuk tahapan ini ini guru memberikan materi yang dapat dilakukan baik secara langsung maupun dengan menggunakan bantuan berkas misalnya lembar kerja siswa.  dalam perkembangannya pemberian lembar kerja siswa lebih banyak digunakan dengan pertimbangan lebih menghemat waktu dan   dengan LKS pula siswa bisa belajar lebih terstruktur
    Fase 3 : Tahap Pengorganisasian Guru membagi siswa ke dalam kelompok menjelaskan Apa saja peran setiap individu dalam kelompok dan memberikan aturan yang Harus dipatuhi siswa  selama proses pembelajaran berlangsung.  kelompok dibentuk secara heterogen dengan mempertimbangkan kemampuan setiap siswa.  kelompok yang bagus adalah kelompok yang terdiri dari siswa siswa dengan berbagai tingkatan  kemampuan awan yang dapat dilihat dari peringkat mereka dalam pembelajaran di kelas
     Fase 4 : Fase Diskusi Guru memberikan waktu kepada siswa untuk mendiskusikan materi.  guru selaku mediator fasilitator dan juga pembimbing mengamati  alur diskusi dan membantu kelompok yang mengalami masalah dalam berdiskusi
     Fase 5 : Evaluasiadalah tahap evaluasi ataupun pengecekan hasil diskusi sejauh mana materi yang diberikan bisa dipahami oleh setiap siswa.  pada fase evaluasi ini seringkali dilakukan dengan memberikan tugas ataupun dapat dilakukan dengan mempersilakan setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas dan disimak oleh kelompok lain
    Fase 6 : ApresiasiMeliputi pemberian penghargaan  dimana pemberian penghargaan lebih ditekankan kepada kelompok dibandingkan individu. Jenis penghargaan yang bagus digunakan adalah bukti fisik dapat berupa sertifikat maupun piagam serta bentuk lainnya yang dapat dilihat.  Hal ini penting untuk memotivasi siswa untuk lebih giat belajar serta meningkatkan keinginan untuk bekerjasama

    4. Model Kooperatif Tipe Think Pair Share

    Telah dipahami bersama bahwa model Cooperative Learning adalah model yang mengutamakan kerjasama dalam kelompok dibandingkan belajar secara individu.  meskipun dikatakan belajar kelompok nyatanya model Cooperative Learning berbeda dengan pembelajaran kelompok secara umum.  perbedaan paling utama adalah pada model Cooperative Learning siswa tidak hanya bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri tetapi juga bertanggung jawab terhadap kelompok sedangkan pada pembelajaran berkelompok secara umum siswa tidak dituntut untuk bertanggung jawab terhadap kelompoknya. 

    Dari tinjauan bahasa think pair share berarti berpikir berpasangan dan saling berbagi.   dalam konteks  pembelajaran Share  di sini bermakna saling memberi informasi. Pada model think pair share setiap individu diberikan kesempatan untuk berpikir lebih banyak sebelum  mulai berdiskusi dengan anggotanya.


    Poin yang menjadi pembeda tegas antara tipe think pair share dengan tipe kooperatif lainnya adalah  pada tipe think pair share ini siswa belajar secara berpasangan dengan kata lain dalam suatu kelompok hanya terdiri dari 2 orang saja, berbeda dengan model kooperatif tipe lainnya dengan anggota kelompok lebih banyak sekitar 4 sampai 6 orang. Pasangan yang paling cocok untuk dijadikan kelompok adalah Siswa yang akrab satu sama lain dengan demikian kelompok dapat dibentuk berdasarkan teman sebangku


    Kesimpulan yang dapat diambil mengenai pengertian dari model pembelajaran cooperative learning tipe think pair share  adalah bahwa model ini adalah tipe kooperatif dimana Siswa belajar secara berpasangan.


    Karakteristik yang menjadi ciri  dari model Cooperative Learning tipe think pair share adalah pembelajaran berpasangan.  berbeda dengan kelompok beranggotakan 4 sampai 6 orang yang diterapkan pada pembelajaran kooperatif pada umumnya, dengan beranggotakan hanya 2 orang saja peran setiap individu dalam kelompok dapat dibagi sama rata.  Dengan beranggotakan hanya 2 orang saja  maka setiap individu mempunyai peluang untuk berhasil dalam pembelajaran.


    Dalam berpasangan siswa dapat meningkatkan kemampuan kolaboratif dalam skala kecil.  hal ini juga dapat menumbuhkan sikap ketergantungan positif yang dapat membantu siswa untuk mengembangkan sikap sosial.


    Setiap model pembelajaran memiliki sintaks yang menjadi ciri khasnya.  berhubung Tipe think pair share masih merupakan bagian dari model kooperatif maka sintaks model koperatif secara umum juga berlaku pada tipe ini. Sinstaks Model Koperatif secara umum adalah meliputi pendahuluan, penyajian materi, diskusi kelompok, presentasi dan evaluasi.


    Kendati demikian pada tipe think pair share terdapat bagian dari sintaks yang membuatnya berebeda dengan koperatif secara umum. Adapun sintaks atau langkah-langkah pembelajaran untuk model Cooperative Learning tipe think pair share adalah Mengikuti namanya yaitu Think kemudian pair dan share.

    1. Thinking, Pada tahapan ini  guru berperan sebagai fasilitator untuk menyajikan materi awal sebagai materi Pengantar pembelajaran dan dengan menggunakan pertanyaan guru memacu siswa untuk berfikir dalam rangka memecahkan masalah. Pada fase thinking ini siswa masih berfikir secara individu, merumuskan konsep berdasarkan pemahaman pribadi
    2. Pair,  guru membimbing siswa untuk berdiskusi secara berpasangan dengan pasangan yang sebelumnya ditentukan.  dalam hal ini pasangan yang potensial adalah teman sebangku.
    3. Share, Guru membimbing aktivitas penyajian hasil diskusi masing-masing kelompok yang ditanggapi oleh kelompok lain.

    5. Model Kooperatif Tipe NHT

    Nht adalah singkatan dari numbered head together  yang jika kita artikan secara letter late yaitu Kepala penomoran Bersama, kepala disini berarti siswa jadi dapat juga diartikan sebagai Pembelajaran Kelompok siswa dengan identitas nomor (penomoran).  Ini merupakan salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif yang dapat dijadikan opsi model pembelajaran tradisional.  dalam perkembangannya model pembelajaran kooperatif tipe nht seringkali dijadikan model pembelajaran dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa secara merata.

     

    seperti namanya yang masih termasuk dalam tipe model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran pada tipe nht pun dilakukan secara berkelompok. Apa yang membedakan model pembelajaran kooperatif tipe nht dengan jenis lainnya adalah pada kata numbered.  maksud dari kata nomor dalam nht adalah setiap siswa diberikan nomor sebagai inisial mereka dalam kegiatan pembelajaran berkelompok.


    Menjadi kendala dari model kooperatif secara umum adalah tentang pemerataan and1 and siswa pasca pembelajaran.  Tak jarang ditemukan di dalam kelompok hanya 12 orang yang aktif dan mampu menguasai atau memahami materi yang diajarkan sepenuhnya.  untuk mengatasi hal ini salah satu ide yang dimunculkan dan dijadikan dasar dari model pembelajaran kooperatif tipe nht adalah memberikan nomor sebagai inisial untuk setiap individu dalam suatu kelompok.  Meskipun sebenarnya Dalam pertimbangan fungsinya tidak mesti harus dengan nomor tetapi bisa juga dengan menggunakan istilah-istilah dalam bentuk kata.

     

    Dalam rangka pembelajaran pada fase lanjut setelah materi dijelaskan dan berdiskusi guru akan memilih nomor secara acak di mana nomor yang terpilih akan mewakili kelompok untuk  mengutarakan hasil diskusi mereka.  apa yang diutarakan individual tersebut mewakili kelompok sehingga secara langsung setiap individu merasa mempunyai tanggung jawab kepada kelompok  sehingga memotivasi mereka untuk belajar dengan sungguh-sungguh.

    Karakteristik pembelajaran Number Head Together menurut Rusman (2012, h. 206), yaitu antara lain:

    Pembelajaran secara tim Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.

    Didasarkan pada manajemen kooperatif mempunyai tiga fungsi , yaitu :

     Fungsi manajemen sebagai perencanaan Pelaksanaan menunjukkan bahwa pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan.

    Fungsi manajemen sebagai organisasi Menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif.

    Fungsi manajemen sebagai control Menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun non tes.

    Kemauan dan keterampilan untuk bekerjasama.

    Setiap model pembelajaran mempunyai sintaks atau langkah-langkah yang merupakan ciri dari pembelajaran tersebut.  Adapun sintaks untuk model pembelajaran nht adalah sebagai berikut (Yeni Prastiwi, 2013):

    Fase 1 : Persiapan

    Pada bagian ini meliputi semua persiapan awal yang harus dituntaskan atau dilakukan sebelum memasuki  inti dari kegiatan pembelajaran.  dalam fase persiapan meliputi apersepsi dalam rangka memberikan motivasi siswa untuk belajar.  termasuk juga kegiatan-kegiatan lain yang menjadi rutinitas wajib dalam kegiatan pembelajaran seperti misalnya absensi  dan juga recall materi pertemuan sebelumnya.

    Fase 2 : Pembentukan Kelompok dan Penomoran

    pada fase ini Guru membagi siswa kedalam kelompok kelompok beranggotakan 4 sampai 5 orang.  kelompok yang dibentuk hendaknya bersifat heterogen dalam artian kemampuan siswa dalam kelompok tidak sama.  setelah membagi kelompok setiap anggota kelompok akan diberikan nomor sebagai inisial mereka dalam pembelajaran nantinya.

    Fase 3 : Pemberian Materi

    ada fase ini guru memberikan materi Pengantar sebagai materi yang dibutuhkan siswa untuk memulai diskusi nantinya.   pada  fase  ini juga dapat berupa pemberian tugas ataupun soal yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa.  hal  ini penting untuk mengetahui  Bagaimana hasil pembelajaran nantinya.

    Fase 4 : Diskusi

    diskusi dimulai dengan pemberian pertanyaan oleh guru kepada setiap kelompok.  kemudian guru meminta  setiap kelompok untuk mendiskusikan pertanyaan tersebut.  pada fase keempat ini peran guru sebagai pengontrol jalannya diskusi sangat penting untuk menunjang kesuksesan pembelajaran.

    Fase 5 : Numbered Call

    Setelah diskusi guru akan memanggil salah satu nomor secara acak yang mewakili masing-masing untuk kelompok yang ada.  nomor yang dipanggil guru akan menjelaskan kan hasil diskusi mereka di depan kelas.  setelah itu guru meminta kelompok lainnya untuk menanggapi.

    Fase 6 : Kesimpulan

    Kangguru membuat kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari.  hal ini merupakan bagian yang tidak boleh Terlewatkan dalam hal memberikan perbaikan jika terdapat kesalahan atau miskonsepsi pada siswa.

    Fase 7 : Evaluasi Dan penghargaan

     dalam rangka mengetahui tingkat pengetahuan siswa setelah belajar, guru dapat melakukan evaluasi dengan memberikan soal.  Setelah itu dilanjutkan dengan pemberian penghargaan kepada kelompok-kelompok yang dianggap berprestasi sebagai bentuk motivasi mereka untuk terus belajar.

    6. Model Kooperatif Tipe Grub Investigation

    Seperti namanya model pembelajaran kooperatif adalah gabungan dari kooperatif dan juga investigasi.  dengan kata lain model pembelajaran kooperatif yaitu membelajarkan siswa dalam kelompok dan membuat mereka memahami pembelajaran melal denganui investigasi.  investigasi sendiri diartikan sebagai pencarian informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu permasalahan.  permasalahan yang dihadirkan dalam pembelajaran dapat berupa soal yang berhubungan dengan  materi.

     

    Model ini menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. Dalam menerapkan model investigasi kelompok pada pembelajaran diperlukan keterampilan berkomunikasi yang baik antar siswa untuk memperlancar jalannya proses kelompok, sehingga sebelum melakukan investigasi kelompok guru diharapkan memberikan pelatihan-pelatihan berkomunikasi kepada siswa.


    Seperti pada tipe kooperatif yang lain untuk tipe group Investigation ini juga  membuat Siswa lebih aktif saat pembelajaran berlangsung.  kehadiran guru hanya sekedar fasilitator dan juga pengatur jalannya pembelajaran.  sehingga kehadiran dari model pembelajaran kooperatif tipe group Investigation ini dapat menjadi  opsional untuk  cara  mengajar tradisional yang cenderung berpusat pada guru.


    model ini juga merupakan salah satu model pembelajaran yang relatif dengan era industri four point Zero 4.0  yang bercirikan teknologi informasi yang sangat maju yang dapat digunakan sebagai bahan ataupun alat pembelajaran.  investigasi dapat menggunakan perangkat atau gadget yang bisa mengakses internet sehingga banyak sekali bahan-bahan ataupun materi selain buku yang dapat digunakan.

    Baca Juga : Kategori pendidikan indonesia Berdasarkan PISA. Baik atau Buruk ?

    inti dari model pembelajaran kooperatif tipe group discussion ini adalah siswa diberikan kesempatan untuk mencari informasi yang dia butuhkan untuk menyelesaikan permasalahan.  untuk elemen-elemen lainnya secara umum tidak jauh berbeda dengan model kooperatif pada umumnya.


    setiap pembelajaran  mempunyai ciri-ciri  yang menjadi karakteristik pembeda antara satu tipe dengan tipe lainnya.  untuk tipe group Investigation terdapat ciri-ciri yang menjadi pembeda dengan tipe model pembelajaran kooperatif lainnya.  berikut ciri-cirinya :


    Siswa dituntut untuk mencari informasi secara berkelompok dalam rangka menyelesaikan permasalahan yang diberikan.


    Dalam mencari informasi semua jenis pendekatan dapat digunakan oleh siswa.adanya tanggung jawab bersama selaku anggota kelompok yang diiringi dengan kesadaran individu.

     

    Menurut Sharan, dkk. (Trianto, 2010: 80), membagi langkah-langkah pelaksanaan model investigasi kelompok meliputi 6 (enam) fase yaitu sebagai berikut.

    Memilih topik

    Siswa memilih topik  berupa sub materi dari materi pelajaran yang diajarkan oleh guru.  dalam fase pertama ini termasuk membagi kelompok.  siswa akan  Dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil beranggotakan 4 sampai 6 orang atau menyesuaikan jumlah total siswa.  kelompok dibentuk secara heterogen,  dengan artian bahwa setiap kelompok terdiri dari siswa-siswa dengan   ciri khas yang berbeda baik perbedaan secara akademis maupun ras.


    Perencanaan Koperatif

    Guru akan menjelaskan bagaimana siswa akan belajar,  Apa tujuan yang hendak dicapai Melalui pembelajaran yang akan mereka lakukan dan juga bagaimana aturan dalam belajar. Pada tahapan ini juga termasuk pemberian tugas atau soal yang akan diselesaikan oleh siswa.

    Baca Juga Model Kooperatif Learning tipe NHT (Pengertian, Karakteristik, Sintaks dan kelebihan)

    Implementasi

    Siswa mulai berdikusi dengan anggota kelompoknya masing-masing dan mulai mencari informasi dari berbagai jenis media. Media dapat berupa buku, internet ataupun kondisi linkungan sekolah yang bisa diamati siswa secara langsung sebagai bagian dari informasi yang mereka butuhkan. Guru secara ketat mengikuti aktivitas setiap kelompok dalam rangka memantau dan menjaga agar pembelajaran tetap berada pada alur rencana yang telah dibuat sebelumnya.


    Analisis dan sintesi

    Tahap ini masih melibatkan proses diskusi.  setelah investigasi Pada tahapan sebelumnya  setiap kelompok seharusnya telah memperoleh informasi informasi yang dibutuhkan.   pada tahapan analisis dan sintesis ini informasi-informasi terpisah tersebut akan dianalisis kembali Kemudian disintesis untuk menentukan yang mana informasi yang bisa digunakan dan menyusunnya dalam suatu format tertentu dalam rangka memudahkan pemahaman baik untuk kelompok penyusun sendiri maupun kelompok kelompok lainnya.


    Presentasi

    Setiap kelompok kemudian mempresentasikan hasil yang mereka peroleh terkait dengan sub materi masing-masing di depan kelas.  persentasi kemudian ditanggapi oleh kelompok lainnya.


    Evaluasi

    Pada bagian ini telah berlalu seharusnya guru memberikan kesimpulan dan meluruskan jika ada miskonsepsi terkait  materi.  proses evaluasi meliputi penilaian kinerja baik secara individu maupun kelompok.  sebagai fase akhir ada baiknya disertakan pemberian penghargaan terhadap  kinerja kelompok.  hal ini penting sebagai motivasi belajar di pertemuan-pertemuan setelahnya.

    7. Model Kooperatif Tipe TGT

    TGT atau teams games Tournament  atau berarti permainan turnamen pertama kali dikembangkan oleh David dan keath Edward  pada tahun 1995.  inti yang menjadi ciri khas dari Tipe dibandingkan tipe-tipe model Cooperative Learning lainnya adalah ah di rancangnya suatu sistem games turnamen di dalam pembelajaran.

     

    Dalam turnamen siswa secara sehat saling bersaing dalam menjawab soal   yang berhubungan dengan materi yang telah mereka pelajari.  sistemnya masih secara kooperatif yaitu dilakukan berkelompok.

     

    Model pembelajaran kooperatif tipe team games Tournament ini merupakan tipe yang dapat diterapkan untuk setiap mata pelajaran tanpa terkecuali  baik itu mata pelajaran eksak sosial maupun bahasa.  tidak hanya itu model ini juga dapat diterapkan untuk setiap tingkatan sekolah mulai dari tingkat dasar sampai menengah.


    Hal penting yang perlu dipahami dan dikuasai betul oleh guru selaku pengatur jalannya pembelajaran adalah mengetahui sistem izin yang akan dihadirkan dalam pembelajaran.  sehubungan dengan itu mengetahui langkah-langkah atau sintaks dari model kooperatif tipe teams games Tournament ini adalah hal yang wajib.


    Menurut Slavin (2001 : 166), langkah-langkah model pembelajaran TGT ada lima tahap, yaitu: tahap presentasi di kelas, tim, game, turnamen, dan rekognisi tim. Uraian selengkapnya sebagai berikut:


    Presentasi di kelas

    Bagian awal dari sintaks model pembelajaran tipe tinjauan turnamen adalah memperkenalkan Bagaimana pembelajaran akan berlangsung termasuk sistem games yang nantinya akan dilakukan oleh siswa.  


    pada fase  ini menyampaikan tujuan pembelajaran dan juga materi Pengantar dapat dilakukan secara langsung dengan metode ceramah.  Selain itu pada materi ini juga guru menyampaikan tugas dan kegiatan harus dilakukan siswa serta dibarengi dengan motivasi dalam rangka untuk meningkatkan semangat siswa untuk mengikuti pembelajaran.


    Tim/kelompok

    Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok heterogen.  heterogen di sini berarti kelompok tersebut terdiri dari individu-individu dengan kemampuan akademis maupun karakter yang berbeda.  jumlah anggota tiap kelompok pada umumnya 4 sampai 6 orang atau menyesuaikan jumlah peserta didik dalam suatu kelas.


    pada fase ini guru menginstruksikan kepada setiap siswa untuk berkumpul dengan kelompoknya masing-masing.  kemudian guru membagikan lembar kerja siswa kepada setiap anggota kelompok.  setiap anggota kelompok diminta untuk menyelesaikan LKS berdasarkan materi yang telah diberikan ataupun tersemat di dalam lembar kerja siswa. 


    untuk menjawab pertanyaan ataupun jika terdapat masalah maka setiap anggota kelompok yang lain diminta untuk membantu menyelesaikan masalah tersebut.  barulah ketika tidak ada anggota kelompok yang mampu menyelesaikan masalah tersebut atau menjawab pertanyaan maka kelompok akan bertanya kepada guru.


    Game

    Setelah menyelesaikan lembar kerja siswa bersama anggota kelompok maka tugas siswa selanjutnya adalah mengikuti turnamen games.  game dimainkan oleh perwakilan dari tiap-tiap kelompok pada meja yang telah dipersiapkan.  untuk penyajian soal turnamen seringkali digunakan kartu bernomor dengan pertanyaan yang berbeda setiap nomornya.  anggota kelompok yang tidak bermain juga berkewajiban untuk menjawab soal yang muncul dalam games.


    Pada turnamen ini dirancang sistem kelas yang mana menggunakan 3 meja satu meja untuk siswa berkemampuan tinggi Satu meja untuk berkemampuan sedang dan 1 meja untuk siswa berkemampuan rendah.  nantinya setiap siswa akan mengikuti ujian sesuai dengan kemampuan mereka.  Sehingga peserta games akan berhadapan dengan siswa dalam kemampuan yang relatif sama dengannya.

    Soalnya pun digolongkan berdasarkan status meja.  untuk meja siswa berkemampuan tinggi soalnya akan lebih sulit jika dibandingkan dengan kemampuan sedang dan rendah.  siswa yang mendapat skor tertinggi akan dikelompokkan ke dalam meja berkemampuan tinggi. 


    siswa yang nilainya sedang akan dimasukkan ke dalam meja Tournament sedang dan siswa yang mempunyai nilai rendah akan dimasukkan ke dalam meja turnamen untuk siswa berkemampuan rendah.

    Permainan ini melibatkan 3 peserta awal yaitu pembaca penantang 1 dan penantang 2



    8. Model Kooperatif Tipe Bamboo dancing

    Dilihat dari namanya  bamboo dancing yang Artinya tarian bambu memang terdengar begitu menarik.  istilah ini diambil dari sebuah jenis tarian yang menggunakan bambu.  dalam penerapannya pada proses pembelajaran metode tarian bambu ini mirip dengan skema pembelajaran yang dinamakan bambu dancing.

    Baca Juga : model Cooperative Learning tipe games Tournament (TGT) (pengertian dan Sintaks)

    poin utama yang membedakan tipe Bamboo dancing dengan tipe-tipe model pembelajaran kooperatif lainnya adalah siswa akan belajar secara berpasangan secara bergantian.  tipe Bamboo dancing melibatkan sharing pengalaman dan pengetahuan dari siswa yang satu ke siswa lainnya melalui pergantian pasangan.   hal ini didasarkan pada fakta bahwa informasi ataupun pengetahuan hasil belajar setiap siswa berbeda-beda.

    untuk lebih memahami mengenai tipe model pembelajaran Bamboo dancing ini berikut ini jelaskan sintaks atau langkah-langkah pembelajarannya.


    setiap model pembelajaran mempunyai langkah-langkah pembelajaran yang berbeda yang menjadi ciri khas dari model pembelajaran tersebut dalam hal ini secara spesifik tipe dari model pembelajaran juga mempunyai langkah-langkah sintaks yang berbeda satu sama lain.  berikut sintaks model kooperatif tipe Bamboo dancing.

    1. Tahap awal dimulai Dengan  menuliskan tujuan pembelajaran dan juga memotivasi siswa dalam rangka meningkatkan gairah untuk belajar.
    2. selanjutnya guru menyajikan materi awal atau materi Pengantar.
    3. selanjutnya guru membagi siswa ke dalam dua kelompok besar.  jadi misalnya dalam suatu kelas terdapat 20 orang siswa maka setiap kelompok beranggotakan 10 orang.
    4. setiap siswa diminta untuk mempelajari materi yang telah dibagikan kepada mereka masing-masing.  untuk bagian ini dapat juga dimodifikasi dengan membelajarkan siswa secara berkelompok.  jadi di luar kelompok besar tadi,  ada juga kelompok-kelompok kecil beranggotakan 4 sampai 6 orang dengan tujuan untuk mempelajari materi secara berkelompok. Untuk setiap kelompok materi yang diberikan berbeda-beda.
    5. setelah setiap kelompok memahami materinya setiap siswa keluar dari kelompok kecil tersebut.  kemudian bergabung dengan kelompok awal yang beranggotakan 10 orang.  siswa diminta untuk berbaris dengan kelompoknya masing-masing dan berhadapan dengan 10 orang kelompok lainnya.  Sehingga sekarang setiap siswa mempunyai pasangan. guru memfasilitasi siswa dan memberi  instruksi  agar masing-masing siswa mulai berdiskusi satu sama lain. Setiap diskusi diberikan jangka waktu tertentu barang 5 menit.  setelah 5 menit siswa diminta untuk bergeser ke kanan sehingga sekarang mereka mempunyai pasangan yang berbeda dari semula.  pergeseran terus dilakukan sampai setiap siswa pernah berpasangan.
    6. sebagai bentuk evaluasi sekaligus melihat sejauh mana pemahaman siswa selama mengikuti Pembelajaran dapat dilakukan presentasi yang melibatkan semua siswa.

    9. Model Kooperatif Tipe Two Stay two stray

    Ciri khas dari model pembelajaran kooperatif secara umum yaitu menggunakan kelompok siswa untuk kepentingan belajar bersama masih melekat bahkan untuk tipe two stay two stray.  terus Apa yang membedakan antara tipe two stay two stray ini dengan tipe model kooperatif lainnya?


    letak perbedaannya terdapat  pada  skema atau  cara bertukar informasi antara kelompok.


    kalau kita definisikan ke bahasa Indonesia two stay two stray itu berarti 2 tinggal 2 tamu.  hal ini menjadi inti dari Tipe two stay two stray.  maksudnya begini.


    dalam tipe two stay two stray nantinya siswa terlebih dahulu akan dibagi kedalam kelompok kelompok heterogen beranggotakan 4 atau 6 orang atau menyesuaikan dengan jumlah total kelas.  kelompok-kelompok ini akan dibagikan  sub materi yang berbeda secara merata.


    Akan berdiskusi dan memahami sub materi yang  kelompok mereka peroleh.  Nah setelah selesai berdiskusi nantinya mereka akan mengutus dua lainya  pergi ke kelompok yang lain dalam rangka mempelajari materi yang kelompok lain tersebut dapatkan.


    Jadi di jika satu kelompok itu terdiri dari 4 orang siswa maka masih ada 2 orang yang tinggal. dua orang ini yang akan menjelaskan materinya kepada dua orang dari kelompok lain yang datang ke kelompok mereka.


    itu maksud dari two stay two stray.


    sebenarnya banyak variasi dari Tipe ini tidak terbatas pada dua tetapi ada juga yang One Stay Three Stray (satu tinggal tiga berpencar) dan Three Stay One Stray (tiga tinggal satu berpencar).


    Untuk lebih memperjelas tipe two stay two stray ini maka akan dijelaskan sintaks atau langkah-langkah pembelajaran yang merupakan ciri dari Tipe ini.

    1. Tahap awal.  guru menjelaskan tujuan pembelajaran kemudian disertai  apersepsi yang dapat berupa motivasi untuk meningkatkan semangat siswa sebelum belajar.
    2. Guru membagi  siswa  ke dalam  beberapa kelompok,  untuk tipe two stay two stray ini ada baiknya satu kelompok terdiri dari 4 orang siswa saja.  Kemudian setiap kelompok diberikan sub materi yang berbeda.  ada baiknya tidak hanya memberikan materi tetapi juga dilengkapi dengan pertanyaan-pertanyaan atau bisa menggunakan lembar kerja siswa.
    3. Setiap kelompok diminta untuk berdiskusi dan memahami materi serta menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan
    4. Tahap sharing,  Pada tahapan ini setiap kelompok mengutus dua anggotanya  untuk kemudian pergi ke kelompok lain dalam rangka mempelajari materi yang diperoleh kelompok lain.  tugas2 orang yang tinggal adalah memberikan informasi mengenai materi yang mereka peroleh kepada dua orang dari kelompok lain yang datang ke kelompok mereka.
    5. kemudian 2 orang anggota kelompok kembali ke kelompok masing-masing dan menjelaskan apa yang mereka peroleh dari kelompok yang mereka datangi.  Setelah itu mereka kemudian kembali mengunjungi kelompok lain yang belum mereka kunjungi.  kemudian kembali lagi untuk menjelaskan apa yang mereka dapatkan.  begitu seterusnya sampai semua materi mereka telah pelajari .

    10. Model Kooperatif Tipe Inside Outside Circle

    Model pembelajaran Inside Outside Circle dikembangkan oleh Spencer Kagan (1990). Tipe ini memungkinkan terjadinya pertukaran pengetahuan dan pengalaman secara langsung antar seluruh siswa dalam kelas.


    sejumlah penelitian menunjukkan bahwa tipe Inside outside circle ini dapat digunakan untuk mengefektifkan pembelajaran.  kategori pembelajaran yang efektif adalah diindikasikan ketika siswa terlibat aktif dalam belajar dan juga bisa meningkatkan hasil belajar.


    ciri khas yang membedakan tipe Inside outside circle dibandingkan tipe-tipe lain yang juga termasuk model cooperative learning adalah  bagaimana seri pengetahuan dilakukan.  dalam model pembelajaran cooperative learning tipe Inside outside circle akan dibentuk 2 kelompok besar.   kedua kelompok besar ini kemudian membentuk lingkaran 1 lingkaran besar dan satu lagi lingkaran kecil yang terletak di dalam lingkaran besar.


    keadaan ini memungkinkan setiap siswa berpasangan.  tujuan siswa dipasangkan adalah untuk saling bertukar informasi atau pengetahuan dan juga pengalaman tentang apa yang mereka telah pelajari.

    nantinya lingkaran akan berputar dan menyebabkan pergantian pasangan hingga seluruh siswa pernah berpasangan.


    setiap model pembelajaran bahkan tipe dari model pembelajaran mempunyai langkah-langkah khusus yang mencirikan tipe tersebut.

    Model Pembelajaran Koperatif tipe Inside outside Circle

    Adapun sintaks atau langkah-langkah pembelajaran Cooperative Learning  tipe Inside outside circle adalah sebagai berikut :

    1. Tahapan awal, Guru menyampaikan apersepsi.  Guru menyampaikan tujuan pembelajaran sekaligus memotivasi siswa sebelum belajar.
    2. guru menjelaskan materi  yang akan dipelajari baik dengan metode ceramah ataupun dengan teknik kolaboratif atau membuat Siswa belajar berkelompok dengan panduan LKS.
    3. guru membimbing siswa untuk membentuk dua kelompok besar.   proporsi dari kelompok yang dibuat Harusnya sama banyak.  jadi misalnya jika suatu kelas terdiri dari 30 orang siswa maka dibentuk 2 kelompok dengan anggota masing-masing sebanyak 15 orang.
    4. 2 kelompok tersebut kemudian membentuk lingkaran.  kelompok 1 membentuk lingkaran kecil dan kelompok2 membentuk lingkaran besar yang melingkupi lingkaran kecil tersebut.  dalam kondisi ini setiap siswa telah memperoleh pasangan.
    5. kemudian guru meminta siswa untuk mulai berdiskusi dengan pasangannya masing-masing dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.
    6. setelah mencapai batas waktu yang telah ditetapkan maka kelompok yang berada di lingkaran luar akan bergeser searah jarum jam.  sementara untuk kelompok yang berada ada di dalam lingkaran tidak begeser.  tujuan pergeseran ini adalah untuk mengganti  pasangan. kemudian siswa diminta untuk berdiskusi seperti sebelumnya.  cara ini dilakukan sampai seluruh siswa pernah berpesan.

    Jika dilihat sama tipe Inside outside circle ini maksud dan tujuan nya sama dengan tipe Bamboo dancing  yaitu sama-sama dilakukan untuk membuat Siswa belajar melalui sharing informasi secara berpasangan secara teratur dan mencakup seluruh siswa.


    Hal ini tentu saja jika dilakukan dengan benar dapat menyetarakan output informasi setelah belajar.  sehingga hasil belajar akan merata.


    Dalam perkembangannya tipe Bamboo dancing adalah merupakan bentuk modifikasi dari Inside outside circle.  modifikasi dilakukan bertujuan untuk menerapkan model pada ruangan kelas yang sempit yang tidak dapat menerapkan model inside outside circle.


    satu hal yang menjadi pembeda antara tipe Inside outside circle dengan tipe bamboo dancing  adalah skema Bagaimana informasi  dipertukarkan. untuk inside outside circle dilakukan dengan lingkaran besar dan kecil semetara untuk bamboo dancing dilakukan berjejer.


    11. Model Kooperatif Tipe Point Counter Point

    Tipe point counterpoint tidak terlepas dari ciri khas umum dari pembelajaran kooperatif yaitu melibatkan pembelajaran bersama  (kelompok). Menurut Hamruni (2012), Tipe Point counterpoint dapat dikategorikan sebagai metode pembelajaran yang mengandalkan kerjasama kelompok untuk membahas suatu topik.


    Hal yang membedakan tipe ini dengan tipe yang lainnya adalah setiap kelompok nantinya akan mengutarakan apa yang mereka telah diskusikan dengan kelompok sendiri kemudian mempertahankan pendapat mereka Jika ternyata terdapat hal yang yang tidak sesuai dengan pendapat kelompok lain.


    Tipe point counterpoint mengoptimalisasi partsiasi siswa,  melalui perdebatan akan memicu siswa untuk belajar lebih mendalam kritis dan juga menstimulasi siswa-siswa lain untuk berargumen.


    Slavin (2009) menjelaskan bahwa Saat siswa bekerja sama Untuk meraih tujuan kelompok,  maka mereka akan mengekspresikan Norma-norma yang baik dalam melakukan apapun Yang perlu dilakukan untuk mencapai keberhasilan kelompok.


    Tipe learning Point counterpoint merupakan salah satu tipe yang dapat diterapkan untuk meningkatkan pemahaman siswa.  melalui diskusi bersama dan sikap untuk mempertahankan argumen berdasarkan apa yang mereka pelajari dapat memperdalam pengetahuan mengenai suatu hal.


    Setiap model ataupun tipe sebagai bagian dari model memiliki ciri khas berupa sintaks atau langkah-langkah pembelajaran yang kemudian memudahkan dalam  menerapkannya ke dalam suatu pembelajaran dengan nyata.


     Adapun langkah-langkah untuk model Cooperative Learning tipe control point ini yang bersumber dari teori yang dijelaskan oleh Hamruni (2012) dan dikembangkan mengikuti perspektif guru selaku subjek pembelajar. adapaun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

    1. Guru menyiapkan materi yang akan diajarkan.  pembelajaran dibuka seperti biasa yang dimulai dengan apersepsi dan kemudian memberikan motivasi awal siswa.
    2. Guru membagi siswa kedalam kelompok beranggotakan 4 sampai 6 orang seperti model kooperatif pada umumnya.  setiap kelompok diberikan materi untuk kemudian didiskusikan.
    3. setelah  setiap kelompok telah mendiskusikan materi,  guru memulai pertanyaan untuk menstimulasi diskusi.  satu kelompok diminta untuk menjelaskan materi terkait dengan pertanyaan guru dan kemudian kelompok lain diminta untuk menanggapi.  guru mengatur jalannya  Pembelajaran dengan memastikan setiap kelompok bisa mengungkapkan pendapat mereka terkait dengan materi.
    4. Guru meluruskan jika teradat miskonsepsi dan kemudian menyimpulkan materi.

    Artikel Terkait


    EmoticonEmoticon